Semua akan terasa berharga ketika kehilangan itu datang, merasa berarti ketika yang digenggam telah lepas, yang didekat telah menjauh, yang semula tertawa menangis dengan hebat.
Patah dan penyesalan menjadi makanan Ellias setiap hari, mencoba menghalau bayangan Miselia yang tersakiti karna perilaku setannya. Bahkan setan mungkin akan sungkem pada Ellias karna memiliki jiwa yang lebih jahat darinya.
Ellias saat ini kembali tinggal di rumah orang tuanya. Mobilnya baru memasuki pekarangan rumah pukul 3 dini hari. Ellias membuka pintu dengan kunci cadangan tak mungkin ia menggedor pintu dan membangunkan orang tuanya yang terlelap. Wajah lelah yang kentara karna terus memforsir tenaganya. Mencoba menyibukkan diri hingga lupa merawat dirinya sendiri.
Memasuki rumah dengan keadaan yang lelah, lampu yang semula tamaram kini menyala. Diujung tangga terlihat mommy Ellias yang menatap sendu putranya. Ellias kehilangan dengan penyesalan yang menggerogotinya. Mommy Ellias mendekati putranya mengusap bahu lebar yang memikul beban tersebut.
"Sayang mau makan apa biar mommy buatin" tawarnya.
"Gak usah mom, Ell mau langsung istirahat aja. Maaf ya suara Ell ganggu istirahat mommy" Ellias mengecup pipi mommynya kemudian berlalu.
Ahh putranya yang malang, meski ia marah dengan sikap Ellias pada Miselia ia juga merasa kasihan melihat putranya yang terus bersedih.
Mommy Ellias memilih kembali ke kamar, Ellias baru saja keluar setelah membersihkan diri. Ia duduk di ranjang, meski badannya lelah namun ia tak bisa tidur. Menatap keluar jendela, melihat malam yang sebentar lagi akan selesai.
"Pria bodoh ini sekarang menikmati penyesalan yang tak berujung. Miselia, andai Ell bisa memutar waktu. Lebih baik Ell yang mati dan bukan kamu" ucap Ellias.
Pria itu mencari obat tidur yang pernah ia beli di laci nakasnya. Ia membuka dan mengambil satu butir obat tersebut. Meminumnya dengan mudah, badannya ia rebahkan pada ranjang yang hangat dan nyaman tersebut. Bahkan ranjang yang nyaman tak bisa merayunya untuk terlelap.
Matanya mulai memberat ia berhasil terlelap dengan bantuan obat tidur tersebut.
Pukul 06.00 Ellias sudah berpakaian rapi. Ia hanya terlelap 2 jam, bayang-bayang perlakuan setannya dan wajah tersakiti Miselia menghantuinya.
Pria itu turun menuju lantai bawah melihat mommynya yang tengah sibuk memasak dibantu oleh artnya.
"Loh Ell, kok udah rapi jam segini"
"Iya mom, Ell berangkat dulu. Nanti sarapan di kantor aja. Titip salam buat daddy" ucap Ellias lalu menyalimi sang mommy kemudian berpamitan keluar.
"Efek Miselia sebesar ini, padahal dulu waktu Elina pergi kamu gak segila kerja ini" gumam mommy Ellias, melihat putranya yang melakukan pelampiasan pada pekerjaan. Sewaktu Ellias kehilangan Elina adik perempuan satu-satunya pria itu juga menjadi gila kerja namun tak separah ini. Ellias masih pulang tepat waktu lembur selesai. Namun kini ia melihat putranya selalu pulang pukul 3 dini hari dan berangkat pagi-pagi sekali atau bahkan terkadang tak pulang dan memilih menginap di kantor.
Ellias mengendarai mobil dengan kecepatan sedang, jalanan masih terlihat lenggang aktivitas manusia belum dimulai.
Ia memilih berbelok memarkirkan mobilnya di depan penjual bubur kaki 5. Ia memesan makanan lembek tersebut.
"Pak bubur komplitnya 1 bungkus ya"
"Baik pak, silahkan duduk dulu"
Ellias duduk di kursi yang tersedia, matanya melihat trotoar yang terdapat pejalan kaki.
"Miselia?" Ellias tiba-tiba berdiri mengejar pejalan kaki yang terlihat seperti Miselia. Ia melangkah dengan cepat hingga lengan perempuan tersebut tergapai olehnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Become an Antagonist Fiance (SELESAI)
Fiksi Umum🪹🪹PERPINDAHAN JIWA MUSIM 1🪹🪹 Disclaimer : Tata bahasa masih berantakan Sebuah cerita transmigrasi pada umumnya, tidak ada yang spesial kecuali hubungan kita. Disclaimer : Pemeran utama lemah lembut tak bertulang menyebabkan banyak berkata kasar...