Miselia tengah makan malam bersama dengan Alice dan juga Rainer, Stefani akan menyusul nanti setelah selesai mengurus kerjaannya yang dipindahkan kesini. Tawarannya tiba-tiba menggunung saat berada di Indonesia. Ia yang membuka kembali lembaran sebagai model di negara ini ternyata mendapat sambutan baik dari berbagai pihak.
"Mommy tau Alice punya temen namanya Sandy terus Alice tanya dimana patrik dan squidward eh dia marah. Alice gak salah kan mommy?" Tanya bocah kecil tersebut, sementara Rainer terkekeh melihat kepolosan anaknya.
"Sayang, kamu inget Shandy difilm kartun adalah hewan apa?" Tanya Miselia memberi penjelasan dengan sangat sabar.
"Tupai mom."
"Terus temen kamu apa?"
"Manusia."
"Jadi..."
"Jadi Shandy gak punya temen seekor bintang laut dan gurita."
"Bener anak pandai, gimana kalo kamu aja yang jadi temennya Shandy?"
"Iya besok Alice mau temenan sama Shandy." Balas gadis kecil tersebut dengan bersemangat.
"Kamu ada-ada aja sayang, gimana Misel tokonya lancar?" Rainer mengusap kepala anaknya. Pipinya sesekali menggembung karna mengunyah makanan.
"Lancar kok kak." Balasnya. Tanpa mereka sadari di sudut ruangan terdapat pria yang teremas hatinya.
Rainer ya Sel, Ellias tak tau jika akan terasa sesesak ini, sosok yang ia paling takuti menjadi bagian hidup Miselia ternyata terwujud. Ia segera bangkit keluar dari resto tersebut setelah membayar. Bahkan makanannya masih utuh dan belum tersentuh, niatnya makan di restoran favorit keluarganya kandas sudah.
Di depan resto bahu Ellias tak sengaja menabrak seseorang hingga terjatuh. Pria itu mengulurkan tangan berniat membantu namun ditepis dengan tak manusiawi.
"Mas kalo jalan lihat-lihat, gimana kalo saya sampai berdarah." Semburnya lebai. Wanita tersebut segera bangkit dan berlalu, saat matanya menatap Ellias ia masih belum sadar siapa sosok didepannya.
"Sekali lagi maaf." Ucap Ellias kemudian pergi tanpa menunggu balasan karna ia yakin wanita tersebut akan semakin murka hanya perkara kecil yang tak sengaja.
Wanita tersebut terdiam, ia menatap punggung Ellias hingga memasuki mobil mengingat siapa pria tersebut yang terasa sangat familiar. Namun karna tak kunjung ingat ia memilih masuk kedalam restoran
"Bundaa....." Teriak bocah kecil tersebut menghampiri Stefani yang langsung menerima pelukan Alice yang berlari kearahnya.
"Udah makan sayang?"
"Udah bund, maaf ya gak nungguin bunda Alice laper banget. Tapi tenang papa sama mommy nungguin kok." Balasnya dengan mencium pipi Stefani agar tak marah. Hal itu membuat ia semakin gemas dengan anaknya yang manis.
"Eh tadi aku tabrakan sama pria didepan resto ngeselin banget." Adu Stefani pada suaminya.
"Emang kenapa sayang?" Tanya sang suami yang melihat istrinya heboh. Miselia hanya menyimak melihat kakak iparnya yang tengah semangat bercerita.
"Ya gak papa sih, aku doang yang lagi sensi. Tapi mukanya kayak gak asing." Balas Stefani kembali mengingat wajah Ellias.
"Gak asing? Bukannya kamu jarang ketemu orang sini."
"Beneran sayang mukanya itu kayak pernah lihat dimana gitu. Wajahnya tegas, tinggi 180an keknya, terus pembawaan dingin ditambah hidung mancung bibir tipis, ah satu lagi wanginya kayak toko parfum. Dia vibesnya bossy banget." Balas Stefani.
Miselia terus menyimak, hingga Rainer berceletuk setelah mendengar ciri-ciri yang disebut Stefani tersebut sangat mirip dengan.
"Ellias? Mm bentar aku punya fotonya." Rainer menyodorkan ponselnya yang berisi gambar Ellias dibeberapa majalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Become an Antagonist Fiance (SELESAI)
General Fiction🪹🪹PERPINDAHAN JIWA MUSIM 1🪹🪹 Disclaimer : Tata bahasa masih berantakan Sebuah cerita transmigrasi pada umumnya, tidak ada yang spesial kecuali hubungan kita. Disclaimer : Pemeran utama lemah lembut tak bertulang menyebabkan banyak berkata kasar...