"Makannya lo membuat pertunangan bisnis ini demi menghancurkan gue? Lo mau balas semua perbuatan yang gak terbukti itu?"
"Iya gue cuma mau balas dendam pada lo Miselia. Semua rasa sakit yang gue rasakan dan orang tua gue. Lo juga harus merasakannya. Ingat rasa sakit harus dibalas dengan rasa sakit"
Miselia berdiri dari duduknya, ia tidak bisa hidup dengan bayang-bayang rasa bersalah. Hidup dengan bayang-bayang balas dendam dari Ellias.
"Benar Ell, rasa sakit harus dibalas dengan rasa sakit dan nyawa juga harus dibalas dengan nyawa kan"
Ellias menatap Miselia yang memucat, ia mendengar semua ucapan Miselia dan hanya mengangguk membenarkan.
"Ya semua harus dibalas dengan hal yang sama" balasnya dingin.
Miselia berjalan mundur ia membuka balkon kamar Ellias. Pria itu berdiri menatap Miselia tubuh memang sudah kembali pulih, ia menatap Miselia yang terus berjalan mundur.
"Gue yang akan menebus semua kesalahan Miselia" balasnya yang telah menatap kosong. Ia sudah muak dengan semua. Sudah cukupkan ia menjadi penurut dan hanya diam dengan tindakan Ellias. Akhirnya kebenaran terdengar bukan Miselia adalah pembunuh dan semu tindakan Ellias selama ini adalah buah hasil dari rasa sakitnya.
"Miselia lo mau apa" tanyanya mengikuti Miselia yang terus melangkah mundur hingga tubuh gadis itu menyandar pada balkon.
"Menebus semua kesalahan" ia mulai naik duduk pada pembatas balkon Ellias yang cukup besar. Ellias menatap nyalang melihat raut yang membuatnya benar-benar tak nyaman bukankah ini yang ia mau, tapi kenapa ia seolah tak senang melihat raut frustasi Miselia.
"Maafin Miselia Ell" lirihnya lalu menutup mata bersiap menjatuhkan diri kebelakang. Jantung Ellias berhenti berdetak, ia berlari meraih tubuh Miselia hingga terjatuh kedalam dekapannya.
Miselia merasakan tubuhnya bukannya terjatuh kebelakang namun menubruk sebuah dada bidang. Ia mendengar nafasnya yang memburu dengan nafas pria yang menariknya.
"LO GILA HAH" marah Ellias, entahlah ia merasa hatinya berdenyut melihat raut frustasi Miselia yang akan mengakhiri hidupnya.
"IYA ELLIAS GUE UDAH GILA, BUAT APA GUE HIDUP JIKA HANYA MENJADI BAHAN BALAS DENDAM. BUKANKAH INI YANG LO MAU? KEMATIAN GUE" balas Miselia memburu, bukankah ini yang pria itu mau untuk apa Ellias menolong dirinya.
"Biarin gue mati Ell, gue mau nebus semua kesalahan Miselia" ia berontak mencoba melepaskan diri. Namun Ellias merengkuhnya dengan erat.
Ellias menarik Miselia agar masuk kembali kedalam kamar lalu mengunci balkonnya.
Miselia meraung, menangis dan terus memukul dada Ellias.
"Gue pembunuh, biarkan pembunuh ini mati Ell" ia menangis dan terus memberontak namun Ellias menahannya. Menyakitkan, bodoh ia terus mencoba menepis rasa asing itu. Hingga rasa sakit dikepalanya kembali menjalar akhirnya Miselia meluruh dalam dekapan Ellias.
"Miselia"
_______
Miselia tengah berada di kamarnya dengan Marcelio yang terus menggenggam tangannya. Sejak tadi pria itu mencoba menanyakan tentang apa yang telah terjadi padanya. Namun Miselia masih bungkam, semenjak kepulangan Miselia dari tempat Ellias gadis itu terus bungkam.
"Hey kenapa" tanya Marcelio yang hanya dibalas gelengan.
"Kakak ke bawah dulu ya ambil makan"
Marcelio berlalu menuruni tangga untuk mengambil makan untuk Miselia. Ia tak sanggup melihat tatapan kosong itu lagi.
"Gue harus mati bukan. Raga ini terlalu menyeramkan untuk gue tempati, Miselia kenapa lo gak datang untuk memberi ingatan" lirihnya. Ia turun dari ranjang, melangkah menuju kamar mandi. Matanya menatap nanar pantulan dirinya yang menyedihkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Become an Antagonist Fiance (SELESAI)
Ficción General🪹🪹PERPINDAHAN JIWA MUSIM 1🪹🪹 Disclaimer : Tata bahasa masih berantakan Sebuah cerita transmigrasi pada umumnya, tidak ada yang spesial kecuali hubungan kita. Disclaimer : Pemeran utama lemah lembut tak bertulang menyebabkan banyak berkata kasar...