Sebuah basemen rumah milik seorang pria yang menjadi tokoh utama kita, terdapat seorang wanita yang tengah duduk terikat. Mulutnya tersumpal oleh lakban, matanya ditutup oleh selembar kain hitam.
Ia sejak tadi meronta meminta dibebaskan, sementara dua pria berpakaian licin tersebut tengah menatap wanita itu dengan pandangan penuh emosi.
Suasana di ruangan yang lembab itu semakin dingin karna aura kedua pria itu. Mereka berhasil menculik wanita tersebut dengan mudah tanpa perlawanan yang berarti.
Tak
Tak
Tak
Langkah kaki salah satu pria tadi tengah menghampiri wanita yang terikat tersebut. Detak jantungnya terus berdegup kencang seiring langkah yang mendekat.
Srek
Srek
Tangannya menarik lepas penutup mata dan mulut wanita tadi hingga terlepas. Matanya mulai menyesuaikan cahaya yang masuk. Ia melihat seorang pria yang berdiri didepannya. Tanpa menyadari seorang lagi yang tengah duduk diujung ruangan yang lebih gelap.
"Lepasin gue sialan" bentaknya tanpa takut.
Plakkk
Sebuah tamparan melayang ke pipi mulus wanita itu hingga tertoleh ke samping. Sebuah cap tangan besar berwarna merah tertempel apik di pipinya yang putih.
"Diem bitch" Ellias mengibaskan tangannya lalu mengambil sapu tangan untuk membersihkan bekas tangannya yang digunakan untuk menampar tadi, seolah ia baru saja menyentuh kotoran yang menjijikan. Sementara pria dipojok hanya menonton dengan tenang. Biarkan Ellias puas bermain dulu.
"Gue gak ada masalah sama lo sialan, lepasin gue bangsat"
"Jaga ucapan lo. Airin lo sedang dalam kendali gue. Jadilah anjing penurut" geramnya.
"Cuihh" Airin meludah kearah Ellias, untung saja pria itu sigap mundur hingga air liur tersebut tak mengenainya.
"Gue gak ada masalah sama lo"
"Yakin? Airin Daniella" aura Ellias semakin mencekam. Karna wanita ini ia sudah merusak kehidupan gadis lain. Setiap teringat hal itu rasa penyesalannya semakin dalam seolah tak berujung.
"Yakin" balasnya mengejek, Ellias memang gila tapi Airin lebih dari sekedar gila otaknya dan hatinya telah digadaikan hingga tak berperasaan.
"Elina. Lo pembunuh Elina" teriak Ellias sambil mencengkram dagu Airin. Mata mereka bertubrukan, Ellias dapat melihat tidak ada sorot terkejut atau menyesal.
"Hahahhahahaha.... Gadis sialan itu pantas mati"
Brakkk
Ellias menendang kursi tersebut hingga Airin terjatuh, wanita itu gila.
"Lo yang pantas mati Airin, tapi gue tidak akan semudah itu mendatangkan kematian kepada lo. Kematian terlalu ringan untuk dosa-dosa lo" Ellias meraih baju Airin agar terduduk kembali, ia menampar beberapa kali pada Airin hingga wajahnya membengkak.
Plakk
Plakkk
Plakkk
"Akhhh ssssttt...." Desisnya.
Tangannya meraih pisau, pria itu memainkannya membuat Airin mengguk ludah.
"Lo tau apa ini" tunjuk Ellias pada benda tajam yang dipegangnya "Pisau yang sama yang lo pakai untuk membunuh Elina"
Benda tajam itu menempel pada kulit Airin, pria itu menjalankannya menyusuri kulit wanita itu. Keringat dingin mulai berjatuhan, Airin meneguk ludahnya kasar. Sebuah kejahatan yang selama ini ia jaga telah terbongkar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Become an Antagonist Fiance (SELESAI)
General Fiction🪹🪹PERPINDAHAN JIWA MUSIM 1🪹🪹 Disclaimer : Tata bahasa masih berantakan Sebuah cerita transmigrasi pada umumnya, tidak ada yang spesial kecuali hubungan kita. Disclaimer : Pemeran utama lemah lembut tak bertulang menyebabkan banyak berkata kasar...