17

32.5K 3.7K 36
                                    

Matahari sudah berada di tempatnya tapi seorang gadis masih memilih untuk menutup mata. Ia baru tidur tadi sekitar pukul 4. Hari ini ia akan izin dari tempat Dellion sementara waktu. Kamarnya masih gelap, jendela masih tertutup rapat. Ia tak ingin beranjak hanya sekedar menyibak korden.

Suasana yang sesuai dengan keadaannya kali ini. Suram, ia kembali ke rumah orang tuanya. Marcelio ingin membawa Miselia ke apartemennya tapi dirinya menolak. Lagipula kalimat dari mamanya masih terngiang jika dirinya hanyalah beban bagi Marcelio.

Mata sembab setelah semalaman menangis meratapi kehidupannya disini. Pintu terbuka menampilkan Marcelio yang sudah berstelan rapi, ia akan bekerja hari ini. Melihat Miselia yang kembali menyalahkan diri sendiri membuatnya tak tega. Ia mendekat pada ranjang mengusap pelan wajah sembab Miselia.

"Gak tidur lagi hmm. Kak Marcel juga gak tau penyebab mama papa selalu gak adil pada lo" gumamnya.

Miselia yang merasakan usapan pada pipinya mengeliat, matanya terbuka pelan menyesuaikan cahaya yang diterima.
"Enghh, Kak Marcel mau berangkat"

"Iya, lo istirahat aja. Gue udah bilang Dellion lo libur hari ini"

"Makasih kak"

"Tidur lagi, gue tau lo baru tadi pagi mejamin mata subuh tadi. Nanti biar pelayan yang anter makanan"

Miselia mengangguk tidak menolak, ia juga butuh istirahat agar bisa kembali beraktivitas besok.

_____

Setelah seharian beristirahat kini Miselia kembali melanjutkan aktivitasnya. Lagipula dirinya perlu biaya untuk merenovasi toko yang terbakar, tak mungkin Miselia kembali menerima uluran dana dari Marcelio, meski pria itu dengan senang hati membantunya. Cukup sudah kemarin ia mendapat makian yang memekakan telinga. Ia sudah rapi menggunakan pakaian kantor, Miselia turun ke bawah dan menemukan kedua orang tuanya dan Marcelio berada di meja makan.

"Sini" ucap Marcelio.

Miselia dengan enggan akhirnya duduk disebelah Marcelio. Baru saja ia duduk pasangan suami istri tersebut langsung berdiri.

"Mama udah gak nafsu makan, ayo pa berangkat. Marcelio mama pergi" mama mencium pipi Marcelio lalu berlalu.

"Papa pergi nak, jangan sampai terlambat ke kantor Marcelio" pamit pria itu kemudian mengikuti sang istri.

Miselia merasa tak enak, masih pagi mereka sudah di suguhi oleh drama keluarga yang menyebalkan.

"Jangan didengerin, buruan makan nanti Kak Marcel anter" Marcelio mengusap rambut Miselia, miris orang tua mereka membenci Miselia tanpa sebab. Sudah sejak lama perlakuan tak adil ini namun mereka hanya diam saja. Marcelio ingin membawa Miselia keluar dari rumah ini. Namun Miselia menahan, ia tak ingin merusak hubungan Marcelio dengan orang tuanya.

"Iya kak" Miselia memakan makanannya yang sudah hambar, ini lebih baik hidupnya dulu yang tanpa orang tua daripada punya orang tua yang sangat membencinya.

"Kalo ada apa-apa hubungi gue" ucap Marcelio, mereka telah sampai didepan kantor Dellion.

Cupp

"Iya, Bye Kak Marcel. Hati-hati di jalan" Miselia keluar setelah mencium pipi Marcelio, sepertinya hal itu sudah menjadi kebiasaan Miselia setiap pamit pada Marcelio.

"Bener-bener gak baik buat jantung gue" batin Marcelio

Tangannya memegang pipi bekas ciuman Miselia. Setelah jantungnya tenang ia melajukan mobilnya meninggalkan kantor Dellion.

Miselia berjalan menuju lift sedikit berlari karna lift akan tertutup.
"Tunggu"

Pintu lift akan tertutup namun ditahan oleh orang yang ada didalam.
"Makasih" ucap Miselia tanpa menatap orang itu, ia masih mengatur nafasnya.

Become an Antagonist Fiance (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang