Setelah selesai mengurus masalah toko roti Miselia yang baru terbakar, Marcelio kini tengah menuju apartemen tunangan adiknya. Ia baru diberitahu oleh Ellias tadi jika toko roti Miselia terbakar dan adiknya kini bersama dengan Ellias.
Rasa cemas menyelimutinya, Miselia baru saja keluar dari rumah sakit dan kini sudah mendapat masalah dengan toko roti miliknya yang terbakar. Gadis kecil itu pasti tengah menyalahkan dirinya saat ini, sifat Miselia yang sangat ia hafal apalagi toko roti itu adalah pemberiannya.
Baru tadi pagi ia melihat Miselia yang senang akan pergi ke toko rotinya namun siang harinya ia sudah mendapat kabar bahwa toko terbakar.
Polisi hanya mengatakan bahwa dugaan penyebab kebakaran adalah korsleting listrik didalam toko. Menurut keterangan saksi yang mendengar suara ledakan dari daerah belakang, meski dirinya merasa janggal karna toko roti tersebut memiliki jadwal control listrik. Tapi Marcelio tak peduli entah barang pemberiannya hilang rusak atau terbuang sekalipun tak masalah baginya. Yang terpenting saat ini adalah keadaan Miselia, gadis itu harus dalam keadaan baik-baik saja.
Ia memencet bel apartemen Ellias.
"Ada tamu" Ellias melepas rengkuhan dari badan tunangannya. Miselia hanya mengangguk, ia menyeka bekas air matanya.
Pria itu berjalan menuju pintu, kemudian pintu terbuka menampilkan Marcelio yang tengah berdiri didepannya.
"Masuk"
"Gimana keadaan Miselia?"
Marcelio mengikuti Ellias memasuki unit apartemennya.
"Lihat sendiri" tangan Ellias meraih handle pintu kemudian membukanya, ia mempersilahkan Marcelio masuk dan memberi waktu untuk kedua saudara tersebut.
Ellias berjalan menuju dapur untuk mengambil kaleng berisi air minum berbagai rasa.
Marcelio berjalan mendekati Miselia yang kini tertunduk setelah melihatnya masuk. Pria itu duduk disebelah Miselia, tangannya mengusap pelan kepala Miselia.
Rasa bersalah Miselia bertambah besar ketika melihat Marcelio, dirinya hanya biang masalah di dunia ini. Matanya memanas air mata berlomba - lomba untuk turun.
"Maaf"
"Hey... Gak papa"
"Toko rotinya kebakaran pasti gara - gara Miselia"
"Hey engga, lo gak salah apapun" Marcelio mengusap air mata yang mengalir di pipi Miselia.
"Miselia emang pembawa sial"
Marcelio membawa Miselia kedalam pelukannya. Adiknya bukan pembawa sial dia adalah anugrah.
"Ssst... Miselia bukan pembawa sial" balas Marcelio
"Maafin Miselia, bikin toko roti kebakaran"
"Semua karna Miselia"
"Miselia gak bisa jaga barang pemberian Kak Marcel"
"Maafin Miselia"
"Miselia gak salah apapun disini, jangan salahin diri lo terus gue gak suka dengernya"
Marcelio dapat merasakan seberapa besar rasa bersalah Miselia. Melihat toko miliknya terbakar didepan mata pasti sangat mengguncang Miselia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Become an Antagonist Fiance (SELESAI)
General Fiction🪹🪹PERPINDAHAN JIWA MUSIM 1🪹🪹 Disclaimer : Tata bahasa masih berantakan Sebuah cerita transmigrasi pada umumnya, tidak ada yang spesial kecuali hubungan kita. Disclaimer : Pemeran utama lemah lembut tak bertulang menyebabkan banyak berkata kasar...