Miselia melihat sekeliling, mengamati apartemen yang baru ia beli. Sesuai dengan harapannya. Sebuah unit apartemen disalah satu pusat kota yang lumayan jauh dari toko, ia tak masalah apartemennya jauh atau dekat selama masih ada tranportasi umum ia bisa datang ke sana.
Miselia telah meletakkan 2 koper besar berisi barang miliknya. Apartemen yang ia beli tak perlu banyak perubahan karna ia juga tak terlalu memikirkan apa yang harus ada disana. Mungkin ia hanya akan merubah beberapa sudut menjadi rak-rak buku yang berisi buku bacaannya nanti.
Marcelio belum tau ia telah mendapat unit apartemen, mungkin nanti ia akan menghubungi pria itu. Ia memasuki kamar, sebuah ranjang yang cukup besar untuk dirinya sendiri. Koper terbuka ia mulai meletakkan pakaiannya pada lemari menyusun dengan rapi.
Setelah selesai ia menyimpan kopernya. Perutnya terasa lapar ia akan membeli makanan yang sudah jadi, tadi ia tak sempat membeli bahan makanan karna terburu-buru saking senangnya telah memiliki apartemen pribadi. Hidungnya mengendus badannya yang ternyata sudah berbau, mungkin mandi terlebih dahulu baru ia akan membeli makanan.
Miselia keluar dari kamar mandi, mengambil baju memakainya. Ia keluar dari unit apartemennya. Kakinya melangkah menyusuri lorong kemudian memasuki lift memencet lantai dasar.
Lift hanya terisi olehnya, unit apartemen miliknya berada di lantai 15 sedangkan gedung ini ada 30 lantai. Lift berhenti dibeberapa lantai menaikkan dan menurunkan pengguna.
Ia memojokkan diri karna keadaan lift yang mulai agak penuh.
"Miselia"
Miselia yang semula menatap sendalnya mengangkat kepala, menemukan pria yang lumayan ia hindari. Rainer, entah kebetulan macam apa.
"Hai Rainer" balasnya sekenannya kakinya bergerak gelisah, keadaan lift yang berdesakan membuat ia dan Rainer menjadi dekat.
"Lo tinggal disini"
"Iya baru pindah"
"Lain kali ke tempat gue, apartemen gue di lantai 18" keberuntungan macam apa ini, bagaimana bisa ia satu gedung dengan Rainer.
"Kapan-kapan deh"
"Lo mau kemana?"
"Beli makan"
"Sama dong mau bareng?" Tawarnya
Ting
Pintu lift terbuka, satu-persatu orang mulai berjalan keluar begitu juga dengan Miselia. Rainer masih mengikutinya menawarkan untuk membeli makan bersama.
"Gimana mau bareng?"
Hingga ponsel dalam tas Miselia bergetar, menandakan ada panggilan masuk. Ia buru-buru mengangkat telfon tersebut tak perduli siapa yang menelepon, kali ini ia akan sangat berterima kasih pada penelepon tersebut.
"Hallo kak"
..........
"Iya ini udah mau keluar dari apartemen heaven residen, ini udah hampir sampai depan"
........
"Ohh lo mau jemput ya udah buruan"
..........
Panggilan terputus, Miselia masih berkeringat entah mengapa Rainer masih mengikutinya. Entah siapapun yang meneleponnya tadi ia berharap orang itu mau menolongnya. Ia tak sempat mendengar dengan benar balasan disebrang tadi. Please tolong Miselia kali ini lagi.
"Lo duluan aja, gue mau dijemput" balasnya yang mengerti maksud pertanyaan yang Rainer cecar sejak tadi.
Pria itu menatap Miselia "Gue temenin lo nunggu"
KAMU SEDANG MEMBACA
Become an Antagonist Fiance (SELESAI)
General Fiction🪹🪹PERPINDAHAN JIWA MUSIM 1🪹🪹 Disclaimer : Tata bahasa masih berantakan Sebuah cerita transmigrasi pada umumnya, tidak ada yang spesial kecuali hubungan kita. Disclaimer : Pemeran utama lemah lembut tak bertulang menyebabkan banyak berkata kasar...