Seorang gadis kecil berlari memasuki sebuah kamar. Di kamar tersebut gadis kecil itu menghampiri pria paruh baya yang sedang memegang figura foto. Gadis kecil itu adalah Alesha, dan pria paruh baya itu adalah Ranajaya, Kakek dari Alesha.
"Opa," panggil Alesha yang membuat Ranajaya menoleh dan tersenyum saat melihat sang cucu.
"Ada cucu Opa ternyata, kemari sayang. Di antar siapa tadi?" Ranajaya meletakan figura foto yang di pegangnya di atas nakas, kemudian ia menghampiri Alesha dan mengajaknya duduk di ranjangnya.
"Di antar Papa tadi," jawab Alesha dengan wajah murung.
Ranajaya yang melihat ekspresi wajah sang cucu pun sontak bertanya. "Alesha, kenapa wajah kamu seperti ini? Ada apa nak?" tanya Ranajaya sambil mengusap rambut cucunya.
"Ternyata punya empat orang tua itu nggak enak, Opa." Alesha menjawab sambil memainkan kakinya yang tidak sampai di lantai kamar.
"Mereka lebih mementingkan dedek daripada Alesha. Apalagi Ayah sama Mama, Alesha selalu di marahi atas kesalahan yang nggak Alesha buat. Alesha mau main sama dedek Gia aja nggak boleh. Alesha juga ingin seperti teman-teman Alesha, punya Mama dan Papa yang sangat sayang sama mereka," lanjut Alesha lagi yang membuat Ranajaya tertegun.
Ranajaya kemudian memeluk erat sang cucu, hatinya sangat teramat sakit mendengar penuturan anak yang masih berusia enam tahun itu. Rasa kasihan ada dalam benak Ranajaya saat melihat cucunya harus merasakan keluarga yang tidak utuh sejak dini. Di umur yang seharusnya masih sangat membutuhkan kasih sayang yang cukup dari orang tua, justru tidak di dapatkan oleh cucunya.
"Alesha harus kuat, ya. Mungkin takdir ini nggak adil untuk kamu. Tapi percaya kepada Tuhan, rencana-Nya pasti yang terbaik untuk Alesha," ujar Ranajaya kepada Alesha.
"Iya, Opa. Semoga saja Alesha kuat menghadapi dunia ini," balas Alesha.
Ranajaya mengecup puncak kepala Alesha dengan sayang. "Jangan merasa sendiri, Alesha. Ada Opa di sini. Selama Opa belum di timbun tanah, Opa akan selalu ada untuk kamu. Sekarang Opa mau ke makam Oma, kamu mau ikut?"
"Mau Opa, Alesha juga udah lama nggak datang ke makam Oma," balas Alesha dengan antusias.
Di sebuah kamar, terlihat Alesha tengah merenung mengingat kenangan masa lalu yang tiba-tiba melintas di pikirannya. Kenangan bersama sang Kakek dulu saat ia masih berusia enam tahun.
Suara ketukan pintu dan suara seseorang memanggil Alesha membuat Alesha terpaksa berjalan menuju pintu untuk membukanya. Pintu terbuka, terlihat Gavin berdiri di depan pintu dengan membawa nampan berisi makanan.
"Alesha kamu makan dulu, ya. Dari kemarin kamu belum makan." Gavin masuk ke kamar yang di tempati Alesha tanpa ijin. Kemudian ia menarik tangan Alesha agar duduk di sofa yang ada di sana.
"A—" Belum sempat Alesha mengucapkan sesuatu, Gavin terlebih dulu memotongnya.
"Jangan bilang kamu nggak laper. Kakak tau pasti kamu laper, dari kemarin perut kamu nggak ke isi apa-apa. Sini biar Kakak suapin, buka mulutnya." Gavin menyendokan makanan dan menyuruh Alesha membuka mulut.
Alesha pun menurut dan menerima suapan Gavin. Saat ini dirinya juga merasa sangat lapar setelah menangis semalaman. Alesha mengunyah makanan di mulutnya dengan pelan sambil memperhatikan Gavin yang berbicara kepadanya.
"Jangan bersedih terus Alesha, di sini kami juga sedih kehilangan Opa. Tapi apa dengan cara bersedih seperti ini terus, Opa akan kembali? Itu tidak mungkin. Kamu pikirkan kesehatan kamu juga, Opa di sana pasti sedih ngeliat cucunya yang terus-terusan nangis dan mengabaikan kesehatan," ujar Gavin panjang lebar.
Alesha berpikir, mungkin yang diucapkan oleh Gavin ada benarnya. Dirinya terlalu larut dalam kesedihan sehingga melupakan kesehatannya.
"Kamu setelah selesai makan ganti baju, ya. Nanti biar Kakak pinjam punya Mamah buat kamu pakai." Gavin mengucapkan itu sambil kembali menyuapi Alesha.
Alesha mengangguk membalas ucapan Gavin. Dari semalam dirinya memang belum mengganti bajunya. Baju yang sekarang ia pakai adalah baju yang di pinjami oleh Tantenya, Mamah dari Gavin.
࿏
࿏
࿏
Suasana duka masih menyelimuti kediaman Ranajaya. Dan di tengah-tengah suasana duka, keluarga besar Ranajaya di kumpulkan di ruang keluarga yang ada di kediaman Ranajaya.Alesha yang baru saja mengganti pakaiannya dalam hati bertanya-tanya, mengapa ia di panggil agar ke ruang keluarga. Yang lebih membuatnya penasaran adalah keluarga besar Ranajaya telah berkumpul di sana. Ia kemudian mendudukan diri di samping Revan, sepupu tertua Alesha.
"Ada apa sampai harus berkumpul di sini? Kenapa ada Om Reno juga?" tanya Alesha yang melihat orang kepercayaan Kakeknya ada di sana.
"Biar Reno yang menjelaskan," ucap David, Kakak dari Mama Alesha.
"Sebelumnya saya minta maaf karena datang di tengah suasana yang masih berduka. Jadi begini, maksud kedatangan saya kemari adalah untuk menyampaikan wasiat Tuan Ranajaya sebelum meninggal," ujar Reno, orang kepercayaan Ranajaya.
"Ini untuk kamu Alesha. Tuan Ranajaya menulis surat itu sebelum beliau masuk ke ruang ICU." Reno menyerahkan sebuah amplop kepada Alesha.
"Itu bisa kamu baca nanti. Sekarang saya akan menyampaikan hal lain, yaitu tentang pembagian harta kekayaan Tuan Ranajaya kepada ke empat cucu beliau. Disini tertulis bahwa sepuluh persen dari harta beliau akan di sumbangkan ke yayasan panti asuhan. Dan bagian untuk Alesha adalah tiga puluh persen, sedangkan untuk Gianira, Revan dan Gavin mendapatkan masing-masing dua puluh persen." Reno berujar sembari melihat tulisan di kertas map.
"Maaf, kenapa bagian untuk Alesha paling banyak di antara yang lain?" tanya Aditya.
"Untuk masalah itu saya tidak tau. Karna yang menulis pernyataan itu sendiri adalah Almarhum Tuan Ranajaya," jawab Reno dengan apa adanya.
"Kenapa Papa tidak membagi rata hartanya untuk cucu-cucunya. Ini sangat tidak adil karna Alesha mendapat bagian paling besar," celetuk David yang di setujui oleh Liza, Mama Alesha.
Alesha yang mendengar hal tersebut langsung mengangkat kepalanya setelah sedari tadi menunduk mengamati surat dari Kakeknya. Keluarganya tiba-tiba mempermasalahkan pembagian warisan Kakeknya. Padahal baru tadi pagi Kakeknya dikebumikan.
"Om, Opa baru tadi pagi di makamkan. Saat ini keadaanya masih berduka, kenapa kalian harus mempermasalahkan pembagian harta warisan Opa saat ini?" Alesha bertanya kepada keluarganya. Ia tidak habis pikir dengan pemikiran keluarganya saat ini.
"Lo ngomong kayak gitu karna lo seneng kan dapet harta warisan paling banyak?" sahut Revan yang berada di samping Alesha.
"Alesha nggak seperti apa yang Kakak omongin," balas Alesha sembari menatap Revan.
"Saya setuju dengan Revan. Kamu kan cucu kesayangannya Papa, pasti kamu sendiri yang meminta Papa untuk menulis bagian paling besar untuk kamu," timpal David.
"Terserah kalian, yang pasti Alesha nggak seperti itu. Dan untuk bagian Alesha, kalian ambil saja semua. Alesha nggak butuh." Setelah mengatakan itu Alesha bangkit dari duduknya dan berjalan ke luar rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALEAGAS [END]
Teen FictionBagaimana bisa cewek posesif akut dan cowok gengsi tinggi menjalin hubungan? Ini tentang Alesha dan Agastya, dua orang remaja yang menjadi sepasang kekasih. Berawal dari Agastya yang iseng mengajak Alesha berpacaran, sampai akhirnya hubungan mereka...