CHAPTER 39

762 41 0
                                    

Suara tangisan Alesha terdengar pilu. Ia baru saja kehilangan sesuatu yang sangat berharga. Sesuatu yang selama ini telah ia jaga dengan baik. Namun kini hilang direnggut paksa oleh Agastya.

Alesha menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. Ia beranjak dari ranjang meninggalkan Agastya yang terlelap setelah mengambil sesuatu yang berharga darinya. Alesha kemudian mengambil handphone-nya yang tergeletak di nakas samping ranjangnya.

Dengan terisak Alesha mencoba menghubungi Raiden, Ayahnya.  Panggilan pertama tidak terjawab, hingga pada panggilan ketiga Alesha berhasil menghubungi Raiden. "Papa..." lirih Alesha setelah teleponnya diangkat oleh Raiden.

"Alesha, ada apa? Ada apa dengan kamu?" Suara Raiden dari seberang telepon terdengar sangat khawatir.

"Papa, tolong Alesha. Alesha takut..." balas Alesha dengan suara parau. Tentu saja hal itu tambah membuat Raiden merasa khawatir dengannya.

"Tunggu Papa, nak. Papa akan segera datang ke sana." Setelah mengatakan itu Raiden langsung mematikan teleponnya.




"Alesha," panggil Raiden sembari berlari menghampiri Alesha yang kondisinya sangat berantakan dan memprihatinkan.

Raiden yang mendapatkan telepon dari Alesha di jam 3 dini hari, tentu saja sangat khawatir. Dengan segera ia menuju rumah mendiang mertuanya yang sekarang Alesha tempati. Kekhawatirannya sekarang terbukti saat melihat kondisi Alesha sekarang.

"Papa, A-Alesha sekarang kotor..." lirih Alesha. Tangisan Alesha bertambah saat melihat kedatangan Raiden dan Rania. Bahkan matanya bengkak serta sembab karena terlalu menangis.

Rania yang ikut datang bersama dengan Raiden pun langsung memeluk Alesha. Tangisnya pecah melihat kondisi Alesha sekarang. Rania dapat menebak hal yang terjadi pada putri sambungnya itu.

Rania membantu Alesha untuk menutupi tubuhnya menggunakan selimut. Ia juga langsung memeluk erat Alesha. Ia yang bukan Ibu kandung Alesha saja merasa sangat sakit saat melihat Alesha yang sekarang.

Sedangkan Raiden mengepalkan tangannya saat mendengar penuturan putrinya itu. Bahkan ia meneteskan air matanya, ia tahu maksud Alesha. Dengan amarah yang menguasai dirinya, Raiden masuk ke dalam kamar Alesha. Terlihat laki-laki yang sangat ia kenali tengah terlelap di ranjang dengan bertelanjang dada.

Dengan kasar Raiden menarik Agastya, ia menghempaskan Agastya begitu saja ke lantai kamar. Hal itu tentu saja membuat Agastya tersadar, dirinya yang masih dalam pengaruh minuman keras pun mencoba mempertajam pandangannya. Agastya masih tidak ingat tentang hal yang ia lakukan.

Dan dengan membabi buta Raiden memberikan bogem mentah kepada Agastya, laki-laki yang telah menodai putrinya. Raiden sangat tidak terima atas hal yang telah Agastya lakukan kepada putrinya yang selama ini ia jaga dengan baik.

"Brengsek! Bajingan kamu, Agastya! Apa yang telah kamu lakukan terhadap putri saya?! Kamu menodai-nya hah?! Benar-benar bajingan kamu, Agastya!" teriak Raiden yang memaki Agastya.

Raiden memberikan pukulan serta tendangan kepada Agastya tanpa rasa kasihan sedikitpun. Amarah benar-benar mengusai diri Raiden. Siapa yang tidak marah jika putrinya dirusak oleh laki-laki brengsek seperti Agastya. Hati Ayah mana yang tidak merasa sakit melihat putrinya menangis karena kehilangan sesuatu yang sangat berharga.




"Kamu menodai Alesha? Di mana otak kamu, Agastya?!"

Gardana berteriak sembari menghajar Agastya. Ia telah mengetahui perbuatan putranya itu. Gardana juga tidak habis pikir dengan perbuatan Agastya yang merusak masa depan seorang gadis. Sedangkan Airin masih belum sadar dari pingsannya. Ia terkejut dengan perbuatan yang telah dilakukan putranya.

"Ayah sendiri yang akan melaporkan kamu ke polisi, Agastya. Kamu harus mempertanggung jawabkan perbuatan kamu!" murka Gardana.

Agastya tergeletak tak berdaya di lantai. Wajah dan tubuhnya seperti mati rasa akibat dihajar habis-habisan. Sebelum benar-benar kehilangan kesadaran, Agastya meneteskan air matanya. Ia menyesali perbuatannya.




"Raiden, Paman mewakili Agastya ingin meminta maaf kepada kamu dan Alesha. Paman berjanji akan memasukan dia ke dalam penjara," ucap Nawasena kepada Raiden. Nawasena bersama dengan Gardana saat ini di kediaman Raiden untuk meminta maaf atas perbuatan Agastya.

"Sebenarnya Raiden ingin melakukan hal itu, Paman. Raiden ingin memenjarakan Agastya yang telah merusak masa depan Alesha. Tapi Raiden masih memiliki rasa kasihan terhadap Agastya. Raiden hanya ingin meminta kepada Paman dan Gardana untuk menjauhkan Agastya dari Alesha serta menutup rapat kejadian ini. Jangan sampai ada pihak lain mengetahui kejadian ini. Hanya itu saja, Paman," balas Raiden dengan berat hati. Sebenarnya ia juga ingin memenjarakan Agastya, tetapi ia memiliki sedikit rasa kasihan kepada laki-laki yang telah merusak masa depan putrinya.

"Terima kasih Raiden karena kamu telah berbaik hati dengan tidak memenjarakan Agastya. Sekali lagi Paman mewakili Agastya ingin meminta maaf kepada kamu dan Alesha." Nawasena kembali berucap lagi.

"Tapi Gardana akan tetap memenjarakan Agastya, Pa. Gardana ingin dia mempertanggung jawabkan perbuatannya," sahut Gardana. Ia masih bersikeras untuk memasukan putranya ke dalam penjara.

"Saya tahu jika kamu ingin Agastya mempertanggung jawabkan perbuatannya. Tapi apakah kamu tega jika harus melihat anakmu itu mendekam di penjara? Saya sudah berlapang dada memberikan maaf kepada Agastya, tetapi kamu sendiri ingin memenjarakan dia," balas Raiden kepada Gardana.

"Sebenarnya saya sangat marah dengan Agastya. Ayah mana yang tidak marah jika putrinya telah dinodai oleh laki-laki seperti Agastya. Tapi kemarahan saya tidak mungkin dapat mengembalikan sesuatu yang sudah hilang. Jadi saya harap kamu dapat memaafkan kesalahan putra-mu itu," lanjut Raiden lagi.

"Hilangkan keras kepalamu itu untuk saat ini, Gardana. Raiden telah memaafkan Agastya. Tetapi kau ingin memperpanjang masalah ini. Kau juga ingin melihat anakmu itu memiliki masa depan buruk karena pernah menjadi narapidana? Kau menginginkan hal itu, Gardana?" tegur Nawasena.

Gardana hanya terdiam mendengar perkataan Ayahnya. Ia tidak bisa lagi beralasan untuk memenjarakan putranya. Padahal ia sangat ingin putranya mempertanggung jawabkan perbuatannya.

"Paman, Raiden ingin mempercepat pertunangan dan pernikahan Alesha dengan Argi. Raiden tidak ingin Alesha terlalu larut dalam kesedihannya karena Agastya. Raiden juga ingin meminta kepada Paman untuk menjauhkan Agastya dari kehidupan Alesha. Biarkan Alesha hidup bahagia dengan Argi tanpa mendapat gangguan dari Agastya," ujar Raiden kepada Nawasena.

Mendengar perkataan Raiden, membuat Nawasena menyetujuinya. "Jika itu kemauan kamu, Paman akan melakukannya. Paman akan merencanakan pertunangan dan pernikahan Alesha dan Argi secepatnya."

—————

Halo para readersku semua! Maaf ya, part kali ini agak kurang gimana gitu. Aku juga minta maaf karena baru bisa up sekarang, kemarin2 otak aku masih buntu buat mikirin kelanjutan cerita ini. Oke gitu aja, sampai jumpa di chapter selanjutnya...

ALEAGAS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang