CHAPTER 38

770 49 0
                                    

"Agastya! Agastya buka pintunya! Ada apa dengan kamu, Agastya?!" teriak Gardana sembari menggedor-gedor pintu kamar Agastya.

"Agastya, buka pintunya sayang! Ada apa dengan kamu?" Airin ikut berteriak sembari menggedor-gedor pintu kamar Agastya.

Kedua orang tua Agastya itu berteriak sembari menggedor-gedor pintu kamar Agastya karena melihat sikap aneh dari putra mereka. Agastya tadi pulang ke rumah dengan menunjukan sikap aneh. Bahkan pertanyaan yang dilontarkan Airin dan Gardana tidak dibalas oleh Agastya.

Oleh karena itu sepasang suami istri itu berteriak sembari menggedor-gedor pintu kamar Agastya. Mereka takut jika terjadi sesuatu yang buruk kepada putra mereka. Apalagi mereka sempat melihat kemarahan terlihat di wajah Agastya.

"Mas, bagaimana ini? Aku takut jika terjadi sesuatu dengan Agastya," ucap Airin kepada Gardana.

"Aku juga tidak tahu, Airin. Anak itu pulang ke rumah dengan sikap yang aneh. Kamu ambil kunci cadangan kamar Agastya di laci kamar kita. Aku baru ingat jika kamar Agastya memiliki kunci cadangan," balas Gardana kepada istrinya itu.

"Iya Mas."



Di dalam kamarnya, Agastya berteriak sembari membanting barang-barang di kamarnya. Ia melampiaskan emosinya dengan membanting barang-barang di kamarnya.

Di saat hubungannya dengan Alesha berjalan baik, masalah besar menghampiri. Masalah yang tidak ada jalan keluarnya. Hal ini sangat tidak Agastya sangka sebelumnya. Karena yang Agastya pikirkan adalah permasalahan hubungan jarak jauh yang akan ia jalani dengan Alesha.

"Bangsat! Kenapa harus ada perjodohan sialan ini!" teriak Agastya.

Pintu kamar secara tiba-tiba terbuka. Terlihat Airin dan Gardana masuk ke dalam kamar. Mereka terkejut melihat kondisi kamar Agastya yang berantakan. Terlebih lagi mereka terkejut melihat kondisi putra mereka.

"Sayang, ada apa dengan kamu?" Airin berlari menghampiri Agastya. Dengan segera ia memeluk putranya itu.

"Ada apa dengan kamu, Agastya? Kakek kamu tidak jadi memberikan salah satu perusahaannya kepada kamu?" Kini giliran Gardana yang bertannya kepada Agastya. Ia juga langsung menghampiri Agastya yang tengah ditenangkan istrinya.

Airin mengusap lembut rambut Agastya. Ia berusaha menenangkan putranya yang terlihat marah itu. "Tenangin diri kamu, sayang. Cerita sama Bunda, ada apa dengan kamu?"

"Kakek menjodohkan Argi dengan Alesha, Bun," lirih Agastya.

Airin dan Gardana terkejut dengan hal yang dikatakan Agastya. Mereka tidak tahu mengenai hal ini sebelumnya. Ayah mereka itu tidak pernah membahas tentang perjodohan antara Alesha dan Argi.

"Apa? Tidak salah dengar kamu, Agastya?" tanya Gardana kepada putranya.

"Telinga Agastya masih berfungsi, Yah. Agastya tidak salah dengar," balas Agastya dengan suara serak.

"Kenapa Papa melakukan hal ini. Tidak tahukah jika Alesha pacar Agastya," celetuk Gardana.

"Yah, tolong bujuk Kakek untuk membatalkan perjodohan ini. Agastya cinta dengan Alesha," pinta Agastya kepada Ayahnya.

Agastya tidak ingin jika harus berpisah dengan Alesha, gadis yang telah membuatnya merasakan jatuh cinta untuk pertama kalinya. Selama ini ia telah salah mengartikan perasaannya. Dan sekarang ia menyesal. Di saat hubungannya membaik, masalah besar menghampiri hubungannya.




Agastya meneguk minuman beralkohol di gelasnya hingga tandas. Kepala Agastya terasa pusing luar biasa. Pandangan Agastya juga memburam. Sudah terhitung lima gelas minuman beralkohol yang Agastya teguk. Entah apa yang dipikirkan Agastya hingga berani meminum minuman terlarang itu.

Dengan berjalan sempoyongan Agastya keluar dari sebuah club malam. Pikirannya saat ini hanya tertuju kepada Alesha. "Lo harus jadi milik gue, Sha," ucap Agastya dengan suara serak.




Suara pintu rumah yang terketuk membuat Alesha terbangun dari tidurnya. Alesha mengucek matanya, setelahnya ia melihat ke arah jam dinding yang menunjukan pukul 1 dini hari. Siapa yang datang ke rumahnya di waktu orang-orang telah tertidur.

Dengan langkah gontai Alesha keluar dari kamarnya. Dan sesampainya di depan pintu rumahnya, Alesha langsung membuka pintu. Terlihat Agastya tengah bersandar di samping pintu.

"Hai, sayang," sapa Agastya dengan suara serak dan berat.

"Agastya, ngapain lo malem-malem ke sini?!" tanya Alesha dengan nada tinggi. Ia tidak habis pikir dengan pacarnya itu yang bertamu malam-malam.

"Shhttt... jangan teriak-teriak sayang. Nggak enak di denger tetangga," balas Agastya sembari meletakan jari telunjuknya di depan bibir Alesha.

"Lo mabuk apa gi—" Alesha tidak sempat melanjutkan ucapannya karena Agastya menariknya masuk ke dalam rumah.

"Ayo masuk ke dalam. Angin malam nggak bagus buat kamu." Tanpa menunggu persetujuan Alesha, Agastya menarik Alesha masuk ke dalam rumah.

"Lo gila, Gas?!" Alesha kembali berteriak.

"Gue bilang jangan teriak-teriak!" sentak Agastya yang langsung membekap mulut Alesha.

Agastya kemudian membawa Alesha masuk ke dalam kamarnya. Akal pikiran sehat Agastya sekarang menghilang.

"Brengsek, lepasin gue!" Alesha berusaha memberontak dari Agastya.

Agastya mendorong Alesha ke ranjang yang berada di kamar Alesha. Agastya juga ikut menaiki ranjang. Ia langsung menindih Alesha begitu saja. Ia juga berbisik tepat di samping telinga Alesha, "lo harus jadi milik gue, Alesha."

Alesha terus memberontak, tapi tenaganya tidak kuat melawan Agastya. Mata Alesha memanas melihat tindakan yang dilakukan Agastya. Bahkan air matanya sekarang mengalir deras melihat Agastya yang telah lancang menyentuh tubuhnya.

"Gue mohon jangan, Gas," lirih Alesha yang mengerti hal yang akan Agastya lakukan kedepannya.

"Nggak ada yang bisa memiliki lo selain gue, Sha," desis Agastya yang membuat Alesha semakin memberontak dan menggelengkan kepalanya.

"Gue mohon lepasin gue, Gas. Gue mohon..." Alesha menggeleng dengan berderai air mata.

Agastya mengambil keputusan yang mungkin akan ia sesali. Akal pikiran sehatnya menghilang. Ia mengambil keputusan tanpa memikirkan akibat tindakan yang ia ambil.

—————

Menjelang end nih, kalian tim mana? Sad end atau happy end? Tunggu kelanjutan cerita ini ya, aku akan selesain cerita ini dengan versi terbaik menurutku. Sampai jumpai di part selanjutnya...

ALEAGAS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang