CHAPTER 32

929 54 1
                                    

Di sebuah kamar rumah sederhana, Alesha tengah memeluk kedua kakinya sembari menangis. Ia menangisi takdir hidupnya yang terlalu menyakitkan. Dan sekarang Alesha juga mengerti maksud dari surat yang Kakeknya tulis untuknya. Ternyata kenyataan yang harus ketahui adalah kebenaran yang orang tuanya sembunyikan selama ini.

Alesha saat ini merasa seperti tokoh disebuah cerita fiksi yang sering ia baca, banyak mendapat kejutan menyakitkan. Alesha berharap jika kisah hidupnya sama seperti cerita yang ia baca, berakhir bahagia. Namun ia tidak tau jalan hidupnya kedepannya, yang ia bisa lakukan hanyalah berharap. Karena kisah hidupnya ditulis oleh pemilik semesta, bukan seorang penulis.

Alesha kemudian menghapus air matanya dengan kasar. Ia tidak boleh larut dalam kesedihan terus-menerus. Semua takdir hidupnya pasti sudah ditulis oleh Tuhan secara baik.

Setelahnya Alesha mengedarkan pandangan sekeliling kamar yang sekarang ia tempati. Kondisi kamar yang cukup berantakan, mungkin sekarang ia harus melupakan kesedihannya dan mulai membereskan kamar. Mungkin juga ia harus memanggil tukang untuk sedikit merenovasi rumah Kakeknya yang akan ia tempati mulai sekarang.

Ya, Alesha sekarang berada di rumah Kakeknya. Mulai sekarang ia akan menempati rumah Kakeknya yang diberikan untuknya. Alesha memutuskan pergi dari rumah Raiden dan memilih tinggal di rumah sederhana yang Kakeknya berikan.

Alesha juga mengembalikan semua seluruh harta benda yang Raiden berikan untuknya, ia tidak mau merepoti orang yang selama ini mengaku sebagai Ayah kandungnya. Dan berbekal harta yang Ranajaya berikan, Alesha akan memulai hidupnya di rumah sederhana Kakeknya. Ia akan memulai hidupnya tanpa orang-orang yang selama ini telah menyakitinya.

Semoga keputusanku ini tepat, batin Alesha sembari mengirim pesan kepada seseorang.




Agastya menghampiri Alesha dengan senyuman lebar yang tercetak jelas di wajah penuh lebamnya. Ia langsung mendudukan diri tepat di samping Alesha yang sudah sedari menunggu di taman. Agastya tadi mendapat pesan dari Alesha yang mengajaknya bertemu di taman, dengan segera ia membalasnya dan menemui Alesha. Ia akan gunakan kesempatan ini untuk meminta maaf kepada Alesha.

Melihat Agastya yang menghampirinya dengan senyuman lebar membuat Alesha mengernyitkan dahinya karena heran. Kerasukan setan mana pacarnya itu. Alesha kemudian menghilangkan rasa herannya dan langsung menatap datar Agastya yang masih menampilkan senyumannya.

"Habis maling di mana lo, Gas? Muka lo kayak habis digebukin warga," celetuk Alesha saat melihat wajah Agastya yang penuh lebam.

Agastya tidak membalas celetukan Alesha, ia justru mengatakan sesuatu yang membuat Alesha heran, "Sha, maafin sikap gue selama ini ke lo. Gue nyesel, Sha. Gue mohon maafin gue."

"Mabuk lo, Gas?" tanya Alesha lagi.

"Nggak, gue nggak mabuk. Gue beneran minta maaf sama lo, Sha," jawab Agastya dengan cepat.

"Udah lah, Gas. Nggak ada gunanya lo minta maaf. Gue mau mengakhiri hubungan kita. Gue udah muak atas sikap lo selama ini. Mulai sekarang kita nggak ada hubungan lagi, dan lo bisa bebas berhubungan sama sahabat perempuan lo itu." Perkataan Alesha baru saja membuat Agastya menggelengkan kepalanya dengan cepat.

"Nggak! Gue nggak mau putus sama lo! Gue sayang sama lo, Sha," balas Agastya sambil menggelengkan kepalanya.

Alesha berdecih mendengar hal itu. Ia kemudian membalas perkataan Agastya dengan nada sinis, "apa lo bilang? Sayang? Nggak yakin gue sama lo yang barusan ngomong gitu. Sikap cuek dan gengsian lo itu udah nunjukin sikap asli lo, Gas. Lo itu cuma main-main sama gue. Dan bodohnya gue bertahan dengan hubungan yang dari awal nggak serius."

Mata Agastya memanas mendengar perkataan Alesha baru saja. Ternyata dirinya sudah membuat Alesha kecewa dengan sikapnya selama ini. "Awalnya gue emang main-main sama lo. Tapi nggak tau kenapa seiring berjalannya waktu gue bisa sayang sama lho, Sha. Gue mohon jangan tinggalin gue, Sha."

ALEAGAS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang