CHAPTER 20

912 54 2
                                    

Gelak tawa menghiasi sebuah kamar yang berwarna biru muda dan putih. Terlihat lima orang gadis yang masih mengenakan seragam sekolah tengah berkumpul dan bercanda. Mereka adalah lima orang sahabat yang berkumpul setelah lama tidak bertemu.

Kelima gadis dengan seragam sekolah yang berbeda-beda itu tengah duduk lesehan di lantai yang beralas karpet. Mereka memutuskan untuk berkumpul di salah satu rumah di antara mereka karena sudah hampir setahun tidak bertemu. Banyak kegiatan sekolah maupun luar sekolah itu lah yang membuat mereka tidak pernah bertemu. Hanya lewat pesan saja mereka saling menghubungi.

Diantara lima orang gadis itu, ada Alesha salah satunya. Alesha masih tertawa melihat kelakuan konyol salah satu sahabatnya. Lama tidak bertemu tidak membuat mereka merasa canggung.

"Jadi lo punya dua orang crush sekaligus?" tanya seorang gadis yang ber-name tag Anida di seragam sekolahnya.

"Emh, sebenarnya ada banyak. Tapi semua fiksi, yang nyata cuma dua orang," balas gadis yang mengenakan hijab.

"Bisa-bisanya lo suka sama dua orang. Maruk banget lo, Shif," kata Alesha pada sahabatnya yang mengenakan hijab itu.

"Ya mau gimana lagi, namanya aja suka." Gadis bernama Shifra itu mengatakan itu sambil menyomot makanan yang tersuguh di sana.

"Yang satu guru sendiri, satunya lagi temen sekelas. Temen sekelas sih wajar, tapi bisa-bisanya lo suka sama guru sekaligus wali kelas lo. Pasti guru lo itu udah tua dan punya anak istri. Tapi lo kok bisa suka?" Kini gantian gadis ber-name tag Ayyana yang memberikan pertanyaan kepada Shifra.

"Enak aja lo ngomong. Guru gue itu masih muda ya, masih umur tiga puluhan. Yang pasti dia belum nikah," balas Shifra dengan tidak santai.

"Perbedaan umur lo sama umur guru lo itu jauh, anjir," celetuk gadis yang menjadi tuan rumah. Nama yang tertulis di seragam sekolah gadis itu adalah Leara.

"Umur itu cuma angka," sanggah Shifra.

"Susah emang ngomong sama orang yang lagi jatuh cinta. Guru lo itu ngajar pelajaran agama kan? Pasti akhlaknya bagus, itu yang buat lo suka?" tanya Anida kepada Shifra.

"Iya, akhlak beliau yang buat gue suka. Walau kadang-kadang ngomongnya suka ceplas-ceplos. Tapi beliau itu tipe idaman gue banget."

"Sadar diri itu kadang penting, Shif. Lo yang sebelas duabelas kayak setan suka sama orang yang paham agama dan akhlaknya bagus. Suka itu wajar, tapi jangan berharap lebih. Sakit nanti yang ada." Perkataan dari gadis berambut sebahu itu menampar Shifra.

"Gue juga sadar diri kok, Far."

Melihat raut wajah Shifra yang berubah setelah mendengar perkataanya, gadis bernama Fara itu mencoba mengalihkan perhatian Shifra. "Oh ya, crush lo yang satunya itu temen sekelas lo? Ceritain tentang dia dong. Mungkin kalau sama dia lo ada kesempatan."

"Dia itu pinter, pendiem, dia juga wibu."

"Pfttt... yakin lo suka sama wibu? Bukannya lo itu dari dulu nggak pernah suka sama yang namanya wibu?" Tawa Leara meledak seketika setelah mendengar ciri-ciri orang yang Shifra suka.

"Nelen ludah sendiri gue. Aura wibu dia kuat, tapi nggak tau gimana gue kepincut sama dia. Dia itu tipe idaman gue, badannya tinggi dan tegap."

"Lo nggak bisa suka sama orang karna dia tinggi," ucap Ayyana kepada Shifra.

"Why not?" balas Shifra.

"Udah lah biarin aja, yang suka juga si Shifra," kini Alesha lah yang mengatakan itu untuk menyenangkan hati sahabatnya.

"Tuh dengerin," kata Shifra kepada para sahabatnya yang menertawakan tipe idamannya.

"Gue tebak dia pake kacamata," tebak Anida.

Shifra menggelengkan kepalanya membalas Anida. "Nggak ya, dia matanya normal. Nggak semua wibu pakai kacamata anjir."

"Tapi gue insecure karna dia lebih pinter dari gue," sambung Shifra.

"Lo pasti nggak pernah ngomong sama dia kan?" Ayyana kembali bertanya kepada Shifra.

"Kok lo tau?" Shifra balik bertanya kepada Ayyana.

"Udah gue tebak, lo itu tipe orang yang suka sama orang lain tanpa pernah saling ngomong langsung," jawab Ayyana.

"Gue sendiri juga nggak tau kenapa gue bisa suka sama dia. Ngomong sama dia aja nggak pernah. Eh, pernah dulu waktu dia minjem garisan ke gue, tapi itu aja cuma singkat." Shifra menceritakan kepada sahabatnya pertama kali ia berbicara dengan orang yang ia suka.

"Awal gue suka sama dia itu waktu pertama kali masuk sekolah, waktu dia lagi cari bangku buat duduk. Sejak saat itu gue suka sama dia. Tapi kemarin gue patah hati waktu liat dia foto sama cewek. Gue liat di depan mata kepala gue sendiri dia diajak foto sama cewek. Bukan siapa-siapanya sih, tapi kok sakit ya?" lanjut Shifra.

"Udah mau sore aja nih, keasikan ngobrol sampai nggak tau waktu. Gue pamit pulang dulu ya, Kakek Nenek gue pasti khawatir karna gue belum pulang. Tadi gue pamit sama mereka sebelum jam 4 udah pulang," pamit Shifra kepada para sahabatnya. Ia harus segera pulang karena takut Kakek dan Neneknya menghawatirkannya.

"Padahal baru kumpul sebentar, tapi lo harus pulang aja. Ya udah, ati-ati ya, Shif." Leara mengatakan itu dengan perasaan sedikit tidak rela karena sahabatnya akan pulang terlebih dulu. Padahal ia masih merindukan para sahabatnya yang tidak satu sekolah dengannya.

"Nanti kita kumpul lagi ya, Shif," ucap Alesha kepada Shifra.

"Iya, kalau gue masih dikasih kesempatan hidup di dunia ini," balas Shifra yang membuat para sahabatnya merasa kesal. Para sahabat Shifra kesal karena Shifra mengatakan itu seolah-olah dia akan pergi meninggalkan dunia ini.

"Jangan ngomong gitu, anjir," ketus Anida. Ia menghampiri Shifra dan langsung memeluknya. Hal itu diikuti oleh yang lain.

Mereka berlima berpelukan sangat erat. Kelima orang sahabat itu saling bersahabat tanpa memandang latar belakang mereka yang berbeda.

"Gue pulang dulu, ya. Nggak usah lo anter sampai depan, Ra. Gue bisa sendiri." Shifra mengatakan itu setelah pelukan mereka terlepas.

"Hati-hati ya, Shif," balas Leara.

Shifra berjalan keluar dari kamar Leara. Mereka yang ada di sana mau tidak mau harus berpisah dengan sahabat mereka.

Semoga pasangan lo nanti bisa membawa kebahagian buat lo, Shif, batin Alesha.

Alesha masih mengamati Shifra yang akan membuka pintu kamar Leara. Ia tau kisah hidup Shifra yang begitu menyakitkan untuk diceritakan. Mulai dari ditinggalkan Ayahnya untuk selama-lamanya saat masih bayi berumur dua bulan, Ibunya yang menikah lagi dan meninggalkannya serta memilih untuk bersama suami barunya, sampai bullyan yang Shifra dapatkan dari para teman sekolahnya. Shifra juga harus bekerja part time untuk biaya sekolah dan hidupnya.

ALEAGAS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang