CHAPTER 08

905 75 0
                                    

"Bayangin aja kalau lo lagi capek sama kehidupan lo, terus lo dipanggil sama Tuhan. Pasti tenang."
Agastya

Sudah sekitar seminggu lebih Agastya tidak bertemu dengan Alesha. Agastya merasa bahwa Alesha menghindar darinya akhir-akhir ini. Sebuah pesan pun tidak Alesha kirim untuk Agastya. Tidak seperti biasanya Alesha begitu.

Agastya yang tengah merebahkan diri di kasurnya pun mengacak rambutnya. Ia frustasi tidak mendapat kabar dari Alesha. Agastya ingin menghubungi Alesha terlebih dulu, tapi dirinya terlalu gengsi melakukan hal itu.

"Arghh... gue kenapa sih? Dari tadi mikirin Alesha terus. Dia juga kenapa akhir-akhir ini menghindar dari gue? Gue nggak mungkin ngehubungi dia duluan. Nanti yang ada dia ke-geeran karna gue nyariin dia." Agastya memposisikan dirinya duduk di tepi kasur. Ia kemudian membanting handphone yang sedari ia pegang ke kasurnya.

Tak lama terdengar suara lembut dari Airin memanggil, hal itu membuat Agastya bangkit dari duduknya. Agastya membuka pintu kamarnya, terlihat Bundanya berdiri di depan kamarnya.

"Bunda kira kamu tidur, sayang," kata Airin.

Agastya menggeleng mendengar hal itu. "Agastya cuma rebahan, Bun."

"Oh iya, Bunda cuma mau bilang kalau malam ini kita harus ke rumah Kakek kamu. Acara kumpul keluarga dimajukan hari ini, karna minggu depan Kakek kamu ada acara yang harus dihadiri," tutur Airin. Ia menyampaikan kepada Agastya bahwa acara kumpul keluarga yang rutin dilaksanakan dimajukan hari ini.

"Kenapa mendadak sih, Bun? Rencana Agastya rebahan santai kan jadi terganggu," protes Agastya.

"Ayah kamu baru saja bilang. Kamu siap-siap, gih. Setengah jam lagi kita berangkat. Kali ini kamu harus ikut, karna bulan lalu kamu nggak ikut."

Agastya terpaksa mengiyakan apa yang Bundanya katakan. Kali ini ia tidak dapat membuat alasan untuk tidak menghadiri acara kumpul keluarga seperti bulan lalu. Agastya sebenarnya malas menghadiri acara yang diadakan di rumah Kakeknya itu, karena pasti dirinya akan melihat sebuah kebohongan yang diciptakan oleh orang tuanya. Kedua orang tuanya itu pasti akan berpura-pura sebagai pasangan yang harmonis di hadapan keluarga dan umum, tidak seperti saat berada di dalam rumah.

Agastya kemudian melirik jam dinding yang berada di kamarnya, kemudian ia berkata, "ya udah, Bun. Agastya mau siap-siap dulu."

"Iya, Bunda juga mau siap-siap dulu." Setelah mengatakan itu, Airin pergi dari kamar Agastya menuju kamarnya sendiri untuk bersiap.

Agastya menutup pintu kamarnya setelah Airin pergi. Ia bersiap sembari menggerutu. "Orang lain kumpul keluarga kadang setahun sekali waktu lebaran, lha ini keluarga Nawasena malah setiap bulan."




"Tumben lo ikut kumpul," celetuk Agastya yang melihat salah satu sepupunya datang menghampirinya.

Agastya yang baru saja sampai di rumah Kakeknya, langsung menuju tempat para sepupunya berkumpul sebelum jamuan makan malam. Ia langsung mendudukan dirinya di sofa yang berada di sana.

"Dipaksa Mama. Seharusnya malam ini gue punya jadwal kencan sama pacar gue," balas sepupu laki-laki Agastya yang bernama Ezra itu.

"Gue sebenarnya juga ogah ikut," ucap Agastya sambil merebut kue yang akan diambil sepupu perempuannya.

"Itu kue gue, anjir!" protes Velva, Kakak sepupu Agastya. Tetapi Agastya tidak mengindahkan hal itu.

"Nasib lahir di keluarga Nawasena ya gini. Selalu diatur dan dipaksa. Banyak kekangan," celetuk Kalan, sepupu tertua Agastya. Kalan berjalan ke arah Agastya lalu merebut kue yang akan dimakan Agastya. Ia kemudian memberikan kue tersebut kepada Velva, adiknya.

ALEAGAS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang