CHAPTER 06

940 80 2
                                    

"Eh, ada pasangan prik. Tumben berangkat bareng?" Seorang laki-laki bersama dengan dua temannya mendekati Alesha dan Agastya yang baru saja sampai di parkiran.

Alesha yang mendengar hal itu hanya memutar bola matanya malas. Dirinya sangat malas jika berhadapan dengan ketiga sahabat Agastya itu. Ia kemudian menyerahkan helm yang baru dilepasnya kepada Agastya.

"Yang lo maksud freak itu siapa? Gue nggak ngerasa aneh, kalau Agas nggak perlu ditanya lagi."

"Ya, kalian berdua lah, pasangan aneh. Kemarin gue lihat kalian makan nasi Padang pake sendok. Sekte mana lagi makan nasi Padang pake sendok garpu?" balas laki-laki bernama Fabrizio itu. Sedangkan kedua temannya hanya menyimak obrolan mereka sedari tadi.

"Masalah makan pakai sendok sama garpu lo ributin, terserah kita lah." Agastya membuka suara, ia tidak mau jika suasana hati Alesha menjadi rusak hanya karna masalah sepele. Ia kemudian menarik tangan Alesha untuk keluar dari area parkiran.

"Oh iya, Sha. Lo tau nggak? Kemarin—" Zio kembali membuka suara, tetapi langsung dibekap mulutnya oleh Adhyasta, laki-laki yang sedari tadi diam di sampingnya.

"Lo bisa diem nggak sih," bisik Dhyas pelan kepada Zio.

Agastya dan Alesha memberhentikan langkah mereka dan berbalik menghadap Zio yang masih dibekap mulutnya oleh Dhyas. Agastya memberikan tatapan tajamnya kepada Zio. Sedangkan Zio yang sudah melepaskan diri hanya cengengesan saat mendapatkan tatapan tajam dari Agastya.

"Kenapa?" tanya Alesha penasaran dengan apa yang dimaksud Zio.

"Nggak ada apa-apa. Ayo, keburu bel nanti. Kelas lo kan jauh." Agastya kembali menarik tangan Alesha mengajaknya pergi dari sana. Sebelum benar-benar pergi dari sana, Agastya kembali memberikan tatapan tajamnya ke arah Zio.

"Aneh," gumam Alesha yang masih bisa di dengar Agastya. Tetapi Agastya memilih tidak menanggapi hal itu.

Tanpa di sadari, ada seseorang yang sedari tadi diam memperhatikan mereka. Dalam hatinya ia membatin, hari ini akur, paling besok kayak biasanya.

"Tumben mereka akur," celetuk Zio kepada dua sahabatnya yang masih di sana. Edsel, seseorang yang tadi membatin itu mengangkat bahunya.




Waktu menunjukan pukul tujuh kurang lima menit. Alesha yang baru sampai di depan ruang kelasnya pun langsung mendudukan diri di kursi dan membuka bekal yang dibawanya. Karena kecerobohannya lupa menyetel alarm, membuat dirinya bangun terlambat sehingga lupa menyiapkan sarapannya.

Roti tawar yang di olesi selai coklat dan satu buah susu kotak, itu lah bekal yang Alesha bawa saat ini. Karna jika ia memasak makanan pasti tidak akan ada waktu lagi. Dan beruntungnya, Agastya tadi datang menjemput Alesha. Jika Agastya tidak menjemput bisa di pastikan Alesha akan telat datang ke sekolah.

Alesha menutup tempat bekalnya. Dua lembar roti tawar cukup untuk mengganjal perutnya sampai waktu istirahat tiba. Bel tanda jam pertama akan dimulai pun sudah berbunyi. Tetapi Alesha merasakan ada sesuatu yang kurang, entah apa itu. Hingga akhirnya Alesha menyadari bahwa ia tidak melihat sosok Shine di dalam kelas. Biasanya sahabatnya itu akan segera menghampiri dirinya saat melihatnya masuk ke dalam kelas, tapi sekarang tidak.

Alesha yang belum melihat guru masuk ke kelas pun berdiri menghampiri empat teman sekelasnya yang asik bergosip. Ia bermaksud bertanya mengenai Shine yang tidak ada di kelas.

"Si Shine nggak berangkat?" tanya Alesha kepada mereka.

"Lo nggak tau, Sha?" Salah satu dari mereka bertanya balik yang membuat Alesha menggelengkan kepala.

"Your bestie masuk rumah sakit kemarin. Gara-gara kena bola pas pertandingan voli antar kelas," ucap siswa yang ber-name tag Danu itu.

"Oh ya, kemarin pacar lo yang nganterin dia ke rumah sakit. Shine sendiri yang minta Agastya buat nganterin dia. Padahal kemarin guru-guru dan murid yang lain udah nawarin buat bawa dia ke rumah sakit, tapi dia tetep minta Agastya yang nganterin. Anjir gue gedeg liatnya kemarin," timpal siswi berbandana pink yang berada di samping Alesha.

Alesha hanya diam mendengar hal itu. Tangannya mengepal dengan kuat. Tetapi ia tetap diam mendengar temannya yang masih bercerita.

"Salah dia sendiri anjir, udah tau lagi pertandingan tapi tetep nekat ke pinggir lapangan. Lo tau kagak? Dia ke pinggir lapangan karna mau nyamperin pacar lo yang abis selesai tanding, eh tapi malah kena bola," lanjut Danu lagi.

"Lo juga kemana aja sih, Sha? Udah gue spam chat juga nggak dibalas. Kemarin itu berita penting!" Gadis bernama Sani di hadapan Alesha itu berujar dengan tidak santai.

"Gue kemarin nggak buka hp sama sekali," balas Alesha dengan malas. Dirinya memang sedari kemarin tidak memegang handphone sama sekali.

"Lo harus hati-hati sama si Shine itu deh, Sha. Kelihatannya aja polos, tapi bisa jadi dia mau nusuk lo dari belakang. Sekarang kan nggak ada yang bisa dipercaya," ucap Gadis berbandana pink yang disetujui ketiga temannya yang lain.

"Hmm." Alesha hanya membalas dengan deheman.

Sekarang Alesha tau mengapa Agastya bersikap aneh sejak kemarin dan tadi pagi. Hatinya terasa panas saat mendengar cerita dari teman sekelasnya. Walau Shine adalah sahabatnya, ia tetap merasakan cemburu.

Alesha kembali ke tempat duduknya tanpa mengucap sepatah kata. Dirinya akan mencoba berpikir positif mengenai Shine yang meminta tolong kepada Agastya.

ALEAGAS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang