CHAPTER 15

822 65 0
                                    

"Gua kasih Alesha hadiah apa, anjir. Kalau nggak ngasih hadiah gue bakalan dicap cowok pelit ke pacarnya."

Agastya yang berada di kamarnya tengah uring-uringan sendiri. Ia bingung menentukan hadiah ulang tahun untuk diberikan kepada Alesha. Tahun kemarin Agastya memberikan Alesha kalung liontin sebagai hadiah. Dan tahun ini ia tidak tahu akan memberikan apa.

"Pusing gue. Apa gue minta tolong Kak Velva aja buat nyari hadiah." Agastya berpikir sebentar, apa sebaiknya ia meminta tolong kepada Kakak sepupunya untuk mencarikan hadiah.

Agastya meraih handphone-nya yang berada di nakas. Ia kemudian mencari kontak Velva untuk menelponnya. "Ya udah lah, daripada pusing sendiri. Mending minta tolong Kak Velva."

"Halo, ngapain lo nelpon gue?!"

"Kak, gue mau minta tolong dong."

"Minta tolong apaan? Gue lagi sibuk ngerjain tugas gue nih. Tugas kuliah gue numpuk."

"Sekali ini aja lah, Kak. Gue minta tolong cariin kado ultah buat cewek gue."

"Lo punya cewek? Bukannya lo itu gay. Setiap gue ketemu sama lo, pasti lo lagi berduaan sama cowok gesrek itu."

"Mulut lo Kak! Kayak nggak pernah disekolahin aja, seenaknya kalau ngomong. Gue itu normal ya! Normal! Udah lah, nyesel gue minta tolong sama lo." Agastya yang berniat mematikan telepon terlebih dulu dicegah oleh Velva.

"Eits... tunggu, jangan lo matiin dulu telponnya. Gue mau bantuin lo."

"Ya udah, bantuin gue nyari hadiah. Nanti uangnya gue transfer ke rekening lo. Dan siang nanti lo harus udah bawa hadiahnya ke rumah gue."

"Udah minta tolong, banyak maunya lagi. Btw, cewek lo sukanya apa? Biar gampang gue nyari hadiah buat dia."

"Yang gue tau dia suka donat. Selain itu gue nggak tau."

"Pacar macem apa lo, ceweknya suka apa aja nggak tau. Lo itu pasti tipe cowok nggak peka dan gengsian tingkat tinggi."

"Udah lah Kak, nggak usah banyak omong. Bantuin aja gue. Uang yang harus gue transfer berapa?"

"Bisa-bisanya cewek lo mau sama lo. Transfer ke rekening gue sepuluh juta."

"Gila ya, lo! Uang sebanyak itu buat apa aja anjir?! Ini mah lo mau morotin gue."

"Lima juta buat beli hadiah, lima jutanya lagi buat gue."

"Anjir, bisa-bisanya lo ngambil untung lima puluh persennya. Nggak mau gue."

"Kalau nggak mau ya udah. Lo cari aja sendiri hadiah buat pacar lo itu."

"Ya udah! Ini gue transfer sekarang." Agastya dengan spontan mematikan telpon setelah mengatakan itu.

"Gila emang. Uang gue habis gara-gara diporotin Kak Velva." Agastya menggerutu sambil mengirim uang ke rekening Velva.




Agastya turun dari mobilnya sambil menurunkan hadiah untuk Alesha. Saat ini dia berada di depan gerbang rumah Papa Alesha setelah sempat bertanya alamat kepada Gianira. Agastya pun menurunkan barang yang dibawanya dengan menggerutu.

"Gila, Kak Velva beli hadiah nggak pakai mikir. Ini bawanya susah anjir."

Agastya menurunkan sebuah kotak besar yang berisi hadiah dan meletakannya di depan gerbang. Kemudian ia juga mengambil boneka, buket bunga serta dua kotak yang berisi donat dan kue ulang tahun.

Setelah selesai menurunkan semua, Agastya memencet bel yang berada di gerbang dan berteriak, "MISI, PAKET!"

Tak lama gerbang terbuka, Raiden keluar untuk melihat siapa yang berteriak. Raiden mengernyitkan dahinya saat melihat remaja laki-laki membawa sebuah boneka dan buket bunga. Kemudian Raiden bertanya, "paket untuk siapa?"

Mendengar pertanyaan dari Raiden membuat Agastya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Dirinya malu karna yang keluar membukakan pintu adalah Papa Alesha.

"Maaf Om, saya nggak sopan karna teriak-teriak. Alesha ada di rumah, Om?" Agastya meletakan boneka yang ia pegang di atas kotak sampingnya dan menyalami Raiden.

"Alesha ada di dalam. Kamu siapanya Alesha?" Raiden balik bertanya.

"Saya temannya Alesha, Om," jawab Agastya.

"Kamu masuk saja, Alesha ada di halaman samping rumah," suruh Raiden kepada Agastya.

Setelah mengucapkan permisi, Agastya masuk ke dalam rumah Raiden dengan kesusahan membawa barang yang akan diberikan kepada Alesha. Setelah sampai di halaman samping rumah, Agastya meletakan barang yang dibawanya di tanah begitu saja.

"Sha," panggil Agastya kepada Alesha setelah melihatnya duduk di taman samping rumah.

"Agas, ngapain lo di sini? Terus lo tau gue ada di sini dari siapa?" Alesha yang terkejut melihat kehadiran Agastya pun bangkit dari duduknya. Ia berjalan menghampiri Agastya.

"Dari Gia. Gue ke sini mau ngasih lo itu," balas Agastya sambil menunjuk hadiah untuk Alesha.

Alesha melihat ke arah yang ditunjuk Agastya. Sebuah kotak besar yang di atasnya ada boneka dan buket bunga. Alesha kemudian bertanya kepada Agastya, "itu buat gue semua? Nggak berlebihan lo, Gas?"

"Nggak, itu cuma hadiah kecil. Btw, selamat ulang tahun. Panjang umur sama panjang napas ya, Sha."

"Makasih. Seharusnya lo nggak usah berlebihan gini, Gas. Uang lo terbuang sia-sia buat ngasih hadiah gue."

"Nggak apa-apa, sans aja kali. Gue emang cowok nggak peka, tapi gue nggak mau dicap cowok pelit ke ceweknya."

Setelahnya Agastya berpamitan kepada Alesha karena akan menjenguk sahabatnya yang berada di rumah sakit. "Ya udah, Sha. Gue cabut dulu, gue mau jenguk Dhyas di rumah sakit."

"Hati-hati, titip salam buat Dhyas. Sekali lagi makasih ya, Gas." Tanpa sadar Alesha mengatakan itu sambil tersenyum.

Agastya yang melihat hal itu pun terkejut karena jarang sekali Alesha menampilkan senyuman di hadapannya. Agastya berjalan menuju gerbang rumah Raiden dengan senyuman yang tercetak di bibirnya.

Anjir, tumben banget Alesha senyum, batin Agastya sambil memegangi dadanya. Jantung Agastya berdebar setelah melihat Alesha yang tersenyum.

Sebuah deheman membuat Agastya menghentikan langkahnya. Raiden, ia lah yang berdehem. Raiden yang sedang mencuci mobil di depan garasi pun menghampiri Agastya.

"Kamu anaknya Gardana kan?" tanya Raiden kepada Agastya. Raiden bertanya seperti itu karena melihat Agastya sangat mirip dengan temannya.

Agastya terlihat bingung saat Raiden bertanya seperti itu. Bagaimana Raiden tahu nama Ayahnya. "Iya Om. Om kok bisa tau kalau Gardana itu Ayah saya?"

"Gardana adalah teman saya. Sifat kamu pasti mirip dengan Gardana, dan saya tidak mau kalau anak saya menjadi korban kamu." Setelah mengatakan itu, Raiden kembali melakukan aktivitasnya mencuci mobil.

Agastya terdiam di tempat setelah mendengar perkataan Raiden. Ia tidak mengerti maksud Raiden.

ALEAGAS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang