"Liza, kamu harus makan. Jangan bersedih terus seperti ini, pikirkan juga janin yang ada di perut kamu."
Alesha yang baru saja pulang dari sekolah menghentikan langkahnya menaiki tangga saat mendengar percakapan orang tuanya. Alesha tentu saja terkejut dengan apa yang diucapkan Aditya. Apa benar Liza, Mamanya sedang mengandung? Entahlah, Alesha sekarang bingung dengan perasaannya. Haruskah ia berbahagia mendengar kabar itu, atau justru sebaliknya.
Alesha kemudian melanjutkan langkahnya menaiki tangga menuju kamarnya. Ia tidak akan memikirkan hal yang baru saja ia dengar. Dan saat akan membuka pintu kamarnya, ia urungkan setelah melihat Gianira keluar dari kamar di seberangnya dengan wajah tertekuk.
"Baru pulang Kak?" tanyanya kepada Alesha.
"Iya. Muka kamu kenapa kayak gitu?" Alesha bertanya balik.
"Badmood," balas Gianira singkat.
"Soal kehamilan Mama?" tebak Alesha.
Ia dapat menebak jika adiknya itu sudah mendengar kabar kehamilan Mama mereka. Alesha juga sangat tau jika Gianira sangat dimanja Mamanya, sehingga Gianira tidak ingin kasih sayang yang diberikan Liza harus terbagi. Dengan kabar kehamilan Mamanya itu pasti yang membuat suasana hati Gianira memburuk.
"Hmm."
"Yaudah terima aja, mungkin sekarang udah waktunya buat kamu jadi Kakak."
"Tapi gue nggak mau jadi Kakak. Kasih sayang Mama pasti bakalan terbagi, Kak. Udah tua masih aja mau punya anak, nggak inget umur," ujar Gianira dengan berlinangan air mata.
"Nggak boleh ngomong kayak gitu. Mungkin ini rezeki dari Tuhan buat Mama dan Ayah." Alesha memeluk Gianira, berusaha menenangkannya.
"Udah, nggak usah nangis lagi. Nanti Kakak beliin coklat sama es krim buat kamu."
Mata Gianira seketika berbinar mendengar hal itu. "Beneran Kak? Tapi nanti belinya gue ikut, sekalian mau jalan-jalan."
"Iya."
࿏
࿏
࿏
"Turun Gia." Alesha memerintahkan Gianira untuk turun dari motornya.Alesha dan Gianira baru saja sampai di supermarket yang berada tidak jauh dari rumah mereka dengan menaiki motor matic milik Alesha. Alasan Alesha pergi ke supermarket adalah untuk membeli kebutuhan rumahnya yang sudah habis. Ia tidak mungkin menunggu Mamanya yang akan berbelanja, mengingat keadaan Liza yang masih belum membaik setelah kepergian Ranajaya. Dan alasan lainnya adalah tidak memiliki asisten rumah tangga itu lah yang membuat Alesha harus berbelanja kebutuhan rumah.
"Kenapa harus ke supermarket sih, Kak? Ke minimarket dekat rumah juga bisa," protes Gianira.
"Kakak sekalian belanja kebutuhan rumah yang udah habis, Mama kan belum sempat belanja karna harus nunggu Opa di rumah sakit. Kalau di minimarket dekat rumah kan nggak lengkap," balas Alesha sambil melepaskan helmnya.
"Yaudah, ayo masuk. Kamu ambil troli sendiri ya, kamu juga bebas ambil apa aja yang kamu mau. Tapi inget, kita ke sini naik motor," ujar Alesha kepada Gianira. Alesha membebaskan Gianira mengambil barang yang ia mau tetapi harus mengingat bahwa mereka datang ke supermarket menggunakan motor. Karna jika terlalu banyak barang yang dibeli pasti akan susah membawanya menggunakan motor.
"Iya Kak."
Mereka pun masuk ke supermarket dengan mendorong troli masing-masing. Gianira menuju tempat snack, dan Alesha menuju tempat kebutuhan rumah tangga berada. Mereka membuat kesepakatan bertemu lagi di tempat es krim berada.
"Segitu doang snack yang kamu ambil?" tanya Alesha kepada Gianira setelah bertemu di tempat es krim. Alesha melihat troli yang didorong Gianira berisikan sedikit snack dan lebih banyak berisi coklat.
Gianira menganggukan kepalanya. Kemudian ia mengambil beberapa buah es krim dan langsung dimasukan ke dalam troli.
"Yaudah, langsung ke kasir aja sekarang." Alesha mendorong troli berisi belanjaannya menuju kasir.
"Kayaknya masak sop ayam buat makan malam nanti enak deh, Gia. Kakak tadi udah ambil sayuran buat sop. Dan nanti tinggal buat perkedel aja untuk pelengkapnya. Gimana Gi—"
"Alesha," panggil seorang wanita yang memotong ucapan Alesha.
"Bunda, Papa," ucap Alesha saat melihat sepasang suami istri berjalan ke arahnya. Sepasang suami istri itu adalah Papa dan Ibu sambung Alesha.
Alesha kemudian menyalami kedua orang tuanya itu. "Bunda, apa kabar?"
"Bunda baik, sayang. Oh iya, Bunda turut berduka cita atas meninggalnya Kakek kamu," ucap Rani, Ibu sambung Alesha.
Alesha menganggukan kepalanya mendengar hal itu. "Iya Bun."
"Belanjaan kamu banyak banget, sayang. Mama kamu belum belanja?" tanya Rani.
"Belum, Bun. Mama keadaannya masih belum baik, jadi Alesha yang harus belanja," jawab Alesha.
"Semoga keadaan Mama kamu cepat membaik ya. Pasti Mama kamu itu masih shock atas kepergian Ayahnya." Alesha mengganggukan kepalanya membalas ucapan Rani.
Pandangan Alesha kemudian teralihkan ke arah Raiden, Ayah kandungnya yang sedari tadi diam mendengarkan percakapan mereka. "Pa, apa kabar?" tanya Alesha kepada Raiden.
"Seperti yang kamu lihat, Papa baik-baik saja," balasnya singkat.
Mendengar balasan singkat dari Papanya membuat Alesha tersenyum tipis. Papanya ini memang seseorang yang sedari dulu irit berbicara.
Pa, Alesha kangen sama Papa, batin Alesha. Ingin sekali Alesha mengungkapkan itu melalui bibirnya, tetapi hal itu sangat sulit. Alesha juga ingin sekali memeluk Papanya untuk melepaskan rasa rindu di hatinya. Jarang bertemu dengan Papanya itulah yang membuat Alesha ingin melakukan hal itu.
"Papa sudah transfer uang bulanan kamu, kalau kurang bilang aja," ucap Raiden kepada Alesha.
"Makasih Pa, uang yang Papa kirim lebih dari cukup kok," balas Alesha.
"Rani, kamu mau ambil apalagi? Segera kamu ambil dan kita pulang, kasihan Arsha di rumah sendiri," ujar Raiden kepada Rani.
"Iya Mas, ini kurang susu buat Arsha aja kok. Alesha, Bunda mau ambil susu buat Arsha dulu ya." Rani mengalihkan pandangannya dari Raiden ke Alesha.
"Iya Bun, Alesha juga mau ke kasir habis itu langsung pulang. Titip salam buat Arsha ya, Bun."
"Nanti Bunda sampaikan ke Arsha. Kamu pulangnya hati-hati. Jaga kesehatan kamu juga ya, sayang. Dan jangan lupa buat ke rumah Bunda, kamu udah lama lho nggak ke rumah Bunda." Rani mengingatkan Alesha untuk berkunjung ke rumahnya. Karna terakhir kali Alesha berkunjung sebulan yang lalu, tepatnya saat Alesha sedang ada masalah dengan Mama dan Ayahnya.
"Iya Bunda, nanti Alesha ke rumah kalau keadaannya Mama udah membaik."
"Bunda tunggu ya, sayang." Rani memeluk Alesha dengan erat dan langsung dibalas oleh Alesha. Anak dan Ibu sambung itu berpelukan tanpa memperdulikan keadaan sekitar.
Mereka pun akhirnya harus berpisah. Alesha harus ke kasir membayar belanjaannya, dan Rani masih harus mengambil barang belanjaan yang belum di ambil.
"Ayo Gia, kita ke kasir," ajak Alesha kepada Gianiara yang sedari tadi diam melihat interaksi Alesha dan Ibu sambungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALEAGAS [END]
Teen FictionBagaimana bisa cewek posesif akut dan cowok gengsi tinggi menjalin hubungan? Ini tentang Alesha dan Agastya, dua orang remaja yang menjadi sepasang kekasih. Berawal dari Agastya yang iseng mengajak Alesha berpacaran, sampai akhirnya hubungan mereka...