CHAPTER 36

604 52 0
                                    

Menikmati es krim dengan beberapa camilan adalah hal yang dilakukan Alesha sekarang. Ia berada di sebuah kafe yang tidak jauh dari rumahnya. Ia berniat menghabiskan waktu dengan menyegarkan pikirannya selepas ujian sekolah berakhir.

Alesha telah menyelesaikan ujian sekolahnya, hanya tinggal menunggu waktu pengumuman kelulusan. Alesha merasa lebih lega sekarang, beban pikiran tentang ujian telah berakhir. Hanya satu sekarang yang menjadi beban pikirannya, yaitu tentang kehidupannya kedepan. Kehidupan yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.

Dan di tengah-tengah aktivitasnya menikmati es krim, Alesha dikejutkan dengan tepukan di bahunya. Alesha menoleh untuk melihat orang yang menepuknya. Ternyata seorang wanita paruh baya yang menepuknya. Wanita itu adalah Liza, Mamanya.

"Alesha," panggil Liza.

Alesha membulatkan matanya karena terkejut dengan kehadiran Mamanya. "Mama?"

"Kamu apa kabar? Gimana dengan ujian kamu? Lancar?" tanya Liza kepada Alesha.

"Aku baik-baik aja, Ma. Ujian aku juga berjalan lancar. Oh iya, Mama ke sini sendiri?" balas Alesha. Ia balik bertanya kepada Mamanya karena melihat Mamanya seorang diri datang ke kafe

"Bagus kalau begitu. Mama ke sini sama Ayah kamu dan Gia. Tapi sekarang mereka lagi beli gulali di depan," jelas Liza.

"Itu mereka," tunjuk Liza ke arah Ayah dan anak yang memasuki kafe sembari tertawa kecil.

Melihat hal itu membuat hati Alesha berdenyut sakit. Kenyataan yang telah ia ketahui itu lah yang membuat hatinya sakit. Alesha merasa jika ini semua sangat tidak adil untuknya. Ia juga anak kandung orang tuanya, tetapi tidak pernah mendapatkan perlakuan istimewa seperti Gia.

Keadaan sekarang berubah sangat canggung saat Gia bersama Aditya menghampiri Alesha dan Liza. Kejadian yang telah berlalu membuat Alesha semakin ingin pergi dari hadapan Aditya saat ini juga. Alesha masih sakit hati dengan apa yang Aditya lakukan kepadanya.

"Kak Alesha," sapa Gia saat melihat Kakaknya tengah mengobrol dengan Mamanya.

Sedangkan Aditya melayangkan tatapan tajamnya saat melihat Alesha. Menyadari hal itu membuat Alesha cepat-cepat berpamitan kepada Mamanya dan Gia. "Alesha pamit pulang dulu, Ma, Gia."

"Kak Alesha tunggu," teriak Gia sembari ingin mengejar Alesha.

Namun Aditya terlebih dulu mencegah Gia. Aditya tidak menginginkan Gia berhubungan dengan Alesha lagi. "Gia, tidak usah kamu mengejar dia. Biarkan dia pergi," cegahnya sembari mencekal pergelangan tangan Gia.

"Tapi, Yah," lirih Gia.

"Tidak ada bantahan, Gia. Sekarang dia bukan siapa-siapa kita," tandas Aditya.

"Kenapa kamu jahat sekali, Aditya! Alesha itu juga anak kita! Aku hanya ingin mengobrol dengannya karena telah lama tidak bertemu! Hanya itu saja, Aditya," hardik Liza kepada suaminya.

"Dia penyebab kita kehilangan calon anak kita, Liza!" balas Aditya dengan membentak.

"Itu bukan kesalahan Alesha! Itu kesalahanku sendiri karena tidak hati-hati! Kamu memang Ayah yang jahat, Aditya!" geram Liza. Ia tidak dapat lagi menahan tangisnya menghadapi suaminya sekarang. Suaminya itu masih tetap saja menyalahkan Alesha sebagai penyebab kehilangan calon bayi mereka.




Alesha mengeluarkan tangisnya sekeras-kerasnya di samping makam Kakeknya. Hatinya terasa sangat sakit sekarang, benar-benar terasa sakit. Ia yang mencoba menghindari orang-orang penyebabnya sakit hati justru dipertemukan lagi dengan mereka.

"Opa, hati Alesha sakit. Alesha udah mencoba menghindari mereka, tapi justru dipertemukan lagi dengan mereka," adu Alesha ke makam Ranajaya.

"Hidup Alesha udah penuh dengan rasa sakit, Opa. Alesha juga ingin hidup bahagia tanpa adanya rasa sakit," lirih Alesha.

Tanpa diketahui Alesha, seorang pria berdiri tidak jauh dari Alesha berada. Pria itu sedari tadi mengamati Alesha yang menangis di samping makam Ranajaya. Tangisan pilu Alesha membuat hati pria itu seperti disayat.

Pria itu mendekat ke arah Alesha, ia langsung mensejajarkan diri dengan Alesha yang bersimpuh. "Alesha," panggil pria itu dengan pelan.

Alesha mengalihkan atensinya ke seseorang yang memanggil namanya. Dengan spontan Alesha memeluk pria itu. "Daddy," ucap Alesha yang mencoba menghilangkan keterkejutannya atas kehadiran pria yang ia peluk.

"Ya, sayang. Daddy di sini, kamu berhenti menangis, ya," balas pria itu.

"Setelah ini kita pergi dari sini ya, sayang. Kita tinggalkan kota ini dan orang-orang yang membuat kamu sakit," kata pria itu sembari memeluk erat Alesha.




Alesha mempersilakan pria yang ia panggil Daddy masuk ke rumahnya. Ia juga mempersilakan pria itu untuk duduk.

"Maafkan Daddy yang harus meninggalkanmu bersama manusia-manusia tidak punya hati itu, Ale." Pria itu membuka suara setelah duduk di sofa yang berada di rumah Alesha.

"Ini bukan kesalahan Daddy," balas Alesha kepada pria di hadapannya.

"Kenapa Daddy pulang ke Indonesia jika belum benar-benar pulih? Seharusnya Daddy tidak pulang dulu. Kenapa juga Daddy tidak mengajak pulang Mommy?" tanya Alesha kepada pria yang masih terlihat muda itu.

Pria itu adalah Renzo, anak bungsu keluarga Ranajaya. Pria yang baru saja menginjak usia 35 tahun itu tersenyum mendengar pertanyaan yang diberikan Alesha. Ia kemudian membalas pertanyaan keponakan yang ia anggap seperti anak sendiri itu, "Daddy sudah sembuh, Ale. Daddy tidak bisa menunggu lebih lama lagi untuk mengunjungi makam Opa kamu. Dan Daddy tidak mengajak Mommy-mu karena dia tengah mengandung calon adikmu. Kandungannya masih muda dan tidak boleh berpergian jarak jauh dulu."

"Daddy serius? Alesha senang mendengarnya," balas Alesha dengan senyuman gembira.

"Iya, sayang. Andai Opa kamu masih ada, pasti Opa kamu akan senang mendengar kabar baik ini. Opa kamu sejak dulu sangat ingin mendengar kabar baik dari Daddy dan Mommy," ujar Renzo dengan tersirat nada sedih.

"Opa sudah tenang, Dad. Pasti Opa juga ikut senang mendengar kabar baik ini dari atas sana."

"Ya, Opa kamu pasti senang mendengarnya dari atas sana. Daddy sangat menyesal tidak ada di sisi Opa kamu di saat-saat terakhirnya."

"Daddy, ini semua sudah takdir dari Tuhan. Daddy tidak berada di saat-saat terakhir Opa karena mengalami kecelakaan yang menyebabkan Daddy kristis. Kita harus menerima dengan ikhlas takdir yang sudah Tuhan berikan, Dad."

"Kamu benar, Ale. Seharusnya Daddy bisa menerima semua takdir ini."

Alesha mencoba mengalihkan percakapan dengan bertanya kepada Renzo, "Daddy akan berapa lama di Indonesia?"

"Nanti malam Daddy akan kembali pulang, Ale. Daddy tidak bisa berlama-lama meninggalkan Mommy-mu. Maafkan Daddy karena tidak bisa berlama-lama di sini. Tapi Daddy janji akan menjemput kamu setelah pengumuman kelulusan," jelas Renzo. Ia tidak bisa berlama-lama di Indonesia karena istrinya yang tengah mengandung.

"Iya, Dad."

—————

Sakit banget ya jadi Alesha :)
Aku jadi nggak tega kalau harus buat Alesha jadi janda muda, eh maksudnya buat cerita ini sad ending. Aku paling nggak tega kalau tokoh utamanya menderita terus-terusan dan akhir ceritanya sad ending. Semoga aja aku nggak punya rencana jahat buat namatin cerita ini dengan akhir sad ending ya. Oke gitu aja, tunggu kelanjutan cerita ini ya...

ALEAGAS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang