CHAPTER 40

870 50 0
                                    

Hai readers! Maaf baru bisa up lagi karena aku akhir-akhir sibuk :) Tenang aja, hari ini aku mau double up. Di tunggu kelanjutan chapter ini, ya.

Happy reading :)

—————

Alesha menumpahkan air matanya di bawah guyuran air yang berasal dari shower. Ia menangis mengingat dirinya yang telah kotor. Kehormatannya direnggut paksa oleh Agastya.

Alesha membiarkan begitu saja dirinya yang menggigil kedinginan. Bahkan bibirnya terlihat sangat pucat. Alesha tidak mempedulikan kondisi tubuhnya saat ini. Yang Alesha pikirkan saat ini adalah bagaimana masa depannya nanti saat sesuatu yang sangat berharga telah hilang karena direnggut paksa.

"Tuhan, kenapa hidupku sangat menyedihkan..." lirih Alesha.




Raiden dan Rania mengetuk pintu kamar Alesha secara bergantian. Mereka khawatir dengan kondisi Alesha yang terus-menerus mengurung diri sejak kejadian itu. Sudah terhitung tiga hari Alesha mengurung diri di kamarnya. Bahkan makanan yang Rania bawakan hanya tersentuh sedikit oleh Alesha.

Sedih dan khawatir, itu yang dirasakan Raiden dan Rania. Mereka sedih mengingat putri mereka kehilangan sesuatu yang sangat berharga. Dan mereka khawatir dengan kondisi Alesha yang memprihatinkan sejak kejadian yang terjadi kepadanya.

"Mas, Alesha terus-menerus mengurung diri di kamar. Aku khawatir dengan kesehatan fisik dan batinnya." Rania mengeluarkan air matanya. Hatinya turut sakit dengan kejadian yang menimpa Alesha. Rania juga seorang perempuan, tentu saja ia dapat merasakan sakit jika berada diposisi Alesha.

"Aku pun sama seperti kamu, Rania. Aku sangat mengkhawatirkan putriku," balas Raiden kepada Rania.

"Mas, kita harus bawa Alesha untuk memeriksakan dirinya. Aku tidak mau jika terjadi sesuatu kepada Alesha, Mas," ucap Rania kepada suaminya itu.

"Ya, kita harus membawanya untuk memeriksakan kondisi fisik dan batinnya."




Di kediaman Aditya dan Liza, terlihat sepasang suami istri itu tengah bersantai di ruang keluarga. Mereka bersantai tanpa mengetahui kejadian yang menimpa putri kandung mereka.

Dan secara tiba-tiba, Gia dengan tergesa-gesa dan raut wajah serius menghampiri mereka. Kedatangan Gia tentu saja membuat kedua orang tuanya menghentikan aktivitas santai mereka. Mereka terkejut dengan kedatangan Gia dengan raut wajah serius.

"Pa, Ma, kita harus menemui Kak Alesha sekarang," ucap Gia kepada kedua orang tuanya. Gia baru saja mendapatkan kabar dari Arsha jika Kakaknya tengah tertimpa musibah.

"Untuk apa kita harus menemui anak pembawa sial itu, Gia?" balas Aditya.

"Kita harus melihat kondisi Kak Alesha setelah tertimpa musibah," jawab Gia yang merasa sedikit kecewa dengan balasan Ayahnya.

"Musibah apa, Gia? Kakakmu tertimpa musibah apa?" Kini giliran Liza yang bertanya kepada Gia.

"Kak Alesha kehilangan masa depannya, Ma."

"Apa?! Maksud kamu apa, Gia?" Liza bangkit dari duduknya dan bertanya dengan nada tinggi.

"Pacar Kak Alesha telah memperkosa Kak Alesha, Ma," jelas Gia dengan suara pelan.

Liza menutup mulutnya dengan telapak tangannya, ia tidak menyangka dengan hal yang diucapkan Gia. Sedangkan Aditya mengepalkan kedua tangannya dengan erat mendengar perkataan Gia.

"Pacar Alesha itu tidak mungkin memperkosa jika Alesha tidak memulainya terlebih dulu. Pasti Alesha yang telah memancing nafsu pacarnya itu," balas Aditya dengan santainya.

Liza yang mendengar perkataan suaminya itu seketika naik pitam. "ADITYA!" bentak Liza.

"Kenapa Papa bilang kayak gitu? Kak Alesha itu korban, kenapa Papa menyalahkan korban. Seharusnya Papa menyalahkan pacar Kak Alesha yang sebagai pelaku," geram Gia kepada Papanya.

"Kenapa Papa dengan tega menyalahkan anak kandung Papa sendiri?! Kak Alesha itu anak kandung Papa!" lanjut Gia lagi yang membuat Aditya menegang di tempat. Tidak hanya Aditya, Liza pun turut menegang di tempat.

"G-Gia, kamu tau mengenai hal itu?" tanya Liza dengan kondisi masih terkejut.

"Ya, Gia tau hal itu. Kalian tidak perlu bertanya dari mana Gia mengetahui hal itu."

"Gia kira orang tua jahat kepada anak kandungnya itu hanya ada di film dan cerita. Ternyata di dunia nyata ada orang tua seperti itu. Pa, Ma, kenapa kalian selama ini jahat sekali ke Kak Alesha? Kak Alesha punya salah apa sampai kalian jahat kepadanya? Karena kehadiran Kak Alesha adalah kesalahan? Iya?" ujar Gia dengan suara gemetar. Gia gemetar karena menahan tangisannya.

"Asal Papa tau, anak yang Papa hampir membunuhnya adalah seseorang yang menyelamatkan nyawa Papa," lanjut Gia yang membuat kedua orang tuanya bingung.

"Apa maksud kamu, Gia?" tanya Aditya.

"Kak Alesha adalah orang yang menyelamatkan nyawa Papa saat kritis! Kak Alesha yang mendonorkan darahnya untuk Papa!" jelas Gia dengan nada tinggi. Gia tidak bisa menyembunyikan lebih lama lagi mengenai hal ini, dengan terpaksa ia harus mengingkari janjinya kepada Alesha untuk tidak memberitahukan mengenai hal ini.

Aditya membeku mendengar penjelasaan Gia. Ia tidak menyangka jika putri kandungnya yang sangat ia benci telah menyelamatkan nyawanya. Dan seketika juga Aditya merasakan sesak di dadanya, hatinya juga terasa tercubit mendengar sebuah kebenaran.

ALEAGAS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang