Alesha membuka pintu rumahnya dengan kasar. Perasaan marah menyelimuti dirinya saat ini. Dan dengan masih menahan tangis, Alesha mencoba mencari keberadaan Papanya. Ia akan meminta Papanya itu menjelaskan semuanya kepada dirinya.
Rania yang sedang bersantai di ruang tamu pun terkejut saat melihat kedatangan Alesha dengan kondisi yang berantakan. Mata yang sembab serta bekas air mata yang masih tertinggal di pipinya. Dengan segera dia menghampiri putrinya itu dan langsung bertanya, "sayang, ada apa? Kenapa kamu menangis?"
"Bun, di mana Papa?" Tanya Alesha balik tanpa menjawab pertanyaan Bundanya terlebih dulu.
"Papa kamu ada di kamar. Ada apa sayang? Kok kamu dateng-dateng langsung nyari Papa?" tanya Rania.
Tanpa menghiraukan pertanyaan Bundanya, Alesha langsung berjalan menuju kamar Papanya. Dan setibanya di kamar Papanya, Alesha langsung mengetuk pintu kamar dengan kasar. Tak lama kemudian Papanya keluar dan langsung memeluknya.
"Lepas! Alesha udah tau semuanya, Pa! Kenapa Papa tega bohongin Alesha?!" teriak Alesha sembari berusaha melepaskan diri dari pelukan Raiden.
"Dengarkan Papa dulu, Alesha. Papa tidak bermaksud membohongi kamu," ujar Raiden berusaha menenangkan Alesha.
"Kenapa sedari awal Papa nggak bilang kalau Alesha itu bukan anak kandung Papa?! Kenapa?!" jerit Alesha yang tidak dapat lagi menahan tangisannya.
"Hati Alesha sakit, Pa. Mungkin hati Alesha nggak akan sesakit sekarang jika Papa mengatakan kebenaran ini sedari dulu. Kebenaran ini begitu menyakitkan, Pa," lanjut Alesha dengan lirih.
Raiden merasakan sakit di hatinya saat melihat Alesha yang menangis di hadapannya. Seseorang yang ia sayangi sebagai putrinya telah mengetahui sebuah kebenaran. Kebenaran yang selama ini tutup rapat sehingga tidak ada yang mengetahuinya kecuali kedua orang tua kandung Alesha. Namun sekarang semuanya sudah terbongkar.
"Maafkan Papa, Alesha. Papa memiliki alasan dibalik ini semua," jelas Raiden yang berusaha mendekati Alesha.
"Alasan apa, Om?" tanya Alesha yang membuat hati Raiden sakit. Alesha mengubah panggilan kepada Raiden, hal itu sangat jelas menyakiti hati Raiden.
"Kenapa kamu mengubah panggilan terhadap Papa, Alesha? Papa tidak menyukainya," balas Raiden.
"Kenapa? Om kan nggak ada hubungan darah dengan Alesha, jadi harusnya Alesha memanggil dengan panggilan Om." Ucapan yang berasal dari Alesha baru saja berhasil memancing amarah Raiden.
"Tapi saya yang membesarkan dan menyayangi kamu seperti anak kandung saya sendiri! Kamu melupakan hal itu begitu saja? Di mana rasa terima kasih kamu Alesha?!" sentak Raiden yang membuat Alesha terkejut. Alesha tidak menyangka jika Raiden meninggikan suara di hadapannya.
"Om tidak ikhlas merawat Alesha selama ini? Terus kenapa Om selama ini mau merawat anak haram ini?" tanya Alesha dengan tangis yang sudah reda.
Raiden mengusap wajahnya dengan kasar setelah mendengar pertanyaan Alesha. "Karena saya kasihan terhadap kamu! Saya tidak mau jika kamu dicap anak haram oleh orang-orang! Saya juga tidak mau jika kamu harus menanggung kesalahan yang dilakukan kedua orang tua kandung kamu!"
"Papa tidak mau jika kamu merasakan seperti Papa, dicap anak haram oleh orang-orang," lanjut Raiden dengan pelan.
"Terima kasih karena Om memiliki rasa iba terhadap Alesha. Alesha juga mau berterima kasih karena Om mau merawat anak haram ini dengan baik dan memberikan harta yang bergelimang. Tapi sekarang Alesha akan kembalikan semua harta benda yang Om berikan kepada Alesha, dan Alesha juga bakalan pergi dari rumah ini." Setelah mengatakan itu, Alesha pergi dari hadapan Raiden menuju kamarnya.
"Apa maksud kamu Alesha?! Papa tidak akan membiarkan kamu pergi dari sini!" teriak Raiden yang tidak dipedulikan oleh Alesha.
࿏
࿏
࿏
Flashback16 tahun yang lalu,
"Apa ini, Liza?" tanya Raiden kepada Liza yang memberikan sebuah amplop kepadanya yang tengah menggendong Alesha kecil.
Liza kemudian mengambil alih Alesha dari gendongan Raiden. Ia kemudian membalas perkataan Raiden, "surat perpisahan kita."
"Apa maksud kamu Liza?!" tanya Raiden dengan nada tinggi.
"Aku diam-diam telah mengajukan gugatan cerai ke pengadilan. Dan sekarang kita resmi berpisah," jawab Liza dengan santainya. Tetapi hal itu justru memancing kemarahan Raiden.
"Di mana akal pikiran kamu, Liza?! Kenapa kamu diam-diam mengajukan gugatan cerai tanpa memikirkan Alesha yang masih butuh kasih sayang kita!" murka Raiden.
"Kita menikah karena perjodohan yang orang tua kita lakukan. Dan Alesha itu bukan anak kandung kamu, kenapa kamu memikirkan tentang Alesha ke depannya? Aku dan Aditya akan kembali bersama, jadi kamu tidak perlu khawatir tentang Alesha yang tidak mendapat kasih sayang," jelas Liza.
"Kamu lupa atau bagaimana Liza?! Aditya telah lari dari tanggung jawab setelah membuat kamu mengandung! Dan sekarang kamu ingin kembali bersamanya?!"
"Ya, aku akan kembali bersamanya. Aku masih mencintainya dan dia juga masih mencintaiku."
"Terserah kamu, Liza. Aku benar-benar kecewa dengan kamu yang mengambil keputusan tanpa pikir panjang," ucap Raiden dengan rasa kecewa di hatinya.
"Aku minta maaf, Raiden. Aku melakukan ini semua untuk kebahagian kita. Aku juga tau kalau kamu masih mencintai Rania. Jadi kamu kembalilah dengan Rania, maafkan aku yang harus menjadi orang ketiga dihubungan kalian," terang Liza yang membuat Raiden terdiam.
"Dan satu lagi, bolehkah aku meminta tolong kepada kamu, Raiden? Tolong anggap Alesha sebagai anak kandung kamu sendiri Raiden, jangan biarkan orang lain tahu jika Alesha adalah anak dari hubungan terlarangku dengan Aditya," pinta Liza.
"Aku akan melakukannya tanpa kamu meminta. Aku juga tidak ingin jika Alesha harus menanggung kesalahan yang dilakukan orang tuanya," balas Raiden.
Flashback end.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALEAGAS [END]
Teen FictionBagaimana bisa cewek posesif akut dan cowok gengsi tinggi menjalin hubungan? Ini tentang Alesha dan Agastya, dua orang remaja yang menjadi sepasang kekasih. Berawal dari Agastya yang iseng mengajak Alesha berpacaran, sampai akhirnya hubungan mereka...