CHAPTER 29

692 50 1
                                    

"Papa, Arsha ngambil donat aku, Pa," adu Alesha sembari berlari ke arah Papanya.

Raiden yang mendengar putrinya mengadu pun hanya bisa terkekeh. Putrinya itu sangat lucu saat mengadu. Raiden kemudian memeluk Alesha yang matanya tengah berkaca-kaca itu. "Nanti Papa beliin donat yang banyak buat kamu," ujarnya menenangkan Alesha.

Tak lama suara bel rumah mereka berbunyi. Alesha yang mendengar hal itu pun berniat membukakan pintu. Namun langkahnya terhenti karena Raiden terlebih dulu mencegahnya, "biar Papa saja, Alesha," ucapnya yang diangguki Alesha.

Raiden pun berjalan menuju pintu rumahnya. Dan saat telah sampai di depan pintu, Raiden dengan segera membukanya. Pemandangan pertama yang ia lihat setelah membuka pintu adalah seorang gadis tengah menangis sembari mencoba menekan kembali bel rumahnya. Gadis itu adalah Gianira, anak mantan istrinya.

"Om, Kak Alesha ada? Saya mau bertemu dengan Kak Alesha," ucap Gianira setelah pintu rumah yang ia kunjungi terbuka.

"Alesha ada di dalam. Ada urusan apa kamu dengan anak saya?" tanya Raiden kepada Gianira.

"Om, saya minta tolong panggilkan Kak Alesha. Ada suatu hal yang sangat penting," pinta Gianira.

"Tunggu sebentar, saya panggilkan Alesha dulu." Raiden masuk kembali ke dalam rumahnya untuk memangil Alesha. Dan beberapa saat kemudian, Raiden kembali bersama Alesha.

"Gia, ada apa? Kenapa kamu nangis?" tanya Alesha setelah melihat adiknya menemuinya dengan menangis.

"Ayah kecelakaan, Kak. Sekarang Ayah butuh donor darah karena stok darah di rumah sakit habis. Aku mohon Kakak mau mendonorkan darah untuk Ayah," balas Gianira sembari memegang kedua tangan Alesha.

"Astaga, Ayah kecelakaan? Tapi kenapa Kakak yang harus mendonorkan darah? Kamu kan anak kandung Ayah, pasti darah kamu sama dengan Ayah."

"Darah aku sama kayak Mama, dan cuma Kakak yang darahnya sama kayak Ayah. Aku mohon, Kakak ikut aku ke rumah sakit. Nanti setelah Kakak mendonorkan darah, aku bakalan jelasin semuanya." Gianira menarik tangan Alesha untuk pergi ke rumah sakit bersamanya.

"Tidak, saya tidak mengizinkan Alesha mendonorkan darah untuk Ayah kamu itu. Anak saya tidak memiliki hubungan darah dengan Ayah kamu itu, kenapa kamu meminta Alesha mendonorkan darah?!" cegah Raiden saat Gianira meminta Alesha untuk mendonorkan darah. Ia tidak akan mengizinkan Alesha mendonorkan darah untuk orang yang hampir membuatnya kehilangan nyawanya.

"Om, saya mohon. Tolong ijinkan Kak Alesha mendonorkan darah untuk Ayah saya. Saat ini keadaan Ayah saya kritis karena kekurangan darah," pinta Gianira kepada Raiden.

"Tidak! Saya tidak mengizinkannya!" tegas Raiden.

"Pa, Ayah keadaannya kritis sekarang. Alesha mohon, biarkan Alesha pergi ke rumah sakit untuk mendonorkan darah." Alesha berusaha membujuk Papanya.

"Kak, ayo ikut Gia. Ayah butuh donor darah secepatnya." Gianira menarik tangan Kakaknya begitu saja. Ia mengajak Alesha ke rumah sakit tanpa mempedulikan Raiden yang berteriak mencoba mencegah mereka.




Saat ini Alesha dan Gianira berada di taman rumah sakit. Alesha telah selesai mengikuti prosedur donor darah. Dan keadaan Aditya juga membaik setelah mendapatkan donor darah dari Alesha.

"Sekarang jelasin semuanya ke Kakak." Alesha meminta Gianira menjelaskan semuanya kepadanya.

"Aku bakalan ceritain semuanya, Kakak jangan kaget, ya. Karena cerita aku ini bakalan bikin Kakak kaget," balas Gianira yang mendapat anggukan kepala dari Alesha.

Flashback

Gia yang akan menuju kamarnya menghentikan langkahnya saat melewati kamar kedua orang tuanya. Ia heran karena kedua orang tuanya sedari tadi belum keluar dari kamarnya. Gia kemudian mendekat ke arah kamar kedua orang tuanya. Secara kebetulan pintu kamar kedua orang tuanya sedikit terbuka, hal itu memudahkan Gia untuk menguping.

"Tumben Mama dan Papa dari tadi belum keluar kamar. Apa mereka mau buat adik untuk gue lagi?" monolog Gia pelan. Ia kemudian mencoba mendengarkan percakapan yang berasal dari kedua orang tuanya.

"Aku rasa kita sudah keterlaluan ke Alesha, Dit. Bagaimanapun Alesha itu anak kita, anak kandung kita." Suara dari Liza, Mamanya membuat Gia membungkam mulutnya.

Gia terkejut dengan sesuatu yang baru saja ia dengar. Ia tidak menyangka akan fakta yang ia dengar dari Mamanya. Dan di tengah keterkejutannya, Gia mencoba mendengarkan kembali percakapan orang tuanya.

"Jika melihatnya, aku akan kembali teringat atas kesalahan yang kita lakukan. Kesalahan yang membuatnya lahir ke dunia, Liza," ucap Aditya kepada Liza.

"Iya, aku tau. Tapi kita sebagai orang tuanya sudah bersikap keterlaluan kepadanya. Dia tidak bersalah, Dit. Kita yang salah. Selama ini dia harus tersakiti akibat ulah kita, apa kamu tidak merasa kasihan sedikit pun kepada dia? Dia darah dagingmu sendiri, Dit," balas Liza.

"Sampai kapan kita akan menyembunyikan kebenaran ini, Dit? Selama ini Raiden harus berkorban untuk menyembunyikan semua ini. Aku merasa kita sebagai orang tua sangat tidak bertanggung jawab dengan menyembunyikan semua ini," lanjut Liza lagi.

"Entahlah, aku belum siap jika Alesha mengetahui kebenaran ini. Kebenaran jika aku Ayah kandungnya," balas Aditya.

Flashback end.

Tangis Alesha pecah setelah mendengar semua cerita Gia. Perasaannya saat ini campur aduk, sedih serta marah menjadi satu. Kenapa juga dirinya harus mengetahui suatu hal yang menyakitkan sekarang, kenapa tidak semenjak dulu. Ini begitu menyakitkan untuk ia ketahui.

Orang yang selama ini ia anggap sebagai Ayah kandungnya, kebenarannya bukan Ayah kandungnya. Dan Ayah tiri yang selama ini berlaku kasar kepadanya, ternyata Ayah kandungnya sendiri. Kenapa di dalam hidupnya banyak kejutan yang menyakitkan, mungkin itu pikir Alesha.

Tuhan, mengapa Engkau selalu memberiku kejutan yang menyakitkan? batin Alesha yang masih terisak.

ALEAGAS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang