CHAPTER 26

660 55 0
                                    

Flashback

"Gas, alasan lo ngajak gue pacaran apa? Lo cinta sama gue?"

"Dih, apaan sih. Jangan kepedean lo!"

"Terus alasan lo ngajak gue pacaran itu apa?"

Agastya mengehembuskan napasnya dengan kasar saat Alesha, seseorang yang baru sebulan ia ajak pacaran tiba-tiba menanyakan hal itu. "Apa semua cowok ngajak cewek pacaran itu karena cinta? Nggak, Sha. Ada juga karena iseng, bahkan juga ada karena nafsu. Tapi kalau gue ngajak lo pacaran itu karena iseng," jelas Agastya yang membuat Alesha terdiam.

"Jadi lo nggak usah berharap lebih dari hubungan kita, Sha. Lo juga nerima gue karna iseng kan? Ya udah kita jalanin aja gini, nggak usah dipikirin gimana ke depannya," lanjut Agastya lagi.

Dan sejak saat itu, Alesha tidak pernah lagi menannyakan hal itu lagi kepada Agastya. Karena Alesha sadar diri. Dan sejak saat itu juga, sikap Alesha kepada Agastya berubah. Dari yang awalnya selalu menebar senyum dan membalas perkataan Agastya dengan halus, sekarang berubah menjadi cuek. Bahkan terkadang Alesha membalas perkataan Agastya dengan ketus dan nada yang tidak santai. Namun satu sikap Alesha yang tidak pernah berubah, yaitu sikap posesif yang terus menerus Alesha tunjukan kepada Agastya.




"Sifat posesif lo itu bisa ilang nggak sih, Sha?"

"Nggak bisa! Sifat posesif gue muncul karena lo lebih mentingin sahabat lo itu daripada gue!"

"Gini banget punya cewek posesif."

Alesha menatap sinis Agastya yang mengatakan hal itu. Sifat posesifnya itu bukan tanpa alasan ia tunjukan. Ia sangat tidak suka melihat kedekatan Agastya dengan Lacita. Walau ia menjalin hubungan dengan Agastya tidak pernah serius, tetap saja ia berstatus pacar Agastya.

"Lo bisa ngehargain gue sebagai pacar lo nggak sih, Gas? Iya gue tau kalau hubungan kita itu cuma main-main. Tapi gue itu statusnya pacar lo, Lacita itu cuma sahabat lo," kata Alesha sambil menatap Agastya yang juga menatapnya.

"Hubungan cuma main-main tapi lo berharap gue memperlakukan lo kayak pacar pada umumnya. Nggak usah berharap lebih lo," balas Agastya yang membuat Alesha terdiam sembari mengepalkan tangannya menahan emosi.

Alesha bangkit dari duduknya dan meninggalkan Agastya begitu saja. Ternyata ia salah mengatakan hal tadi kepada Agastya. Bukannya mendapat jawaban sesuai harapannya, justru Alesha mendapat balasan yang membuat hatinya sakit.

Flasback end




Suara ketukan pintu tidak membuat Alesha mengalihkan atensinya. Ia sibuk membaca sebuah novel sembari mendengarkan musik yang ia setel keras di dalam kamarnya. Itu lah yang membuat Alesha tidak mengalihkan atensinya.

"Alesha, buka pintunya! Papa mau bicara sama kamu!" Raiden dengan terpaksa berteriak memanggil Alesha. Ia sudah sedari tadi mengetuk pintu kamar Alesha sembari memanggilnya.

"Alesha, sedang apa kamu di dalam?!" Raiden berteriak kembali. Ia juga berusaha membuka pintu kamar Alesha. Dan ternyata pintu kamar Alesha tidak terkunci, Raiden kemudian masuk begitu saja ke kamar putrinnya itu.

Terlihat Alesha yang tengah membaca novel terkejut melihat kehadiran Raiden. Ia kemudian bangkit dari posisi rebahannya dan langsung mematikan lagu yang ia setel.

"Papa, udah dari tadi, Pa? tanya Alesha kepada Papanya.

Raiden yang mendengar hal itu menggelengkan kepalanya melihat kelakuan putrinya. Raiden kemudian mendekat ke arah Alesha dan langsung menjewer telinganya. Tidak terlalu sakit, namun membuat Alesha meringis.

"Kamu ini dipanggil dari tadi tidak ada jawaban. Papa capek dari tadi manggil kamu, ternyata kamu lagi asik baca novel sambil menyetel musik keras-keras," ucap Raiden sambil melepaskan jewerannya di telinga Alesha.

"Aduh sakit, Pa. Maaf Alesha nggak tau kalau Papa manggil Alesha," balas Alesha sambil mengusap telinganya.

"Papa mau bicara dengan kamu Alesha." Setelah mengatakan itu, Raiden mendudukan diri di sofa yang berada di kamar Alesha. Hal itu juga diikuti oleh Alesha, ia mendudukan diri berdekatan dengan Papanya.

"Tentang apa, Pa?" tanya Alesha.

"Tentang hubungan kamu dengan pacar kamu itu," jawab Raiden.

"Akhiri hubungan kamu dengan dia. Papa tidak mau jika kamu harus terus-menerus mengalami sakit hati karenanya," imbuh Raiden.

Alesha sebenarnya sudah mengerti perkataan Papanya, namun ia bertanya kembali untuk memastikan, "maksud Papa apa?"

"Papa rasa kamu sudah mengerti maksud perkataan Papa. Kamu pikir Papa tidak tahu tentang hubungan kamu dengan pacar kamu itu? Jelas Papa sudah tahu semuanya, karena Papa menyuruh seseorang untuk terus mengawasi kamu dengan pacar kamu itu."

"Alesha juga memiliki niat seperti itu, Pa. Alesha capek menghadapi sikap dia ke Alesha. Mungkin nanti Alesha pikirkan cara untuk mengakhiri hubungan dengan dia."

"Bagus kalau begitu, di luar sana masih banyak laki-laki yang lebih baik daripada dia. Lagi pula hubungan kalian cuma main-main kan?"

"Iya, Pa. Papa tau itu semua dari siapa? Dari orang suruhan Papa itu?" tanya Alesha kepada Papanya. Ia heran, bagaimana bisa Papanya mengirimkan orang untuk mengawasi dirinya dan Agastya. Dan yang lebih mengherankan lagi, orang yang Papanya kirimkan tahu secara mendetail tentang hubungannya bersama Agastya.

"Edsel, dia orang yang Papa percayai untuk mengawasi kamu dan Agastya. Sahabat kamu itu yang selalu memberi informasi kepada Papa. Mungkin jika kamu bersama Edsel, Papa akan mendukung kalian. Dia lebih baik daripada pacar kamu itu," balas Raiden.

Hal itu tidak membuat Alesha terkejut. Pantas saja Papanya mendapat informasi secara detail, ternyata Edsel yang memberikan. Orang lain selain sahabat Agastya dan Alesha tidak mungkin tahu akan hubungan yang mereka jalani secara detail.

"Pa, hubungan aku dan Edsel itu cuma sebatas sahabat sejak kecil. Aku dan dia pernah berkomitmen untuk nggak melibatkan perasan di dalam persahabatan kita. Lagi pula keyakinan kita itu berbeda, Pa," jelas Alesha jengah dengan perkataan yang terus-menerus mendukung hubungannya dengan Edsel lebih dari seorang sahabat. Tidak hanya Raiden yang pernah mengatakan itu, Reno yang merupakan Ayah dari Edsel juga pernah mengatakan itu. Bahkan kembaran Edsel juga pernah mengatakan hal itu.

"Itu masalahnya, keyakinan kalian berbeda. Padahal Papa sangat mendukung hubungan kamu dengan dia untuk lebih dari seorang sahabat," ucap Raiden setelah tersadar mengenai fakta yang terjadi. Dirinya sempat lupa akan fakta bahwa putrinya dan sahabatnya memiliki keyakinan yang berbeda.

"Oh ya, kamu ingin tahu alasan Papa melarang kamu menjalin hubungan dengan Agastya lebih lanjut?"

"Itu karena sifat dia sama persis seperti Ayahnya. Ayahnya itu lebih memilih mementingkan sahabat perempuannya daripada Ibunya Agastya. Itu juga kan yang Agastya lakukan kepada kamu? Jika kamu bertanya mengapa Papa tahu hal itu, jawabannya adalah Ayah Agastya mantan sahabat Papa. Jelas Papa tahu semua sifat asli bahkan tabiatnya. Dan pasti semua sifat dan tabiat buruknya menurun kepada Agastya, pacar kamu itu," terang Raiden. Alesha yang mendengar hal itu sempat terkejut, dirinya tidak menyangka jika Papanya pernah bersahabat dengan Ayah Agastya.

ALEAGAS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang