CHAPTER 27

759 57 0
                                    

"Nih, bekal dari Bunda. Bunda sendiri yang nyiapin buat lo." Agastya mengeluarkan sebuah kotak bekal dari dalam tasnya. Kemudian ia memberikan kotak berisi makanan itu kepada Alesha.

Alesha menghentikan langkahnya saat Agastya menghadangnya bersama para sahabatnya. Ia yang akan menuju ke kamar mandi dengan terpaksa melewati kelas Agastya, karena jalan satu-satunya adalah dengan melewati kelas Agastya. Namun dirinya saat ini termasuk dalam kondisi apes. Niat hati ingin menghindar dari Agastya, justru ia malah bertemu dengan kekasihnya itu.

Alesha kemudian menerima kotak bekal yang Agastya berikan. Ia harus menghargai pemberian dari Ibu kekasihnya itu.

"Ucapin makasih ke Bunda," kata Alesha setelah menerima kotak bekal. Setelahnya Alesha pergi dari hadapan Agastya beserta para sahabatnya. Ia pergi begitu saja tanpa mengatakan sepatah kata lagi.

"Musuhan lagi lo berdua?" celetuk Dhyas yang melihat perilaku sepasang kekasih itu.

"Kayak nggak tau Agastya aja lo, Yas. Biasa, dia sama Alesha pasti lagi ada masalah. Gue heran sama Alesha, bisa-bisanya dia tahan sama sikap Agastya. Kalau gue jadi dia, pasti udah gue putusin Agastya. Cowok nggak peka, gengsian terus selalu mentingin sahabat perempuannya daripada pacar buat apa dipertahanin?" balas Zio yang memancing amarah Agastya.

"Maksud lo apa, njing?!" Agastya mencengkram kerah seragam yang Zio kenakan. Ia tidak terima akan perkataan Zio tadi.

"Gue mentingin Lacita karena dia lebih penting dari Alesha. Lacita itu sahabat gue dari kecil!" imbuh Agastya sambil melepaskan cengkramannya pada kerah seragam Zio.

"Tapi lo mikir lah, anjing! Alesha itu pacar lo! Gunanya lo ngajak Alesha pacaran itu apa? Dia itu cewek, Gas. Pasti dia ngerasain sakit hati saat lo mentingin si Lacita daripada dia!" ujar Zio dengan nada tinggi. Zio yang sudah jengah melihat sikap Agastya kepada Alesha itu pun terpancing emosi.

Edsel secara tiba-tiba memberikan bogem mentah ke wajah Agastya. Dirinya juga ikut emosi mendengar perkataan Agastya tadi. Edsel tidak terima jika sahabat perempuannya terus-menerus disakiti oleh Agastya.

"Otak lo di mana hah?! Alesha itu cewek, gue nggak terima kalau lo nyakitin Alesha terus!" sentak Edsel setelah memberikan bogem mentah ke wajah Agastya.

Melihat hal itu membuat orang-orang yang berada di sana terkejut. Tidak hanya para sahabat Edsel, tapi para murid yang berada juga terkejut melihat tidakan Edsel. Edsel tidak pernah bertindak seperti sekarang karena ia dikenal sebagai seseorang yang memiliki sifat cuek dan dingin. Jadi wajar saja jika mereka terkejut atas tindakan Edsel.

"Sekali lagi gue lihat lo nyakitin Alesha, lo habis di tangan gue!" Setelah mengatakan itu, Edsel pergi dari depan ruang kelasnya.

Agastya menyeka darah yang mengalir dari sudut bibirnya akibat pukulan Edsel. Ia berdecih dan menatap sinis ke arah Edsel. Sahabatnya itu terlalu ikut campur dalam hubungannya dengan Alesha, mungkin itu pikir Agastya.




"Ngapain lo di sini?" tanya Agastya dengan ketus saat melihat Alesha berada di ruang tamu rumahnya.

Agastya yang akan mengambil minum ke dapur rumahnya, menghentikan langkahnya saat melihat sosok Alesha di ruang tamu. Ia mendekat ke arah ruang tamu untuk memastikan itu Alesha atau bukan. Kemudian ia bertanya dengan nada ketus saat melihat itu benar Alesha.

Alesha menatap sinis ke arah Agastya yang bertanya kepadanya. Dan belum sempat Alesha menjawab, dua orang wanita datang bersamaan ke ruang tamu. Kedua wanita itu adalah Airin dan Rania. Mereka datang ke ruang tamu dengan membawa pot bunga di tangan mereka.

"Sekali lagi makasih, ya, Rin. Kamu baik banget ngasih aku koleksi bunga yang harganya nggak sedikit," ucap Rania kepada Airin.

"Sama-sama, Ran. Kamu kayak sama siapa aja," balas Airin.

Mereka masih belum menyadari jika Agastya dan Alesha berada di sana dengan saling memberikan tatapan permusuhan. Dan setelah sadar jika Alesha di ruang tamu bersama Agastya, Rania memperkenalkan Alesha kepada Agastya. Anak sahabatnya itu pasti belum kenal dengan putri sambungnya, itu pikir Rania.

"Agastya, perkenalkan ini anak Tante. Cantik kan anak Tante?" ucap Rania sembari meminta Alesha bersalaman dengan Agastya.

Airin yang melihat hal itu mencoba menahan tawanya. Tapi sayang, tawanya meledak begitu saja. Dengan masih sembari tertawa kecil, Airin mengatakan sesuatu, "ya ampun, Agastya itu udah kenal sama Alesha, Ran. Bahkan mereka punya hubungan spesial."

"Maksud kamu apa, Rin?" tanya Rania yang bingung akan maksud Airin.

"Kamu belum tahu? Agastya dan Alesha itu sepasang kekasih," balas Airin yang membuat Rania tercengang.

"Apa?! Kenapa aku nggak tau? Kamu juga kenapa nggak bilang sih, Rin!"

"Aku pikir kamu juga udah tau, Ran. Agastya dan Alesha itu udah lama menjalin hubungan, mungkin hampir tiga tahun. Alesha juga udah sering ke sini diajak Agastya," jelas Airin yang tambah membuat Rania tercengang.

Sedangkan dua orang yang sedang dibicarakan masih saja saling melempar tatapan sinis. Namun setelahnya Agastya pergi begitu saja dari sana. Agastya yang kehausan berjalan menuju dapur untuk mengambil minum.

"Anak nggak tau sopan santun," cibir Airin kepada putranya yang pergi begitu saja.

Setelahnya Airin dan Rania melanjutkan obrolan tentang anak-anak mereka. Rania yang baru mengetahui jika Alesha dan Agastya memiliki hubungan spesial tentunya terkejut sekaligus senang.

"Ya ampun, aku nggak nyangka kalau anak-anak kita ada hubungan spesial. Kita nggak perlu repot-repot jodohin mereka, Rin." Rania mengatakan itu sambil mendudukan diri di sofa ruang tamu rumah Airin.

"Iya Ran. Rencana kita buat besanan udah setengah jalan. Awalnya aku juga kaget saat Agastya ngajak Alesha main ke sini, tapi aku juga seneng saat itu juga. Tuhan pasti udah ngerestuin rencana kita buat jadi besan," ujar Airin dengan perasaan senang.

"Semoga saja hubungan anak-anak kita langgeng, ya, Rin. Kita boleh berencana, tapi Tuhan yang menentukan."

"Aamiin."

Alesha terdiam mendengar percakapan Rania dan Airin. Ia saja memiliki niat mengakhiri hubungan, tapi Bundanya dan Ibu kekasihnya memiliki niat untuk berbesanan. Alesha juga bingung menanggapi perkataan dua orang wanita yang bersahabat itu.




Anjir, ternyata Tante Rania itu Ibu sambungnya Alesha. Berarti Papanya Alesha itu suaminya Tante Rania dong? Kenapa gue baru tau sekarang sih, kalau Tante Rania tau gue nyakitin anaknya bisa berabe nih, batin Agastya setelah meneguk air di gelasnya.

Agastya kemudian memutuskan kembali ke ruang tamu rumahnya. Sesampainya di sana, Agastya hanya melihat Bundanya saja yang berada di sana. Ia tidak melihat Alesha beserta Ibunya.

"Tante Rania sama Alesha udah pulang, Bun?" tanya Agastya kepada Airin.

"Sudah dari tadi. Kamu dari mana aja sih? Kenapa kamu nggak nyapa Alesha dan Tante Rania? Nggak sopan banget kamu," balas Airin.

"Agas tadi kehausan, Bun. Makanya Agas tadi pergi gitu aja. Lagi pula Agas juga udah ketemu Alesha tadi pagi waktu ngasih bekal buat dia," ujar Agastya sembari duduk mendekati Bundanya.

"Tetap saja kamu nggak sopan sama Tante Rania."

"Bunda mau nanya sama kamu. Hubungan kamu dan Alesha gimana? Kamu nggak pernah nyakitin Alesha kan?" lanjut Airin bertanya kepada Agastya.

"Hubungan aku sama Alesha baik-baik aja kok, Bun. Agas juga nggak pernah nyakitin Alesha," bohong Agastya.

"Bagus kalau begitu. Bunda nggak mau kalau kamu nyakitin Alesha. Kamu nyakitin Alesha sama saja kamu nyakitin Bunda dan Tante Rania. Paham kamu, Agas?"

"Iya, Bun."

"Ya sudah, Bunda mau istirahat ke kamar sebentar. Hari ini Bunda dapat sif malam." Setelah mengatakan itu, Airin berjalan menuju kamarnya untuk beristirahat.

Maafin Agas, Bun. Agas udah bohong sama Bunda. Agas sebenarnya udah sering nyakitin Alesha, batin Agastya sembari melihat Bundanya yang menaiki tangga rumah.

ALEAGAS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang