CHAPTER 31

897 63 0
                                    

Agastya mengamati Bundanya yang tengah menyuapi sang Ayah. Ia kemudian bangkit dari sofa yang berada di ruangan Ayahnya dirawat, ia mendekat ke arah kedua orang tuanya.

"Bunda, Agas minta maaf. Bunda jangan marah terus dong. Bunda aja bisa maafin Ayah, seharusnya Bunda juga bisa maafin Agastya," bujuk Agastya kepada Airin yang tengah marah kepadanya.

Airin masih saja mendiamkan Agastya semenjak kejadian di rumah Nawasena kemarin. Ia masih marah serta kecewa kepada putranya itu. Dan kepercayaannya kepada putranya itu sekarang menghilang.

Flashback

Airin yang baru saja sampai di kediaman Nawasena langsung menuju ke ruangan tempat mertuanya berkerja. Dan saat membuka pintu ruangan, Airin terkejut melihat suaminya terkapar tak berdaya di lantai. Dengan segera ia menghampiri suaminya itu.

"Papa, apa yang terjadi dengan Mas Gardana?" tanya Airin kepada Ayah mertuanya yang berada di ruangan bersama anak dan keponakannya.

"Papa menghajarnya karena dia sudah membuatmu menderita," jawab Nawasena.

"Kita harus membawa Mas Gardana ke rumah sakit segera. Kondisinya sangat lemah sekarang," kata Airin kepada mereka yang berada di sana.

"Biarkan saja anak keparat itu mati, dia sudah menyakiti dan membuatmu menderita, Airin," balas Nawasena.

"Apa maksud Papa?"

"Papa sudah mengetahui semuanya, Airin. Kenapa kamu menyembunyikan semua perilaku biadap suamimu?"

Airin mengamati kondisi suaminya yang sangat lemah, setelahnya ia meminta ijin kepada mertuanya itu untuk membawa Gardana ke rumah sakit. "Maaf, Pa. Bisakah kita membicarakannya nanti? Sekarang kondisi Mas Gardana sangat lemah."

Nawasena tidak mendengarkan permintaan menantunya itu, ia justru menendang kembali Gardana yang kondisinya sudah sangat lemah. "Minta maaf kepada istrimu sekarang!" perintah Nawasena kepada Gardana yang sedang terbatuk-batuk mengeluarkan darah.

"Kau tuli, Gardana?! Minta maaf sekarang!" ulang Nawasena lagi.

"Ma-maaf, A-Airin," ucap Gardana terbata-bata.

"Anak bodoh! Jika kau belum mengetahui kebusukan selingkuhanmu itu, pasti kau belum mengucapkan kata maaf!" kata Nawasena sembari menekan tombol telepon pada handphone-nya. Ia akan menelpon orang suruhannya. "Ke ruang kerjaku sekarang! Bawa Gardana ke rumah sakit," perintahnya kepada orang di seberang telepon.

Tak lama, dua orang berpakaian hitam masuk ke ruang kerja Nawasena. Setelah mengucapkan kata permisi, kedua orang itu langsung membawa Gardana yang sudah tak sadarkan diri. Mereka akan membawa Gardana ke rumah sakit sesuai perintah dari Tuan mereka, Nawasena.

Airin yang melihat suaminya dibawa oleh kedua orang itu dengan segera mengikuti mereka. Namun langkahnya terlebih dulu dicegah oleh keponakannya, Argi. "Biarkan Ayah diurus oleh mereka, Bun. Bunda di sini dulu, Argi mau memperlihatkan sesuatu," cegah Argi.

"Memperlihatkan apa, Argi?" tanya Airin.

Tanpa menjawab pertanyaan Airin terlebih dulu, Argi pergi mengambil laptop yang tadi digunakan untuk menunjukan bukti ke Nawasena. Argi kemudian membuka satu file di laptop dan menunjukannya kepada Tante serta Kakeknya itu. "Bunda dan Kakek lihat lah ini," ucapnya sembari menunjukan file yang berisi video dan foto.

"Ini semua adalah bukti kebrengsekan Agastya. Selama ini Agastya sudah sering menyakiti Alesha, pacarnya," imbuh Argi.

Agastya yang sedari tadi merebahkan diri di sofa sembari menyaksikan kejadian di ruangan Kakeknya, langsung bangkit begitu saja setelah mendengar ucapan Argi. Ia terkejut mendengar perkataan sepupunya itu. Dan dengan segera ia menghampiri sepupunya itu. "Maksud lo apa, Gi?!" ucapnya dengan nada tinggi.

"Lo kira gue terima kalau lo nyakitin sahabat gue?! Gue nggak terima lo nyakitin Alesha, sahabat gue!" geram Argi.

"Maksud lo? Alesha itu sahabat lo? Kenapa gue baru tau sekarang?!"

"Sikap cuek lo emang udah keterlaluan, Gas. Saking cueknya sampai nggak tau tentang hubungan orang-orang terdekat lo!" cibir Argi mendengar perkataan Agastya baru saja.

Airin dan Nawasena mencoba melihat foto serta video yang Argi tunjukan. Ternyata itu semua adalah bukti kebrengsekan Agastya.

"Bunda kecewa sama kamu, Agastya! Ternyata kamu sudah menyakiti Alesha selama ini! Kenapa kamu melakukan itu, Agastya! Bunda sudah berpesan kepada kamu, jangan pernah menyakiti Alesha! Tapi kenapa kamu masih melakukannya!" murka Airin kepada putranya.

"Anak brengsek! Ternyata Ayah dan anak sama-sama brengsek!" ucap Nawasena sembari memberikan pukulan ke wajah Agastya.

"Asal kau tahu, Agastya! Gadis yang telah kau sakiti itu adalah cucu sahabat Kakek! Kau memang benar-benar brengsek, Agastya!" Nawasena secara terus-menerus memberikan pukulan ke Agastya. Nawasena menghajar Agastya tanpa ampun, sama seperti saat menghajar Gardana tadi.

Airin yang melihat putranya dihajar pun hanya diam. Perasaan kecewa dan marah mengusai dirinya saat ini. Saking kecewanya membuat Airin membiarkan saja Agastya yang pingsan setelah dihajar Nawasena.

Flashback end.




Agastya mengeluarkan tangisannya melihat Airin masih bersikap tidak acuh kepadanya. Agastya kemudian memeluk kedua kaki Bundanya itu dengan erat. Hal itu membuat Airin geram menghadapi Agastya, dengan kasar ia menampar pipi Agastya yang tengah lebam.

"Hiks, Bunda..." Agastya menangis sembari memegangi pipinya yang ditampar oleh Bundanya. Seluruh wajahnya saat ini terdapat banyak lebam akibat dihajar oleh Kakeknya. Dan sekarang ia harus meringis menahan sakit akibat ditampar oleh Bundanya.

Gardana yang melihat hal itu hanya bisa menaruh rasa prihatin kepada anaknya itu. Ingin rasanya menolong putranya itu, namun kondisinya saat ini tidak memungkinkan untuk melakukannya. Saat ini saja tubuhnya masih harus terbaring di ranjang rumah sakit dengan kondisi lemah.

"Bunda, maafin Agas. Agas khilaf, Bun," sesal Agastya.

"Apa kamu bilang? Khilaf? Kamu udah nyakitin Alesha nggak cuma sekali! Itu bukan khilaf namanya!" bentak Airin yang semakin murka dengan Agastya.

"Agas bakal minta maaf sama Alesha, Bun. Agas nyesel udah nyakitin dia," lirih Agastya yang berharap Bundanya dapat luluh dengan perkataannya baru saja.

"Buktikan, jangan hanya bicara saja kamu!" balas Airin.

—————

Chapter selanjutnya Agastya dibuat nangis-nangis di depan Alesha kayaknya seru ni, gimana menurut kalian?
Oke segitu dulu, sampai jumpa di chapter selanjutnya...

ALEAGAS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang