Hari ini adalah hari kelulusan. Dengan balutan kebaya sederhana, Alesha melangkah keluar dari gedung tempat pengumuman kelulusan. Terlihat di luar gedung banyak murid bersama dengan orang tuanya sedang mengabadikan momen. Mereka berfoto dengan senyuman bahagia atas kelulusan mereka.
Alesha juga ingin seperti teman-temannya yang lain, berfoto dengan keluarga di saat momen bahagia. Namun sayang, keinginannya itu tidak dapat ia lakukan. Keluarganya tidak ada satu pun yang menghadiri acara kelulusannya.
"Nih, buat lo."
Alesha menghentikan langkahnya saat Agastya tiba-tiba muncul di hadapannya. Agastya yang datang entah dari mana memberikan sebuah buket bunga kepada Alesha. Dengan senang hati Alesha menerima buket bunga itu.
"Makasih," ucap Alesha kepada Agastya.
"Ya ampun, calon mantu Bunda cantik banget. Selamat atas kelulusannya, ya, sayang." Airin yang datang bersama Gardana langsung mengatakan itu. Airin memuji kecantikan Alesha yang bertambah karena menggunakan makeup tipis di wajahnya.
"Terima kasih, Bunda," balas Alesha dengan senyuman yang menghiasi bibirnya.
"Iya sayang. Oh iya, ayo kita foto dulu. Ke sini kamu, Gas. Jangan sampai nggak mau diajak foto bersama." Airin menarik tangan Agastya yang bersiap menghindar. Putranya itu pasti akan selalu menolak jika diajak berfoto bersama.
"Iya, iya Bun," balas Agastya pasrah.
"Cuma diajak foto aja selalu menghindar. Mas, kamu fotoin aku dan anak-anak, ya," suruh Airin kepada Gardana.
"Lho kok gitu, terus aku tidak ikut foto?" protes Gardana karena tidak diajak foto bersama.
"Nggak usah," balas Airin dengan santainya. Ia tidak menghiraukan wajah suaminya yang seketika berubah menjadi kesal.
Alesha tersenyum mendengar pembicaraan orang tua kekasihnya itu. Ia yang merasa tidak enak dengan Gardana pun meminta tolong kepada salah satu temannya untuk memotret dirinya bersama keluarga kekasihnya. "Alesha minta tolong teman aja buat fotoin kita, Bun. Kasihan Om Gardana kalau nggak di ajak foto."
"Kamu memang calon mantu yang pengertian, Alesha. Agastya saja yang bodoh telah menyia-nyiakan gadis sebaik kamu," balas Gardana yang mendapatkan tatapan kesal dari putranya.
Ni orang tua nggak sadar diri, dia juga udah menyia-nyiakan Bunda, batin Agastya sembari menatap kesal ke arah Ayahnya.
"Apa kamu, Gas? Tidak terima?" tanya Gardana kepada putranya yang menatap dirinya kesal.
Melihat perselisihan yang akan terjadi antara Ayah dan anak, membuat Airin mencegah terlebih dulu. Ia menarik tangan suami dan anaknya itu untuk mendekat karena teman Alesha telah bersiap memotret mereka.
"Nanti aja berantemnya, sekarang foto dulu," kata Airin kepada Agastya dan Gardana.
Mereka pun berfoto dengan senyuman yang menghiasi bibir mereka. Alesha merasa seperti mendapatkan keluarga yang menerima keberadaannya. Tentu saja hal itu membuatnya senang dan melupakan kesedihannya tentang keluarga yang tidak hadir di acara kelulusannya.
࿏
࿏
࿏
Selamat atas kelulusannya, anak Mama. Maafkan Mama yang tidak bisa hadir di acara kelulusan kamu. Ayah kamu tidak mengizinkan Mama datang ke acara kelulusan kamu, Alesha. Sekali lagi Mama minta maaf kepada kamu.Liza
Alesha meremas kertas yang berisi surat dari Mamanya. Ia membuang begitu saja gumpalan kertas itu. Ia juga menyingkirkan sebuah kotak berisi hadiah pemberian dari Mamanya.
Alesha kemudian mengambil handphone-nya yang bergetar karena sebuah notifikasi. Ternyata ada sebuah pesan yang masuk. Alesha mengernyitkan dahinya saat Raiden mengirimkan sebuah pesan kepadanya.
Papa
Alesha, bisakah kamu pulang ke rumah malam ini? Ada suatu hal yang ingin Papa sampai kanTernyata Papanya meminta dirinya untuk pulang. Alesha mengira jika Papanya akan mengucapkan selamat atas kelulusannya. Ia salah besar dengan berharap kepada orang yang mengaku sebagai Ayah kandungnya itu.
Alesha berpikir akan mendapat kejutan apa lagi setelah ini. Tidak cukup kah kejutan yang ia dapatkan selama ini. Kejutan yang menyenangkan pasti akan Alesha terima dengan senang hati, tapi selama ini banyak mendapatkan kejutan yang menyakitkan.
࿏
࿏
࿏
"Gue harus nagih janji ke Kakek, nih. Gue kan udah berhasil lulus dengan nilai terbaik," monolog Agastya sembari berjalan masuk ke rumah Kakeknya. Ia datang ke rumah Kakeknya untuk menagih janji ke Kakeknya karena ia telah lulus dengan nilai terbaik.Namun saat baru saja memasuki ruang tamu kediaman Kakeknya, Agastya harus menghentikan langkahnya saat melihat orang tua Alesha berada di ruang tamu. Agastya bertanya-tanya dalam hati, untuk apa orang tua Alesha berada di rumah Kakeknya. Ada kepentingan apa sehingga mereka berbicara seperti membicarakan hal yang sangat penting.
Agastya memutuskan berdiri di belakang tembok di dekat ruang tamu. Ia akan mencoba mendengarkan percakapan kedua orang tua Alesha dan Kakeknya.
"Raiden, Liza, Paman harap kalian mengerti dengan hal ini. Sebenarnya Paman juga tidak menginginkan perjodohan ini terjadi. Paman takut jika nasib Alesha akan sama seperti kalian, berpisah karena tidak memiliki kecocokan dalam menjalin hubungan. Tapi perjodohan ini telah menjadi nazar Paman dan Ranajaya jika kami berhasil meraih kesuksesan. Sekarang Paman harus menepati nazar itu, nazar akan menjodohkan anak Liza dengan anak mendiang Arsen," ujar Nawasena kepada Liza dan Raiden.
"Liza mengerti jika ini sudah menjadi nazar Paman dan Papa dulu. Tapi apakah Alesha dan Argi akan menerima perjodohan ini? Liza tidak ingin jika Alesha harus mengalami persamaan nasib seperti kami," balas Liza. Ia tidak yakin dengan rencana perjodohan Alesha dan Argi.
"Liza, aku yakin Alesha dan Argi akan menerima ini. Alesha dan Argi sudah menjalin hubungan persahabatan yang lama. Aku yakin jika Argi tidak mungkin akan membuat Alesha terluka selama menjalin hubungan." Raiden berusaha meyakinkan Liza. Ia tahu tentang kekhawatiran mantan istrinya itu.
"Paman setuju dengan Raiden. Argi tidak mungkin akan membuat Alesha terluka. Paman percaya dengan Argi, tidak seperti Agastya yang selama ini banyak menyakiti Alesha," timpal Nawasena.
Raiden menyetujui perkataan Nawasena. Ia sepemikiran dengan Ayah sahabatnya itu. "Ya, perjodohan ini lebih baik tetap dilakukan. Argi jauh lebih baik daripada Agastya."
"Liza akan menyetujui hal ini jika untuk kebaikan Alesha," ucap Liza yang akhirnya menyetujui rencana perjodohan.
Nawasena bernafas lega mendengar hal itu. Akhirnya rencana perjodohan antara cucunya dan cucu sahabatnya akan terjadi. "Baiklah jika kalian sebagai orang tua Alesha telah menyetujui hal ini. Paman akan menjalankan perjodohan ini."
Agastya mengepalkan tangannya saat mendengar semua percakapan itu. Dirinya tentu saja terkejut mendengar tentang rencana perjodohan Alesha dan Argi. Kemarahan telah menguasai diri Agastya saat ini. Dengan amarah di dalam dirinya, Agastya menghampiri Kakeknya.
"Maksud Kakek apa?! Kakek menjodohkan Alesha dengan Argi? Alesha itu pacar Agastya, Kek!" teriak Agastya yang sedang dikuasai amarah. Agastya melupakan sopan santunnya begitu saja karena kemarahan yang menguasai dirinya.
"Ya, Kakek akan menjodohkan Alesha dengan Argi," balas Nawasena yang terkejut dengan kehadiran Agastya.
"Tidak bisa, Kek! Alesha itu pacar Agastya, dan Agastya mencintai Alesha!" Agastya tanpa sadar mengucapkan kata mencintai Alesha. Kata yang tidak pernah ia ucapkan sebelumnya.
"Perjodohan ini akan tetap terjadi. Kamu tidak akan bisa merubah rencana perjodohan ini, Agastya!" tandas Nawasena.
—————
Selamat datang di awal konflik. Tunggu kelanjutan cerita ini ya, para readersku semua...
KAMU SEDANG MEMBACA
ALEAGAS [END]
Teen FictionBagaimana bisa cewek posesif akut dan cowok gengsi tinggi menjalin hubungan? Ini tentang Alesha dan Agastya, dua orang remaja yang menjadi sepasang kekasih. Berawal dari Agastya yang iseng mengajak Alesha berpacaran, sampai akhirnya hubungan mereka...