CHAPTER 45

1.4K 50 0
                                    

"Manusia boleh berencana, tetapi Tuhan yang menentukan."
Agastya

Kata 'Sah' terdengar jelas saat Agastya memasuki kediaman Raiden yang telah dihias dengan indah. Itu tandanya Argi dan Alesha telah resmi menjadi sepasang suami dan istri. Seketika Agastya merasakan hatinya seperti tercabik, dan rasa sesak juga menyerang hatinya.

Agastya kemudian menghentikan langkahnya beberapa meter dari kumpulan orang yang tengah menyaksikan pernikahan Argi dan Alesha itu. Agastya tidak berani untuk lebih mendekat lagi. Agastya tidak menghiraukan larangan orang tuanya untuk menghadiri pernikahan Argi dan Alesha, ia tetap datang untuk melihat Alesha untuk terakhir kalinya. Karena mungkin setelah ini ia tidak dapat melihat Alesha lagi.

Pandangan Agastya tertuju kepada Alesha yang mengenakan kebaya putih dengan riasan di wajahnya. Sangat cantik, itu yang dipikirkan Agastya saat melihat Alesha. Tanpa sadar Agastya tersenyum saat melihat Alesha, dan seketika juga Agastya melunturkan senyumannya karena rasa sesak di hati bertambah. Gadis yang sangat ia sayangi telah resmi menjadi istri orang lain, bukan dirinya.

Tuhan, mengapa ini sangat menyakitkan, batin Agastya sembari menahan sesak di dadanya.

Agastya memundurkan langkahnya, ia memutuskan meninggalkan kediaman Raiden karena tidak kuat lagi menyaksikan pernikahan Argi dan Alesha. Keputusan Agastya untuk pergi mungkin benar, jika ia masih berada di sana mungkin akan menambah rasa sakit di hatinya.




Alesha POV

Aku mengamati wajahku yang telah selesai dirias. Sangat sesuai dengan keinginanku, riasan yang tidak terlalu tebal. Tentu saja aku ingin tampil sempurna di hari yang mungkin membahagiakan bagi perempuan manapun.

Ya, hari ini adalah hari pernikahanku. Pernikahan yang sebelumnya tidak pernah aku pikirkan dan bayangkan. Perjodohan yang dilakukan mendiang Kakekku dengan sahabatnya membuatku harus menikah dengan sahabatku sendiri. Sahabat yang aku anggap sebagai saudara sendiri kini akan menjadi suamiku.

Sebenarnya ingin sekali aku menolak pernikahan ini, namun ini menyangkut nazar yang telah Kakekku buat. Tidak mungkin jika aku menolaknya. Dan yang membuatku mau menerima pernikahan ini adalah Argi, dia berhasil meyakinkanku tentang pernikahan ini. Dia juga yang selama ini menemaniku dalam keterpurukan, dia memberi semangat untukku menjalani hidup.

Suara ketukan pintu membuatku bangkit dari duduk dan membukanya. Terlihat Bunda dan Mama berdiri di depan pintu kamarku sembari tersenyum. Namun dibalik senyum mereka ada kesedihan yang disembunyikan, aku tau itu melalui mata mereka yang berkaca-kaca.

"Anak Mama cantik banget, udah siap sayang? Sebentar lagi acara pernikahan kamu dimulai," kata Mama yang membuat hatiku berdebar-debar.

Siapa yang tidak merasakan hatinya berdebar-debar saat acara pernikahannya dilangsungkan. Tentu saja semua orang akan merasakan itu. Termasuk aku sekarang yang tengah merasakan itu, sebentar lagi statusku akan berubah.

"Deg-degan ya, sayang? Tenang aja, semuanya akan berjalan lancar. Sekarang tarik napas kamu dan buang secara perlahan," suruh Bunda yang langsung aku lakukan. Dan ternyata itu berhasil, aku merasa lebih tenang sekarang.

"Udah nggak terlalu deg-degan lagi kan? Ayo kita turun, semuanya udah menunggu kamu," ucap Bunda yang langsung menggandeng tangan kananku.

Sekarang aku berjalan menuruni tangga rumah dengan digandeng oleh Mama dan Bunda. Dapat aku rasakan jika semua orang yang menghadiri pernikahanku memandang ke arahku saat ini. Hal itu membuatku tersipu malu.

Aku kemudian didudukan di kursi yang berada di samping Argi. Dapat terlihat Argi saat ini memandangku dengan sangat intens. Aku yang melihat itu tersenyum ke arahnya.

ALEAGAS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang