Choi Seungcheol: First Meet

2.2K 199 0
                                    


.
.
.

Choi Seungcheol side

Aku sangat menyesal sudah repot-repot datang kepulau jeju Hanya untuk mendengar semua hal yang tidak penting itu, aku pikir bisa bersenang-senang setidaknya untuk menghabiskan tahun baru bersama keluargaku yang tersisa, bagaimana mereka bisa berbicara seperti itu, bahkan ini pertama kalinya kami berkumpul bersama-sama setelah upacara kematian kakek di Daegu 5 tahun yang lalu, ya sudah 5 tahun aku tidak bertemu dengan paman dan bibiku yang tinggal di pulau Jeju ini.

Namun apa yang kudapatkan? Bukannya menanyakan bagaimana kabarku selama 5 tahun tidak berjumpa, mereka malah memintaku untuk menjual kebun apel yang kurawat di desa Jocheonri dan tentunya saja langsung kutolak mentah-mentah, Hanya kebun itu kenang-kenangan yang kupunya dari kakek dan kedua orang tuaku yang sudah terlebih dahulu meninggal dunia.

Seharusnya aku sudah curiga dengan undangan mendadak mereka itu, aku terlalu naïf ternyata menafsirkannya, hampir selama 5 tahun ah tidak sebenarnya bahkan jauh sejak kakek masih hidup dan tinggal bersamaku di Daegu mereka sangat jelas tidak memperdulikan kakek sebagai orang apalagi diriku yang hanya seorang keponakan mereka.

Dan dimana aku sekarang, tentu saja setelah mendengar permintaan mereka itu aku langsung pergi meninggalkan rumah itu dengan tas berisi pakaianku sementara hadiah untuk mereka dan sepupuku sengaja kutinggalkan, terserah mereka akan menerimanya atau membuangnya aku sudah tidak perduli lagi, aku langsung menuju ke pelabuhan terdekat dan membeli tiket kapal untuk pulang ke desa kecilku.

Perjalanan kapal ini terasa sangat lama, ini semua karena ombak dilaut yang cukup besar sehingga perlu kehati-hatian super tinggi untuk menjalankannya, apalagi kapal ini hanya feri biasa bisa karam kalau terlalu memaksakan berlayar dengan kecepatan penuh.

Kuperhatikan jam tanganku yang menunjukkan pukul 12 malam, selamat tahun baru Choi Seungcheol, setidaknya para penumpang yang menyalakan kembang api diatas kapal dapat mengusir rasa kesepianku walau hanya sebentar, kemudian aku melangkahkan kakiku untuk tidur sebentar diruangan penumpang.

Aku terbangun karena tangisan seorang bayi didalam ruangan ini, orang tua sang bayi berkali-kali meminta maaf karena telah membangunkan tidurku.

"Tidak-tidak, jangan meminta maaf, aku malah bersyukur bisa dibangunkan, aku ingin melihat matahari terbit, terima kasih" ucapku kepada dua orang itu, mereka pasti jauh lebih kelelahan dari pada aku sekarang, aku boleh saja masih kesal kepada paman dan bibi, tapi bukan berarti aku bisa menjadikan orang-orang ini sebagai pelampiasan kemarahanku.

"Oh, kau orang Daegu ya? aku langsung mengenalinya karena logatmu sangat kental" Tanya sang suami kepadaku

"sekental itu kah? Aku jarang keluar dari Daegu jadi tidak mengetahuinya, maaf ya"

"Hei hei, kenapa meminta maaf? Ada anak muda yang masih bangga dengan logat daerah nya sangat mengagumkan, kami orang busan asli tapi sayang logat kami sudah tercampur-campur" aku tertawa mendengarnya

"Ah sepertinya aku keluar saja, sepertinya bayi kalian haus" percakapan kami terhenti karena bayi mereka menangis lagi lebih keras dari sebelumnya.

"Maaf ya anak muda, padahal kau juga membayar untuk kamar ini" ucap ibu bayi itu merasa tidak enak sepertinya

"Ah tidak apa-apa, kan aku sudah bilang ingin melihat matahari terbit, kalau begitu aku pamit dulu" aku pergi meninggalkan kamar ini, kedua orang itu tidak henti-hentinya berkata maaf dan terimakasih kepadaku.

Aku melangkahkan kaki menuju ujung kapal, merasakan angin laut yang dingin perlahan mulai menampar tubuh dan wajahku, tapi tidak buruk juga aku bisa melihat cahaya keemasan mulai tampak dilangit, sepertinya aku memang keluar disaat yang tepat, matahari akan segera terbit.

A Tale Of Love Village Man (CheolHan AU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang