Tricks And A Piece Of The Story Of The First Love

1.4K 147 14
                                    

Karakter pendukung hanya bagian dari imajinasi  penulis yang terlalu liar

.

.

.

Jeonghan sedang menyeduhkan kopi panas saat dari belakang Seungcheol memeluknya dan meletakkan dagunya dipundak Jeonghan "Mandi atau makan dulu Cheol?" tanya Jeonghan lembut masih fokus dengan kopinya, namun dia tersenyum diam-diam merasakan kemanjaan Seungcheol dipagi hari ini.

"Hmmm lapar" sahut Seungcheol tanpa berniat membuka matanya yang masih mengantuk, pria itu malah sibuk membauhi leher Jeonghan.

"Kalau begitu duduk disana, aku mau membawa kopi ini" Jeonghan hanya bisa pasrah saat Seungcheol tak urung melepaskan pelukannya, alhasil dengan penuh kehati-hatian Jeonghan membawa kopi panas itu dengan Seungcheol yang masih setia menempelinya kearah meja makan mereka.

Jeonghan menaruh sebutir telur kedalam mangkuk nasi Seungcheol dan beberapa lauk lainnya "Jadi hari ini kau akan kekota lagi?" Seungcheol mengangguk tidak bisa menjawab karena mulutnya penuh makanan.

"Masih banyak apel yang harus dijual secara manual, walaupun tidak banyak, setidaknya masih bisa menghasilkan" Jeonghan mengangguk paham

Ya, ini sudah lewat beberapa hari semenjak pemutusan pembelian itu, Seungcheol dan trio BooSeokSoon tentu saja sudah memutar otak mereka agar tidak mengalami kerugian yang besar karena apel yang sudah dipetik itu.

Seungcheol juga sudah memindahkan apel kedalam gudang, dia terpaksa membeli alat pengatur suhu agar apel-apel itu tidak rusak dan membusuk, mengingat ini sudah memasuki musim semi, cuaca cenderung lebih hangat sekarang.

Mereka juga aktif setiap hari untuk mengecek kualitas apel-apel itu, memisahkan yang sudah mau busuk dan rusak agar tidak menyebar ke apel lainnya.

Salah satu cara untuk mengurangi kerugian adalah menyuplainya ke toko-toko buah kecil di seputaran kota Daegu dan kota-kota disekitar, walau tidak banyak, setidaknya mereka mampu mengurangi 2 krat apel setiap harinya, namun bagi Seungcheol itu belumlah cukup, mengingat ada puluhan krat yang masih tertata rapi didalam gudang, dan Jeonghan tau bahwa suaminya selalu memutar otaknya.

Oleh karena itu Jeonghan memilih mengikuti apa yang disarankan kakeknya, dari pada dia merengek meminta semua hal terselesaikan secara instan, dia mendukung usaha dan kerja keras Seungcheol secara perlahan-lahan.

Melayani Seungcheol dengan baik untuk mengawali hari, dan menyambutnya dengan senyum serta pelukan saat suaminya pulang dari bekerja dengan suasana hati seperti apapun.

Kakeknya benar, Jeonghan mengakui itu, dia bisa melihat sendiri wajah sendu Seungcheol langsung berubah saat dia tersenyum dan memeluknya, seolah beban yang dipikul diatas pundak Seungcheol tinggalkan begitu memasuki rumah mereka.

Jeonghan lega, suaminya tidak mengalami kehilangan kepercayaan terhadap usahanya, Jeonghan lega masih bisa melihat wajah riang penuh cinta dari Seungcheol saat bersamanya, itu tulus, Jeonghan tahu dengan jelas itu.

Jeonghan mendengarkan cerita Seungcheol tentang usahanya menjual apel setiap harinya diatas ranjang mereka, dengan Jeonghan yang asik mengelus rambut sang suami yang menidurkan diri dipahanya.

Jeonghan lega Seungcheol tidak berusaha menutupi apa yang terjadi padanya, pria itu selalu jujur kepada baik kabar menyenangkan atau tidaknya

Jeonghan lega saat usulan dan nasihat kecilnya didengarkan dengan baik oleh suaminya, dia senang Seungcheol tidak merasa kesal atau tersakiti oleh ucapannya, Seungcheol mendengarkan dan mempertimbangkan usulan yang diberikan Jeonghan.

A Tale Of Love Village Man (CheolHan AU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang