Perselisihan

228 28 17
                                    

Al-kisah 400 tahun yang lalu, Dunia Baru di kuasai oleh seekor Griffin.

Makhluk bertubuh singa, namun bersayap dan berkepala rajawali. Kebuasannya pada makhluk lain bahkan terhadap sesamanya, membuatnya mempunyai dua julukan:

Raja Hewan Buas dan Raja di Udara

Dongeng pengantar tidur yang memuat Griffin didalamnya mulai terbit dengan tujuan memberikan pelajaran, kewaspadaan, serta kepedulian pada dunia yang luas ini. Sehingga, manusia percaya bahwa Griffin ialah makhluk dongeng semata.

Dalam dongeng tersebut, diceritakan bahwa dulunya Griffin adalah raja langit. Kepemimpinannya pada dunia tidak membawakan nasib yang baik, pemimpin yang kejam, bahkan tak segan membantai satu pulau berisi ribuan nyawa manusia pada mereka yang menolak tunduk kepadanya.

Burung di langit dan ikan-ikan di laut terus mengutuk dirinya.

Suatu hari, muncullah seorang bocah laki-laki dengan seluing bambu di tangannya mengaku sebagai pengembara. Bocah berusia 14 tahun yang baik hati dan ramah, pemikirannya yang cerdas menyelamatkan perekonomian bagi pulau yang melarat.

Murka dengan kekejaman sang raja langit, bocah laki-laki itu menghadapkan diri pada Griffin, namun, bukanlah dengan niat menyerang, melainkan datang dengan niat melakukan perundingan. Ia dan semua orang rasa, hati baiknya mampu meluluhkan hati sang raja langit.

Kehadirannya yang tak disukai membuat bocah laki-laki itu terbunuh sadis.

Griffin memisahkan kepalanya dari leher, menusukkan seruling bambunya pada mulut menembus kepala bagian belakang, kemudian melemparkannya ke tanah, lalu Griffin memakan leher sampai kaki anak itu.

Penduduk langit, tanah dan laut pun murka terus mengutuk Griffin.

Sampai dihari yang sama, suatu kutukan muncul merantai tubuh Griffin dan menyegelnya di suatu gua tempatnya bernaung. Pulau itu ditinggalkan, membiarkan Griffin kejam sendiri di dalam gelapnya gua, tanpa makanan, tanpa air dan teman.

~

"Apa dia akan baik-baik saja?"

"Tenanglah Zeno, dia pasti bangun"

Samar-samar suara yang ia kenal tertangkap di telinga. Dengan pelan membuka kelopak mata yang begitu berat, sinar rembulan pada celah-celah menyambut ramah pandangannya.

Langit-langit berupa titik puncak tenda terlihat jelas di matanya. Kepalanya sedikit menarik ke dua manusia yang sembari tadi menunggu nya bangun.

"Tapi sudah seharian kakak tidak-- kakak?!" mata berair Zeno melihat jelas, kakak yang disayanginya telah membuka matanya.

"Kakak!" Zeno memeluk erat kakaknya itu, ya, begitu erat. Sampai Alesha yang lemah ini kesulitan bernafas.

"Zeno, jangan menekan tubuhnya, nanti dia pingsan lagi lho" ancam Ikakku, dengan cepat Zeno menyingkir.

"Ma-Maaf kakak.. aku hanya mengkhawatirkan mu" ucap Zeno, merasa bersalah.

Alesha menggeleng "Aku baik-baik saja, terima kasih Zeno.."

Berusaha mendudukkan dirinya, Ikakku membantu Alesha, berhasil duduk sempurna di atas matras yang ia tempati.

"Tapi, bagaimana bisa?" tanya gadis itu. Ia mengingatnya, ia hampir terperosok jatuh ke pusaran laut di tengah derasnya badai ombak. Kemudian, Law datang memeluknya. Melihat ekspresi kedua kru yang tak menunjukkan adanya kehilangan, itu berarti semua aman kecuali dirinya.

Demon Detective Pirate ( Trafalgar Law x Alesha )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang