Birthday Celebration

473 11 0
                                    

Venesues Party Hall, 09:35 am.

“Kamu serius? Ini semua sengaja kamu siapin untuk ngerayain ulang tahun aku?” Lansonia masih merasa tidak percaya dengan semua hal ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Kamu serius? Ini semua sengaja kamu siapin untuk ngerayain ulang tahun aku?” Lansonia masih merasa tidak percaya dengan semua hal ini. Sebelumnya ia berpikir kalau acara ulang tahunnya hanya akan diadakan di tempat yang mungkin kalau private hanya di sebuah restaurant. Hal ini sungguh jauh di luar dugaannya. Satu ruangan dihiasi dengan decor ulang tahun warna dusty pink bercampur light purple.

 Satu ruangan dihiasi dengan decor ulang tahun warna dusty pink bercampur light purple

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Aku bisa saja memberikan gedung ini untukmu, tapi nanti saat waktunya sudah tepat.” Laki-laki itu berucap dengan nada yang begitu santai. Bukan suatu hal yang sulit bagi dirinya untuk memberikan sebuah gedung yang mewah untuk orang yang dia cintai, apa pun yang orang itu inginkan bisa dengan mudah dia turuti.

Lansonia memeluk laki-laki itu dengan pelukan yang begitu erat, dirinya tidak bisa mengungkapkan rasa senang yang tengah dirinya rasakan sehingga dirinya hanya bisa menyalurkan semua rasa yang ada dalam dirinya melalui pelukannya yang begitu hangat serta penuh dengan kasih sayang.

Sesuatu yang aneh terjadi sebab laki-laki itu tiba-tiba menghilang dari pelukannya. Lansonia mengedarkan pandangannya ke berbagai arah, lensanya terus fokus mencari di mana laki-laki itu berada. “Kamu di mana?!” teriak Lansonia dengan nada yang begitu tinggi.

“Kenapa kau tinggalkan aku sendirian?!” Semakin lama Lansonia semakin berteriak sampai ada seorang laki-laki yang melangkah mendekat menuju ke arahnya. Ia menjadi fokus menatap orang yang sekarang tengah melangkahkan kakinya menuju ke hadapannya.

Mata Lansonia memincing memperhatikan laki-laki dengan postur yang begitu ideal tengah melangkah dengan sebuah pistol yang berada di tangan kanannya. “Arsen?” Kening Lansonia begitu mengernyit melihat ada Arsenka yang tengah melangkah menuju ke arahnya, jauh lebih mengernyit lagi saat dirinya melihat pistol yang semula Arsenka genggam diangkat dan di arahkan tepat pada dirinya.

“Akan kubuat kau menyusulnya.” Dengan begitu jelas Arsenka berucap sambil membidik ke arah yang ia incar dari Lansonia. Semakin lama dirinya semakin menegang, karena belum ada sebuah pikiran pasrah dalam diri Lansonia terlebih harus berpasrah diri untuk mati di tangan Arsenka.

“Tidak! Jangan tembak a—

Dor!

“Ahhh!”

Deru napas Lansonia benar-benar terdengar saat dirinya dengan secara mendadak keluar dari alam mimpinya. Keringat bercucuran di wajahnya, rambutnya sedikit basah oleh keringat. Lansonia menelan air ludahnya dengan begitu kasar sambil menetralkan perasaannya.

Pandangan Lansonia fokus mengarah ke depan dengan sebuah pemikiran yang tengah mengingat apa yang sudah dia mimpikan. Semuanya terasa begitu nyata untuknya, bahkan wajah laki-laki yang ada dalam mimpinya begitu tergambar dengan jelas yang membuat dirinya sekarang menjadi teringat kembali akan laki-laki yang sudah cukup lama tidak dia ketahui, apalagi untuk dia temui.

Setelah sekian lama hal ini terjadi. Di mana Lansonia memimpikan seorang laki-laki yang pada masa itu cukup berarti dan meninggalkan banyak kenangan dalam hidupnya.

Memimpikan dia membuat Lansonia tanda tanya akan kehidupan yang akan dia jalani ke depannya, apakah semuanya akan meninggalkan sebuah teka-teki? Kenapa hal seperti ini muncul dalam dirinya?

“Apa yang se—

“Hah! Huh ... kenapa kau mengagetkanku? Untung saja jantungku tidak copot, ada apa?!” tanya Lansonia dengan nada yang begitu tinggi. Tidak bohong, barusan dirinya memang merasa begitu kaget saat mendengar suara Arsenka. Semula dirinya memang sedang benar-benar berada dalam alam lamunan, ia masih memikirkan kejadian yang ada dalam mimpinya.

*****

Street, 02:15 pm.

“Ada yang sedang mengikuti kita!” pekik Viviane. Viviane terus melirik ke arah spion, sekarang ia tengah mengemudikan mobilnya bersama dengan Lansonia. Sebelumnya ia ingin pergi ke sebuah Mall sampai akhirnya ia memilih untuk mengajak Lansonia. Tidak ingin bersama dengan sopir, akhirnya ia memilih untuk mengemudikan mobil sendiri.

Ada 2 mobil yang mengawalnya di mana satu adalah anak buah Bastian dan yang satu adalah anak buah Arsenka, hanya saja jumlah mobil yang mengejarnya jauh lebih banyak yang membuat Viviane bersama dengan Lansonia bingung akan apa yang harus dia lakukan sekarang.

“Ayolah angkat! Ah suami sialan, kenapa dia tidak bisa ada saat keadaan sedang seperti ini?!” Viviane merasa begitu kesal saat barusan dirinya menghubungi Bastian, tapi tidak ada sebuah jawaban dari sana.

Lansonia melirik ke arah Viviane yang masih fokus menyetir dengan begitu panik. “Kenapa kau tidak mencoba untuk menghubungi Kakakmu, Arsen?” tanya Lansonia saat dirinya tengat kalau ada orang yang masih bisa dimintai pertolongan di waktu sekarang.

Viviane dengan seketika melirik ke arah di mana Lansonia berada dengan tatapan kesal bercampur dengan khawatir. “Kenapa tidak kau saja yang menghubunginya? Kau istrinya!” tekan Viviane.

Suasana sudah semakin mencekam makannya dia menjadi bingung akan hal ini, terlebih Lansonia yang menyuruh dirinya untuk menghubungi Arsenak, padahal ia adalah orang yang mempunyai status terdekat juga terbesar dengan Arsenka. Di sini bukan hanya dirinya yang membutuhkan sebuah pertolonga, tapi Lansonia juga demikian.

“Jika aku yang menghubunginya, aku tidak yakin dia akan menerima panggilannya. Kau tahu bagaimana sikap dia padaku bukan?” Lansonia juga tidak akan memilih untuk menyuruh Viviane untuk menghubungi suaminya kalau tidak ada sebuah alasan tertentu di balik semua ini, akan jauh lebih tidak diterima kalau dirinya yang mencoba untuk menghubungi Arsenka.

Sepertinya panggilan telepon dari Viviane akan lebih mudah membuat Arsenka menjadi menerimanya, dibandingkan setelah melihat kalau orang yang menghubunginya adalah Lansonia. Ia cukup sadar serta tahu diri, karena beberapa perubahan dari Arsenka tidak membuat semuanya menjadi jauh lebih baik. Semuanya tetap sama saja.

“Awas ada mobil di depan!” teriak Lansonia dengan begitu tinggi saat melihat ada sebuah mobil yang melaju dari arah yang berlawanan dengan mobil yang sekarang tengah mereka tunggangi.

“Ahhh!”

Apa yang terjadi?

LOVE IS DANGEROUS : DEBILITATINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang