Hansel Building, 10:21 am.
“Kak kapan kita a—
“Siapa yang menyuruhmu masuk?” Pertanyaan Arsenka berhasil memotong kalimat tanya dari Bastian. Arsenka menatap datar bahkan nyaris malas orang yang berada di hadapannya, ia ingat kalau dirinya belum berucap sesuatu hal yang merujuk ke arah mempersilakan Bastian untuk masuk ke Ruang kerjanya.
Bastian terdiam sejenak sambil menatap Kakak iparnya. “Aku sudah bosan menunggu waktu darimu, kapan kita akan menyerang Basecampe Me—
“Kalau kau ingin sekarang, silakan. Lakukan bersama dengan kelompokmu, tapi jangan libatkan kelompokku ke dalam perbuatanmu.” Arsenka tidak ingin mendengar lebih banyak penjelasan dengan tujuan untuk mempercepat waktu dari tindakan yang sudah Arsenka rencanakan.
Kening Bastian berkerut bingung. “Bukankah istrimu juga terlibat ke dalam kejadian waktu itu, kenapa kau tidak ingin terlibat ke dalam hal ini Kak?” Bastian cukup bingung dengan sebuah kalimat yang sudah Arsenka ucapkan di mana Arsenka tidak ingin kalau kelompoknya terlibat dalam kegiatan yang kemungkinan akan ia pimpin.
“Dia urusanku, urusanmu itu adalah Viviane. Dibandingkan dengan kau datang ke sini, lebih baik kau jaga istrimu. Bukankah dia sedang hamil?” tanya Arsenka. Kedua bola mata Arsenka terus memperhatikan orang yang ada di hadapannya, ia tidak ingin kalau ada orang yang ikut campur lebih jauh ke dalam masalahnya.
“Apakah Kakak tidak peduli dengan Viviane, dia juga adik Kakak. Apakah sekarang kepedulian Kakak padanya sudah ber—
“Don’t talk too much!” Benar-benar tidak ingin mendengarkan banyak pembahasan yang tidak penting, akhirnya Arsenka memilih untuk langsung memotong pembicaraan Bastian. Siapa pun itu, termasuk dengan Viviane yang merupakan adik sepupunya kalau dia tidak ingin membahas hal itu maka tidak akan Arsenka bahas.
“Ah, kau benar-benar tidak mempedulikanku, kau hanya membela musuh yang berkedok sebagai is—
“Keluar dari ruanganku.” Dengan begitu tenang Arsenka berucap sambil menunjuk ke arah pintu, ia benar-benar tidak ingin diganggu. Ia bisa menyelesaikan hal ini sendiri dan bisa mengambil keputusan untuk melakukan sesuatu hal yang tidak perlu dicampuri oleh perkataan orang lain. Apa yang akan ia lakukan murni dari rencananya sendiri.
Dengan perasaan kesal bercampur dengan amarah, akhirnya Bastian melangkahkan kakinya keluar dari Ruangan ini tanpa berucap apa pun terlebih dahulu pada Arsenka. Percuma saja dirinya mengucapkan suatu hal kalau Arsenka tidak ingin mendengarkannya. Jangankan untuk merespons, mendengarnya saja Arsenka sudah enggan.
*****
Calistefy Hospital, 02:21 pm.
“Aku ingin pulang,” ucap Lansonia saat baru saja melihat Arsenka melangkahkan kakinya masuk ke Ruangan ini. Lansonia merasa kalau dirinya tidak perlu dirawat seperti ini, ia bisa istirahat di Rumah. Akan jauh lebih santai kalau beristirahat di Rumah, dibandingkan dengan tinggal di dalam sebuah gedung yang isinya orang sakit.
Arsenka melirik ke arah Lansonia dengan tatapan yang datar. “Bahkan diriku saja baru datang,” cibir Arsenka. Memang Lansonia tidak memberikan jeda untuk Arsenka terdiam terlebih dahulu menemaninya, karena dirinya langsung mengucapkan keinginannya untuk pulang.
Lansonia memutar bola matanya malas. “Tumben kau ada niat untuk menjengukku?” tanya Lansonia dengan nada bicara yang penuh dengan keheranan. Ia merasa ada sesuatu hal yang menjadi alasan utama kenapa Arsenka menjenguk dirinya, padahal ia sendiri tahu kalau Arsenka itu tidak memiliki rasa kepedulian padanya.
“Heh—mau ke mana? Kenapa kau malah meninggalkanku heh?!” Lansonia begitu kaget saat Arsenka malah berjalan keluar dibandingkan dengan menemani dirinya, bahkan menjawab pertanyaan yang sudah dia ajukan saja belum sempat.
Mendengar pertanyaan itu Arsenka menghentikan langkah kakinya dan kemudian melirik ke arah di mana Lansonia tengah terbaring dengan alat infus yang terpasang di tangannya.
“Semula aku ke sini untuk menjaga image-ku sebagai suamimu, tapi kau malah ingin pulang seolah tidak ingin dijenguk olehku.” Dengan penuh rasa malas, Arsenka menjelaskan.
Pikiran Lansonia berputar, ia merasa tidak enak pada Arsenka. “Maaf ... sekarang kau mau pergi ke mana?” tanya Lansonia penasaran akan tujuan dari langkah Arsenka sekarang, apakah ingin pulang atau ke mana. “Aku boleh minta sesuatu?” Dengan hati-hati Lansonia berucap sambil menatap Arsenka dari kejauhan.
“Apa?” Arsenka merespons dengan nada yang begitu datar, bahkan ekspresinya seolah tidak akan menuruti apa yang nantinya akan Lansonia minta. Ia sudah dibuat kesal oleh sikap Lansonia sebelumnya, maka dari itu dia menjadi seperti ini.
Arsenka baperan ya? Cuma mendapatkan perlakuan seperti itu sudah marah.
Lansonia menatap Arsenka penuh. “Jangan tinggalin aku, kumohon. Temenin aku ....” Entah karena hal apa, Lansonia menjadi begitu manja sekarang. Ia masih menatap Arsenka dengan penuh pengharapan, ia benar-benar tidak ingin ditinggalkan oleh Arsenka.
“Sekarang aku akan ke Ruangan Mom, nanti aku ke sini lagi.” Nada bicara Arsenka cukup datar, tapi hal ini mampu membuat Lansonia merasa tenang, bahkan sekarang. Kenapa Lansonia sekarang? Apakah ia sudah jatuh hati pada Arsenka?
*****
VVIP Room 101, 03:36 pm.
Fokus Arsenka sekarang hanya tertuju pada wanita berparas cantik yang kulit mulusnya sudah terlihat pucat, banyak alat medis yang terpasang dalam tubuh wanita itu. Berbagai rasa sakit seolah tersalurkan dengan begitu saja pada Arsenka yang membuat dada Arsenka seolah sesak menahan rasa sakit itu.
Rasanya ia ingin menitikkan air mata, tapi ia malu sendiri. Di hadapan Mommy-nya ia tidak ingin menjadi anak laki-laki yang lemah, ia berusaha untuk menutupi ini semua. Dengan begitu berat ia menghirup oksigen dan menghembuskannya dengan cukup frustrasi, ia tidak bisa seperti ini terus.
“Mom, please wake up. I miss you ... realy.” Kalimat itu benar-benar penuh penghayatan. Apa yang ia rasakan tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata, dirinya hanya bisa mengungkapkan kerinduannya pada sosok Mom-nya. Kalimat itu pun tidak sepenuhnya menggambarkan perasaannya.
Kedua bola mata Arsenka menatap kelopak mata Zenna dengan begitu serius. “Aku akan membalaskan semuanya Mom, asal kau tahu dia sudah membayar apa yang sudah dia lakukan padamu. Aku akan membalaskan dendamnya juga.” Semburat keseriusan tercipta dengan begitu jelas di wajah Arsenka.
Dendam siapa yang akan Arsenka balaskan juga?
![](https://img.wattpad.com/cover/291200179-288-k596358.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE IS DANGEROUS : DEBILITATING
Romance"Kenapa kau ingin Lansonia, akan kau apakan dia?" "Akan kunikahkan dia dengan anakku." "Aku tidak akan sudi kalau anakku harus menikah dengan anak dari bajingan sepertimu!" ~~~~ Arsenka memperhatikan perempuan yang sudah resmi menjadi istrinya den...