The Pinthes’s Basecamp 09:24 am.
“Saya tidak mau tahu, sekarang kita serang Basecamp Scarji. Setelah itu saat saya menyuruh untuk berhenti jangan pulang ke Basecamp ini, tapi ke Basecamp La Scietto. Paham?!” Orang itu berucap dengan penuh keseriusan serta penekanan.
“Paham.” Dengan serentak mereka menjawab.
Setelah mengetahui kalau mereka paham dengan apa yang sudah sedari tadi sudah dirinya ucapkan, akhirnya ia melangkahkan kaki untuk keluar dari Basecamp. Memulai semua rencana yang sudah dia pikirkan dan dia ungkapkan kepada para anggotanya.
“Arsen, tunggu!” Seseorang berucap dari belakang yang membuat Arsenka menghentikan langkah kakinya dan berbalik.
Arsenka menatap orang yang baru saja memanggilnya dengan tatapan yang tanda tanya. “Ada apa?” tanya Arsenka dengan nada bicara yang begitu datar.
“Ayah tidak akan melarang rencana kamu, tapi pikirkan hal ini baik-baik. Kamu yakin akan menyerang 2 Basecamp dalam satu waktu?” tanya Robert dengan nada yang cukup serius. Dirinya bukan menolak atau tidak setuju dengan apa yang sudah anaknya rencanakan, hanya saja dirinya tahu kalau 2 kelompok tersebut bukan kelompok kecil yang mudah untuk diserang.
Dengan ekspresi yang penuh dengan keyakinan, Arsenka menganggukkan kepalanya. “Aku sudah memikirkan ini semua, lagi pula mereka harus menanggung resiko dari apa yang sudah mereka lakukan.”
Arsenka tidak ingin mereka tenang serta bahagia dengan apa yang sudah mereka lakukan sebelumnya, Arsenka ingin membuat perhitungan dengan mereka semua.
Robert menatap anaknya, memperhatikan raut wajah anaknya yang terlihat sedang menaruh sebuah emosi di dalamnya. “Kamu boleh mengambil tindakan apa pun, di mana pun baik itu di Kantor atau pun di sini, hanya saja kamu jangan melibatkan emosimu. Kontrol terlebih dahulu emosimu sebelum ke sana, Ayah tidak akan mengizinkan The Pinthes keluar saat pemimpinnya sedang emosi.”
Tidak menunggu sebuah respons apa pun dari anaknya, Robert langsung melangkahkan kaki meninggalkan Arsenka di sini. Arsenka menarik napasnya sambil berpikir.
Apa yang sudah Ayahnya ucapkan tadi mampu ia mengerti ke mana maksud dan tujuannya, hanya saja emosi itu muncul dengan seketika saat dirinya teringat akan sosok Mom-nya.
*****
Scarji’s Basecamp, 11:12 am.
Serangan menyeluruh di mana-mana kali ini The Pinthes begitu mengusai peperangan ini, sebab dia sudah menyusun sebuah rencana terlebih berada di bawah pimpinan Arsenka. Semuanya sudah Arsenka susun dengan begitu baik, begitu banyak anggota Scarji yang sudah terluka akibat penyerangan ini.
“Nicholas Armens.” Dengan begitu datar Arsenka mengucap nama orang yang sekarang tengah berada di hadapannya, tapi dengan posisi yang membelakanginya.
Bughk
Sebuah pukulan yang begitu kencang berhasil mendarat dengan begitu tepat di wajah pria yang baru saja memutar tubuhnya untuk berbalik badan melihat siapa pemilik suara yang baru saja mengucapkan napanya dengan begitu lengkah, ia merasa tidak asing saat mendengar suara itu.
Namun, bukan sebuah hal positif yang dia dapatkan dari orang dia kenal, tapi malah sebuah tinjuan yang begitu kencang yang membuat dirinya merasakan yang namanya sakit bercampur ngilu dari luka yang baru saja terbentuk tepat di pipi kanannya.
“Apa yang kau mau?!” tanya Nicholas dengan nada yang penuh dengan keseriusan bercampur dengan sebuah dendam yang mendalam dalam wajah Nicholas.
Bagaimana bisa dirinya tidak mempunyai sebuah dendam yang begitu dalam pada Arsenka, sementara Arsenka adalah orang yang sudah membuat dirinya berpisah dengan orang-orang yang ia sayang?
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE IS DANGEROUS : DEBILITATING
Romance"Kenapa kau ingin Lansonia, akan kau apakan dia?" "Akan kunikahkan dia dengan anakku." "Aku tidak akan sudi kalau anakku harus menikah dengan anak dari bajingan sepertimu!" ~~~~ Arsenka memperhatikan perempuan yang sudah resmi menjadi istrinya den...