"Sebenarnya apa yang kau mau hah? Kalau kau tidak bisa mencintaiku, ce—
"Aku tidak akan menceraikanmu sebelum kau menderita."
"Apakah aku kurang menderita di matamu?" Lansonia merasa sudah tidak tahan dengan semua ini, ia sudah jauh dari kata menderita. Derita yang dia rasakan sudah melebihi batas kemampuannya, ia sudah tidak sanggup lagi. "Kalau kau ingin balas dendam padaku, bunuh saja aku!" jerit Lansonia dengan begitu kencang.
Air mata dengan seketika jatuh mengalir menuruni pipi Lansonia. Apa yang sudah dia rasakan dalam beberapa hari yang lalu cukup membuatnya menderita, terlebih saat bayangan demi bayangan dari kejadian yang begitu membekas dalam hidupnya kembali terputar di dalam ingatannya.
Arsenka sama sekali tidak membuat Lansonia tersiksa secara fisik, tapi lebih menyiksa melalui mental. Dirinya juga tidak merasakan sakit di fisiknya, tapi merasakan sakit di dalam dirinya yang cukup mengganggu pikiran dan juga suasana hatinya.
Menyiksa mental jauh lebih menimbulkan sebuah derita yang begitu menyiksa, dibandingkan dengan menyiksa secara fisik. Luka yang ada di fisik bisa lebih mudah untuk diobati, berbeda dengan luka yang ada di hati. Luka itu akan lama untuk disembuhkan, bahkan entah bisa atau tidak untuk diobati.
"Buka ikatannya," perintah Arsenka dengan nada bicara yang cukup datar. Arsenka merasa kalau sekarang adalah waktu yang tepat untuk dirinya mengajak Lansonia melihat secara langsung apa yang sudah lama Lansonia lupakan, bahkan sepertinya tidak pernah Lansonia lihat.
Lansonia menatap tajam iblis yang ada di hadapannya, sebuah rasa emosi yang begitu tinggi memuncak dalam dirinya. Membuat dirinya terasa panas dan otaknya terasa begitu sakit memikirkan banyak hal yang bercampur menjadi satu. "Sekarang kau mau apa? Mau membunuhku? Bunuh saja jika itu bisa membuat kau puas!" maki Lansonia.
"Ikut aku." Arsenka menarik tangan Lansonia dengan begitu kencang, membuat Lansonia merasa kesakitan. Pergelangan tangan Lansonia merasa begitu sakit sekarang, terlebih tangannya semula sudah lama diikat dengan menggunakan tali yang sudah membuat tangannya memerah terluka.
*****
Lacisther Cemetery, 10:34 am.
Lansonia begitu mengernyit saat Arsenka membawa dirinya ke tempat ini, ia mengedarkan pandangannya ke sekitar. Begitu banyak Rumah mewah yang berisikan orang yang sudah tidak bernyawa dengan sebuah lambang kematian yang terlihat begitu jelas, serta nama yang tertulis di masing-masing Rumah mereka.
"Apa tujuanmu menganjakku ke sini?" Lansonia benar-benar dibuat bingung dengan apa yang sudah Arsenka lakukan, sama sekali dirinya tidak bisa menebak apa yang menjadi tujuan Arsenka. Lansonia ingat kalau semula saat dirinya menanyakan Ayahnya, Arsenka sempat menjawab akan mengajaknya ke makamnya.
Nanti kalau sudah tidak sibuk kau akan kuajak ke makamnya.
Apa mungkin kalau sekarang Arsenka mengajak dirinya untuk ke makam Ayahnya? Lansonia menggeleng-gelengkan kepalanya, ia merasa tidak percaya akan hal ini. Kalau pun Ayahnya meninggal, tidak mungkin di makamkan di sini. Ada sebuah kemungkinan di mana dirinya merasa yakin kalau Ayahnya meninggal jika dirinya dibawa ke Aster Cemetery, tempat di mana Bundanya di makamkan.
"Aku bertanya padamu, kenapa kau mengajakku ke sini?!" tanya Lansonia ulang yang sekarang menggunakan nada bicaranya yang semakin meninggi, ia sudah merasa begitu kesal akan hal ini. Jantungnya semakin berdetak kencang dan juga tidak karuan dengan semua ini. "Arsen!"
"Menguburmu!" jawab Arsenka dengan nada yang tinggi yang membuat Lansonia dengan seketika terdiam dan menelan salivanya secara mendadak sebab ia merasa kaget bercampur dengan takut yang tidak bisa ditahan.
Lansonia memperhatikan ekspresi Arsenka yang terlihat penuh dengan keseriusan, ia menjadi memikirkan apa yang sudah Arsenka ucapkan. Satu kata, tapi mampu membuat Lansonia berpikir dengan begitu paanjang. Sepanjang ia melangkahkan kakinya, pikirannya hanya tertuju pada satu kata dari Arsenka yang merupakan jawaban dari pertanyaan yang sudah ia ucapkan.
Gleck
Dengan seketika saliva Lansonia turun secara paksa saat dirinya melihat ada sebuah lubang kuburan dengan tanah yang masih begitu merah, pikirannya menjadi semakin beterbangan saat melihat lubang kuburan yang terlihat baru saja dibuat. Apakah ia memang akan dikubur?
"Mau dikubur?" tanya Arsenka dengan nada yang begitu enteng. Ia sudah melihat kalau baru saja Lansonia memperhatikan lubang kuburan yang masih baru. Sebuah senyuman terukir dengan begitu jelas di bibir Arsenka saat melihat ekspresi Lansonia yang begitu ketakutan.
Mata Lansonia membulat. "Gak lah, aku masih hidup. Ya kali mau dikubur hidup-hidup?" Lansonia tidak bisa membayangkan bagaimana jika dirinya dikubur hidup-hidup. Tidak, dirinya tidak mau kalau sampai hal itu bisa terjadi, tapi bagaimana caranya agar hal itu tidak terjadi?
Melewati kuburan yang masih berwarna merah itu membuat Lansonia merasa sedikit tenang, berarti kuburan itu bukan untuknya. Ia tidak akan dikubur hidup-hidup oleh Arsenka. Sebenarnya itu entah lubang kuburan siapa, hanya saja semula Lansonia sudah mendengar kalau Arsenka akan menguburnya. Maka dari itu, saat melihat ada lubang kuburan ia langsung mempunyai pikiran kalau itu adalah tempat di mana ia akan dikuburkan.
Siapa sangka setelah melewati kuburan itu yang membuat dirinya merasa sedikit tenang, tapi ia malah dibuat menganga melihat kuburan dengan nama yang ia rasa tidak asing diingatannya. Pikirannya kembali teringat akan sosok laki-laki yang akhir-akhir ini sering muncul dalam pikirannya.
"Kau kenal siapa dia bukan?" tanya Arsenka dengan nada bicara yang terdengar begitu enteng. Arsenka terus memperhatikan Lansonia dengan tatapan yang penuh dengan makna.
Kuburan siapa itu?

KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE IS DANGEROUS : DEBILITATING
Romance"Kenapa kau ingin Lansonia, akan kau apakan dia?" "Akan kunikahkan dia dengan anakku." "Aku tidak akan sudi kalau anakku harus menikah dengan anak dari bajingan sepertimu!" ~~~~ Arsenka memperhatikan perempuan yang sudah resmi menjadi istrinya den...