"Apakah ada cara yang bisa aku lakukan agar membuatmu mau tertidur malam ini dan berhenti minum?" tanya Lansonia dengan nada yang begitu lembut.
Lansonia ingin sekali membantingkan botol alkohol tersebut agar Arsenka tidak kembali meminumnya, tapi dia takut kalau Arsenka malah semakin marah dan bukannya tidur, melainkan malah pergi keluar, sementara hari sudah hampir tengah malam.
"Hei ... apakah kau tidak bisa menjadikan aku sebagai pelampiasan pikiranmu? Jujur, aku tidak kuat melihatmu terus-terusan minum sampai kamu mabuk seperti ini."
Pada akhinya kalimat itu keluar juga dari mulut Lansonia yang sudah tidak sanggup melihat Arsenka yang terlihat sedang frsutrasi seperti ini, sehingga tanpa sadar dia sudah menawarkan dirinya pada Arsenka.
"Apakah bibirku tidak secandu minumanmu?" Lagi-lagi kalimat halus keluar dari mulut Lansonia. Rupanya ada sebuah kecemburuan dalam diri Lansonia saat melihat Suaminya yang lebih memilih untuk menikmati alkohol secara berulang, dibandingkan dengan menikmati ranum bibirnya.
Mendengar pertanyaan itu membuat Arsenka melirik ke arah di mana Istrinya sedang duduk, Arsenka baru menyadari kalau ternyata paha istrinya begitu terpampang nyata sebab piyama yang Istrinya gunakan begitu mini, bahkan luaran piyamanya tidak Lansonia gunakan.
Netranya sekarang fokus menatap benda berwarna merah muda yang baru saja Lansonia jilat secara tidak sengaja saat merasa kalau bibirnya mendadak kering, melihat tatapan intens dari Arsenka membuat Lansonia beberapa kalim mengerjap-ngerjap matanya.
Apakah aku sudah salah memancing?
"Kau menawarkannya?" Jari telunjuk Arsenka menyentuh bibir atas Lansonia, bahkan secara sensual sudah menyentuhnya menurun yang membuat ujung jari telunjuknya menyentuh bagian dalam bibir Lansonia yang sediki basah.
Gleck
Lansonia menjadi menelan salivanya kasar saat jari telunjuk Arsenka menyentuh bibirnya, bibirnya. Tatapan Arsenka sulit untuk dia pahami, apalagi sampai pada titik di mana Arsenka mengalungkan tangan kekar itu itu di lehernya.
Secara perlahan Lansonia menerima bibir Arsenka yang semerbak tercium jelas wangi alkohol sampai pada akhirnya bibir mereka sudah saling bertautan dan cairan bening terasa membasahi bibir masing-masing yang mana caira tersebut adalah Saliva pasangannya.
Kedua bola mata Lansonia membulat saat lidah Arsenka bermain cukup kasar di dalam sana, tapi tidak bisa dibohongi kalau dia merasa lebih rela kalau bibirnya dijadikan sebagai tempat pelampiasan Arsenka, dibandingkan dengan melihat Arsenka yang secara terus-terusan menegak alkohol.
Arsenka melepaskan tautan bibirnya dan menatap Lansonia tajam, Lansonia bergidik ngeri melihat tatapan Arsenka yang seperti ini, terlebih saat melihat senyuman miring milik Suaminya.
"Kau yang sudah memaksaku untuk tidur, maka kau yang harus menanggung akibatnya." Tidak berpikir panjang, Arsenka langsung memangku Lansonia dan berdiri melangkahkan kaki dari balkon, bahkan dia menendang pintu agar pintu yang menghubungkan balkon dan kamarnya tertutup.
Bruhhh
"Au," jerit Lansonia saat Arsenka secara kasar menjatuhkan dirinya di atas tempat tidur. Lansonia merasa sedikit ketakutan sekarang, padahal semua dia yang sudah memancing Suaminya, tapi dia tidak sengaja.
Smirk milik Arsenka terukir dengan begitu jelas, tatapannya menatap perempuan yang sudah berada di atas tempat tidurnya rendah. "Akan kulampiaskan sekarang!" ujar Arsenka dengan suara yang serak.
Bret
Tidak memikirkan piyama yang Lansonia gunakan, Arsenka langsung merobeknya kasar. Membuat sebuah penampakan indah dalam diri Lansonia, kulit putih mulusnya terlihat begitu menggoda. Sekarang yang masih tertutupi hanya bagian intim milik Lansonia, serta buah dadanya.
"Apakah kau akan melakukannya?" tanya Lansonia gemetar. Napasnya sudah memburu, melihat bagaimana Arsenka melepaskan pakaiannya membuat Lansonia sedikit ketakutan sebab terbayang apa yang sudah Arsenka lakukan waktu itu padanya.
"Bukankah kau yang memintanya?" Secara kasar Arsenka melepaskan kemeja yang sedari tadi melekat membaluti tubuh indahnya, dia tidak puas hanya melepaskan piyama Lansonia sampai akhirnya seluruh kain penutup area intimnya sudah terbang tak tentu arah.
Tubuh Lansonia mendadak terasa kaku, lidahnya terasa kelu. "Aku memang menawarkannya, tapi aku tidak yakin kalau kau akan melakukannya dengan baik. Kau pasti akan kembali melukaiku bukan?" Lansonia merasa curiga.
"Let's play!"
"Ahhh!" desah Lansonia yang terdengar cukup nyaring, benar saja Arsenka tidak bermain dengan baik. Arsenka benar-benar berniat untuk menjadikan dirinya sebagai pelampiasan dari amarah yang sedang ada dalam dirinya.
"Bisakah kau bermainnya dengan perlahan?" tanya Lansonia kesal. Bagaimana pun dia adalah pemilik orang tersebut, sehingga dia tahu betul apa yang sedang dia rasakan sekarang akibat ulah Suaminya.
Arsenka menggelengkan kepalanya sambil tersenyum miring. "Kesakitanmu adalah Kenikmatanku." Smirk Arsenka kembali tercetak yang tak lama dari itu dia mencengkeram kuat paha mulus Lansonia.
******
Arsenka's Main Bedroom 07:59 am.
"Apakah kau tidak berniat untuk sarapan?" tanya Arsenka disertai dengan sebuah senyuman penuh dengan kepuasan sambil menatap Lansonia yang sampai saat ini masih terbaring dengan selimut yang masih menutupi tubuhnya.
Mendengar pertanyaan seperti itu dari Arsenka, membuat Lansonia langsung melemparkan tatapan tajamnya ke arah di mana Suaminya yang sekarang tengah menggunakan kemeja hitam lengan panjangnya. Napasnya memburu mengingat betapa enteng Suaminya menanyakan hal tersebut.
"Apakah kau tidak menyadari kalau perbuatanmu semalam meninggalkan sebuah rasa sakit yang mendalam untuk diriku?!" tanya Lansonia geram. "Bahkan kakiku rasanya suit untuk digerakan, bagaimana ceritanya aku berjalan ke bawah untuk sarapan?"
Rasanya semua itu tidak mungkin, karena semalam Arsenka benar-benar menjadikan Lansonia sebagai pelampiasannya. Mencoba mengalihkan apa yang ada di pikirannya kepada permainannya dengan Lansonia, terlebih dia yang masih menyimpan kebencian kepada Istrinya.
Arsenka tidak memikirkan apa yang sudah Istrinya katakan, terlebih apa yang sedang Istrinya rasakan, dia melangkahkan kakinya begitu saja dengan jas yang dia tenteng di tangannya.
Betapa membelalaknya Lansonia saat melihat Arsenka yang hendak meninggalkannya. "Kau benar-benar tidak mempedulikanku? Kau benar-benar ingin meninggalkanku setelah apa yang sudah kau lakukan padaku semalam?!" tanya Lansonia setengah berteriak.
Langkah kaki Arsenka terhenti tepat di dekat pintu. "Ya, aku memang tidak peduli padamu." Setelah mengucapkan kalimat itu, Arsenka kemudian melangkahkan kakinya kembali meninggalkan Lansonia yang masih tertutup selimut di kamarnya.
"Arh! Dasar Suami tak punya hati!" umpat Lansonia yang penuh dengan kekesalan. Lansonia mengacak-ngacak rambutnya frsutrasi, dia ingin beranjak dari tempat tidur tapi bagian intimnya masih terasa perih.
Sejenak Lansonia terdiam. Lansonia fokus memikirkan apa yang sudah dia lakukan semalam bersama dengan Arsenka, ada sesuatu hal yang mendadak terbersit dalam diri Lansonia yang pada hari kemarin atau lebih tepatnya pada malam kemarin sama sekali tidak terpikirkan, ingat sepintas saja tidak.
Kenapa aku begitu mepedulikannya, padahal dia adalah orang yang sudah membuatku kehilangan banyak hal?
Lansonia baru ingat akan hal ini dan baru menyadari kalau dia semalam begitu peduli akan keadaan suaminya, bahkan sampai tidak ingin kalau Suaminya terus-terusan melampiaskan masalah yang Arsenka miliki pada alkohol sampai dia lupa kalau dia sudah menawarkan dirinya sebagai tempat pelampiasan Arsenka?
"Apa mungkin aku sudah jatuh cinta padanya?" tanya Lansonia pelan pada dirinya sendiri. "Apakah memang benar kalau cinta itu berbahaya dan juga melemahkan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE IS DANGEROUS : DEBILITATING
Romance"Kenapa kau ingin Lansonia, akan kau apakan dia?" "Akan kunikahkan dia dengan anakku." "Aku tidak akan sudi kalau anakku harus menikah dengan anak dari bajingan sepertimu!" ~~~~ Arsenka memperhatikan perempuan yang sudah resmi menjadi istrinya den...