A Boom

417 6 0
                                    

09:47 am.

"Sekarang mereka masih di sana?" tanya Lansonia pada informan yang sekarang sedang melakukan panggilan telepon dan sudah memberi tahu dirinya tentang apa yang ingin dia ketahui, tapi sekarang nada bicara Lansonia berubah naik sebab merasa tidak suka dengan apa yang sudah Informan-nya beritahukan.

"Iya, mereka sekarang masih berada di sini. Ada yang bisa saya lakukan?" tanya informan tersebut. Dirinya tidak akan melakukan sesuatu hal, kecuali atas perintah orang yang menyuruhnya. Semua wewenangnya ada di atas kendali Lansonia.

Merasa tidak suka dengan apa yang sudah dirinya ketahui, membuat sebuah rasa kesal serta benci yang ada dalam dirinya bertambah. "Simpan apa yang sudah aku berikan waktu itu, nanti akan aku rancang kapan waktunya." Lansonia benar-benar sudah di luar kendali, sehingga ia lebih memilih untuk melakukan hal ini.

"Siap, akan saya lakukan." Setelah itu dia bergerak dengan cukup tersembunyi melakukan apa yang sudah Lansonia perintahkan. Ia menyimpan sebuah bom waktu di tempat yang berjarak dengan mereka, tapi dalam jarak yang sudah diperhitungkan di mana saat boom itu akan meledak akan ada satu di antara dua orang yang sekarang tengah bersama.

Lansonia terus memantau bom tersebut di layar komputernya, sekarang servernya sudah terhubung. Lansonia memperhatikan mereka berdua dengan tatapan yang penuh dengan sebuah amarah di dalamnya, ia tidak suka melihat orang yang sekarang tengah bersama. Ada sebuah perasaan yang begitu mengganjal di hati Lansonia saat melihat kejadian ini.

10:29 am.

"Akhirnya berhasil. Selamat menikmati, anggap hal ini sebagai hadiah kecil dariku untukmu." Sebuah senyuman yang penuh dengan sebuah kepuasan yang besar tercipta di bibir Lansonia saat timer boom yang dia pasang sudah berhasil dan dia rasa pas dengan semua yang sudah dia susun.

Dengan santai Lansonia melangkahkan kakinya ke luar dari ruangan ini dan langsung kembali ke arah jendela, ia menatap lurus pemandangan yang tersaji dari jendela. Perasaan Lansonia sekarang tengah bercampur antara amarah, rasa kesal, serta cemburu yang menjadi satu sampai pikirannya sekarang berisikan dengan sebuah rencana yang terbilang cukup berbahaya.

*****

11:17 am.

Mendengar ada derap langkah yang terdengar cukup kencang, dengan seketika Lansonia berbalik badan dan menatap orang yang sekarang berada di hadapannya. Melihat sorot mata orang itu yang terbilang begitu tajam, membuat dirinya dengan seketika menelan cairan bening kental dalam mulutnya.

"Kenapa kau menatapku dengan tatapan yang seperti itu?" tanya Lansonia sambil terus menatap bingung laki-laki yang berada di hadapannya. Bagaimana dirinya tidak ingin bertanya jika dia mendapatkan tatapan yang seperti ini, sementara dirinya sedari tadi sedang duduk santai di atas tempat tidurnya sambil membaca sebuah majalah fashion sebelum akhirnya dia kembali menatap jendela.

Tatapannya semakin tajam dan semakin fokus menatap Lansonia yang membuatnya tertunduk. "Dengan semua yang sudah kau lakukan, kau masih berani bertanya kenapa aku menatapmu seperti ini?!" tutur Arsenka dengan nada yang begitu jelas antara kata demi katanya. Nada bicara Arsenka begitu penuh penekanan.

Gleck

Lansonia menelan salivanya dengan begitu kasar, ia merasa bingung dengan alasan di balik Arsenka yang seperti ini sampai sebuah kejadian kembali teringat di dalam pikirannya. Lansonia menjadi tanda tanya dari mana Arsenka mengetahui hal ini, perasaan sebelumnyaa ia melakukannya dengan begitu apik.

"Tujuanmu melakukan hal ini pada adikku apa?!" geram Arsenka sambil terus menatap Lansonia yang membuat Lansonia berjalan mundur tapi terhenti di dinding. Deru napas Arsenka semakin kencang yang menunjukkan sebuah amarah yang cukup besar dalam dirinya.

"Arhh!" Napas Lansonia menjadi terengah-engah saat Arsenka mencekik lehernya. Rasa sakit yang berasal dari cekikak Arsenka yang waktu itu saja masih meninggalkan luka memar di lehernya serta rasa sakit yang akan kembali terasa saat lehernya dia sentuh, sekarang kembali Arsenka cekik yang membuatnya semakin merasakan sakit yang mendalam.

"Ada sesuatu hal yang terjadi dengan Adikku akan kupastikan kau akan mendapatkan balasannya!" tekan Arsenka yang semakin menatap tajam Lansonia. Benar, Arsenka begitu sensitif saat ada orang yang nantinya akan membuat keselamatan Adiknya terancam. Ia tidak ingin kejadian yang menimpa kembarannya harus kembali terulang.

Waktu itu saja tidak akan sampai ada kejadian yang pada akhirnya melibatkan nyawa Deova kalau Arsenka tahu semua tentang itu, tapi karena tidak tahu makanya hal itu sampai terjadi dan dari kejadian ini begitu meninggalkan memory yang menyedihkan dalam diri Arsenka, ia tidak ingin kalau dirinya harus tersiksa sebab kehilangan untuk yang kedua kalinya.

"Arhhkk!" Arsenka menguatkan cengkeramannya dan kemudian melepaskan leher Lansonia dengan begitu kasar yang membuat Lansonia merasakan kesakitan yang berlebih, bahkan sampai berkaca-kaca sebab lehernya terasa begitu sakit dan juga panas bercampur dengan perih serta sesak saat bernapas.

11:43 am.

Arsenka menghentikan langkah kakinya di pintu depan sebab dia melihat kedatangan dua orang yang satunya adalah orang yang dia sayang, sedangkan yang satunya adalah orang yang begitu tidak dia sukai, terlebih saat orang itu bersama dengan orang yang dia sayang. Arsenka begitu tidak suka saat melihat Jarnovak yang tengah bersama dengan Keylie.

"Kamu tidak papa?" tanya Arsenka yang begitu mengkhawatirkan keadaan Keylie, terlebih dirinya tahu apa yang sudah Lansonia perbuat. Arsenka tahu kalau sebelumnya Lansonia sudah menyimpan boom waktu yang sasarannya adalah Adiknya.

Siapa orang yang tidak akan marah terhadap hal ini, terlebih Arsenka begitu menyayangi Adiknya dan begitu membenci Lansonia? Tidak heran jika tadi Arsenka begitu marah sampai mencekik Lansonia dengan begitu kuat tidak memikirkan apakah orang yang berstatus sebagai istrinya akan kehilangan nyawa setelah dia cekik dengan begitu kuat.

Dengan cepat Keylie menggelengkan kepalanya, ia tidak ingin membuat Kakaknya khawatir, lagi pula memang dirinya tidak apa-apa. "Aku gak papa kok Kak, aku aman sama Kak Ray. Tadi Kak Ray yang udah lindungi aku," jelas Keylie dengan nada bicara yang penuh dengan sebuah kejujuran.

Arsenka merasa begitu lega, apalagi saat dirinya tidak melihat sedikit pun luka di tubuh Adiknya. Rasa khawatir yang ada dalam dirinya menjadi hilang dalam sejenak setelah mengetahui kalau orang yang begitu ia khawatirkan baik-baik saja. Arsenka benar-benar Kakak yang begitu sayang terhadap Adiknya.

"Kamu ke dalam duluan," ujar Jaarnovak sambil menatap Keylie dengan tatapan yang penuh dengan kelembutan. "Ada yang ingin kubicarakan dengan Kakakmu," lanjut Jarnovak. Jarnovak berucap seperti ini bukan semata-mata ada yang ingin dirinya bicarakan dengan Arsenka, tapi karena melihat Arsenka yang menatapnya dengan tatapan yang berbeda.

Apa yang ingin Jarnovak bicarakan dengan Arsenka?

LOVE IS DANGEROUS : DEBILITATINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang