“Ada sesuatu yang ingin aku tanyakan padamu,,” ucap Lansonia setelah sedari tadi membicarakan hal yang tidak penting.
“Apa?” Dengan santai Jarnovak menanyakan apa yang ingin Lansonia tanyakan padanya.
Lansonia terdiam sejenak, ia kesulitan untuk menanyakan hal yang terus berputar dalam pikirannya. “Apa kau terlibat dalam penyerangan kemarin?” Akhirnya Lansonia menanyakan hal ini dengan nada yang cukup santai.
“Penyerangan?” Nada bicara Jarnovak lebih terdengar ke arah orang yang sama sekali tidak tahu akan sebuah penyerangan yang Lansonia maksudkan.
“Ada sekelompok orang yang menyerangku, juga Viviane—sepupunya Arsen. Aku sedang dalam perjalanan pulang bersama dengannya kemudian ada yang menyerangku, apa kau terlibat ke dalam hal ini?” Lansonia menjelaskan secara singkat kejadian kemarin.
Jarnovak mengernyit dan berpikir sejenak. “Kau menuduhku?”
“Bukan menuduh, aku hanya bertanya padamu. Kamu terlibat atau tidak?” Tidak ada niat sedikit pun dalam diri Lansonia yang bermaksud untuk menuduh Jarnovak dalam hal ini.
“Aku tidak terlibat, tapi entah dengan kelompokku.” Jarnovak tidak bisa menjamin kalau La Scietto tidak terlibat kpada kejadian yang mana ada sekelompok yang menyerang Lansonia dan juga Viviane pada waktu itu, tapi dirinya memang tidak terlibat sebab dirinya tidak pernah merencanakan sesuatu yang akhir dari rencananya untuk menyerang Lansonia.
“Sedang mengadu atau sedang laporan kalau rencana mereka gagal?” Pertanyaan yang baru saja masuk ke dalam pendengaran Lansonia membuat Lansonia terlonjak kaget, dengan seketika Lansonia langsung berbalik dan menatap Arsenka dengan tatapan yang barcampur dengan rasa kaget.
Arsenka membalikkan telapak tangannya sambil menatap Lansonia, ia meminta handphone yang sekarang sedang Lansonia pegang. Sampai saat ini sambungan teleponnya dengan Jarnovak belum berakhir, dengan penuh keraguan Lansonia memberikan handphone-nya pada Arsenka.
“Rencana yang kau susun tidak berhasil. Sepupu dan juga istriku selamat,” beber Arsenka dengan nada bicara yang penuh dengan keseriusan.
Penjelasan yang sudah Arsenka ucapkan membuat Jarnovak terdiam dengan sebuah pemikiran yang merasa begitu kaget, kenapa Arsenka malah mengucapkan kalimat yang seolah menjelaskan bahwa semua rencana yang dia susun tidak bisa mencelakai keluarga Sacalorskaf.
“Aku tidak terlibat ke dalam kejadian kemarin! Jangan menyudutkanku dan membuat dia punya pikiran kalau aku adalah dalang dibalik kejadian waktu itu,” elak Jarnovak. Ia sama sekali tidak terima dengan apa yang sudah Arsenka ucapkan.
Tidak ingin mendengar banyak kalimat yang nantinya akan Jarnovak ucapkan, Arsenka langsung mematikan sambungan telepon. Arsenka melirik ke arah Lansonia yang sekarang sedang menatap dirinya dengan tatapan yang penuh tanda tanya dan juga sedikit takut. Lansonia takut kalau suaminya akan bertengkar dengan Jarnovak.
“Arsen,” panggil Lansonia saat melihat Arsenka yang melangkahkan kaki meninggalkannya setelah mengembalikan handphone-nya. Arsenka menghentikan langkah kakinya dan berbalik badan, Lansonia melangkahkan kaki untuk menghampiri Arsenka.
“Kamu menuduhnya, karena apa? Karena kamu tidak terima dengan kejadian kemarin atau justru karena kamu ingin menyudutkannya yang padahal orang yang sudah merencanakan hal ini adalah dirimu?” Lansonia bertanya dengan nada yang cukup hati-hati, ia merasa curiga dengan Arsenka.
Mendapatkan kalimat yang malah menuduhnya, Arsenka menatap Lansonia dengan tatapan yang begitu serius. Ia terus melangkahkan kakinya semakin mendekat ke arah Lansonia, sontak Lansonia langsung melangkahkan kakinya mundur sampai akhirnya ia tidak bisa mundur lagi sebab sudah terpentok dengan dinding.
Lansonia menatap Arsenka dengan tatapan yang penuh dengan kebingungan. “Kau mau apa?” tanya Lansonia yang disertai dengan sebuah kecurigaan yang mendalam.
“Kau membela dia?” Arsenka terus menatap Lansonia dengan begitu serius. “Siapa yang sudah menyelamatkanmu kemarin?” Mendapatkan pertanyaan seperti ini dari Arsenka membuat Lansonia terdiam dengan penuh kebingungan. “Apakah dia? Dia orang yang selalu kau banggakan?” Nada bicara Arsenka tidak naik, tapi meninggalkan sebuah kesan yang membuat Lansonia terdiam dalam penuh pemikiran.
Arsenka langsung berbalik baadan dan langsung melangkahkan kakinya meninggalkan Lansonia yang sekarang tengah terdiam terjebak di dalam sebuah kalimat yang sudah Arsenka ucapkan. Apa yang Arsenka ucapkan memang benar, orang yang kemarin menyelamatnya bukan Jarnovak, melainkan Arsenka.
Flashback
“Awas ada mobil di depan!” teriak Lansonia dengan begitu tinggi saat melihat ada sebuah mobil yang melaju dari arah yang berlawanan dengan mobil yang sekarang tengah mereka tunggangi.
“Ahhh!” Viviane langsung banting stir dan membuat mobil yang dia tumpangi dengan Lansonia menjadi menabrak pembatas jalan yang membuat kening Viviane terbentur pada stir. Ia meringis sakit sambil memegangi keningnya.
Lansonia mencari sesuatu di dalm mobil ini. “Ada pistol tidak?” Benda yang Lansonia cari sekarang adalah pistol, ia teringat sebab di luar sudar terdengar banyak orang yang berkelahi dan juga beberapa tembakan.
Viviane memberikan pistol yang sudah dia temukan di dashboard. “Kau jago menggunakannya?” Viviane menanyakan hal ini sebab ia tahu kalau Lansonia tidak terlalu jago dalam menggunakannya, maka hal ini hanya akan membuatnya terluka.
“Apakah kau lupa siapa aku sebelumnya?” Lansonia tidak mungkin tidak bisa menggunakan pistol, sementara sebelum dirinya menikah dengan Arsenka ia adalah anggota La Scietto.
Salah satu kelompok terbesar di kalangan dunia mafia, sebelumnya juga ia sudah dilatih oleh keluarganya untuk bisa mengendalikan senjata api karena bukan tidak mungkin dirinya akan berada dalam keadaan yang mendesak.
Tangan Viviane memegangi keningnya yang terasa pusing. “Keningku terbentur, aku lupa akan hal itu.” Setelah itu Viviane dan juga Lansonia keluar dari mobil. Viviane langsung ikut berkelahi dan Lansonia meluncurkan beberapa peluru.
“Kakak? Help me!” teriak Viviane saat melihat Arsenka yang baru saja keluar dari mobilnya. Dengan begitu lincah Arsenka memainkan pistolnya dan berkelahi dengan beberapa orang yang ada di hadapannya saat ia tengah melangkahkan kaki untuk menuju ke tempat di mana sepupunya dan juga istrinya berada.
“Sayang!” teriak Bastian sambil berjalan menuju ke tempat Viviane berada. Bastian tidak mendapatkan kabar, hanya saja semula ia melihat ada banyak panggilan dari Viviane sampai akhirnya ia mencari di mana keberadaan istrinya berada. Bastian yang sadar akan kondisi istrinya sekarang langsung membawanya ke tempat yang aman.
Arsenka menatap Lansonia sejenak. “Ke mobilku sekarang,” ujar Arsenka. Ia sudah melihat ada beberapa luka di tubuh Lansonia, ia tidak ingin lukanya menjadi semakin bertambah banyak, apalagi parah.
Selama menuju ke mobil, Arsenka terus melindungi Lansonia dari serangan mereka. Lansonia begitu terdiam saat mengetahui bahwa Arsenka begitu melindunginya, ia melihat ada sebuah peluru yang hendak melukai Arsenka membuat Lansonia berbalik dan melindungi Arsenka.
“Arhk!” Peluru itu melukai lengan atas Lansonia yang membuat Arsenka berubah geram. Tembakan semakin membabi buta. Arsenka sudah berada dalam titik kemarahannya.
Lansonia bertanya-tanya, kenapa Arsenka sampai marah seperti ini saat dirinya terluka oleh ulah mereka?
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE IS DANGEROUS : DEBILITATING
Romance"Kenapa kau ingin Lansonia, akan kau apakan dia?" "Akan kunikahkan dia dengan anakku." "Aku tidak akan sudi kalau anakku harus menikah dengan anak dari bajingan sepertimu!" ~~~~ Arsenka memperhatikan perempuan yang sudah resmi menjadi istrinya den...