Another Man's Wife

721 11 0
                                    

Armens’s Mansion 04:01 pm.

“Bagaimana dengan kerja samanya? Berjalan lancar?” tanya Elena dengan nada yang begitu santai sambil menerima salaman dari anaknya.

Mendapatkan pertanyaan ini malah membuta Jarnovak kembali teringat akan hal yang sudah terjadi di tempat itu. Di tempat di mana perebutan tender dengan salah satu perusahaan besar.

Bagaimana Arsenka bersama dengan perempuan yang ia sayang sampai akhirnya mengambil Lansonia yang tengah bersama dengannya. Semua itu kembali terputar dalam otak Jarnovak yang sudah lelah.

“Tidak, aku tidak jadi menjalin kerja sama dengan perusahaan itu.” Jarnovak menjawab sambil duduk di sofa. Napas Jarnovak kembali tidak teratur, ia semakin teringat akan kejadian tadi dan malah membuat dirinya semakin kesal pada Arsenka.

Elena mengernyitkan keningnya sedikit bingung. “Kenapa bisa sampai tidak menjalin kerja sama, memangnya siapa yang menjadi pesaing kamu saat berebut tender tadi?” Elena cukup tanda tanya, kenapa tender ini tidak bisa dimenangkan oleh anaknya, memangnya siapa pesaing dalam perebutan tender ini?

“Salah satunya adalah Arsenka, dia orang yang mewakili Millano Corp.” Saat mengucapkan nama Arsenka, nada bicara Jarnovak berubah. Ia tidak bisa menyembunyikan rasa emosi yang dia miliki pada Arsenka, karena kejadian tadi begitu terngiang dalam dirinya.

Mendengar nama Arsenka membuat Elena langsung teringat akan seseorang, terlebih Elena tahu Millano Corp itu adalah salah satu perusahaan cabang milik Sacalorskaf.

“Kamu tidak bisa mengimbangi dia atau bagaimana?” tanya Elena. Setahu dirinya dalam tender ini ada dua perusahaan yang dipilih, tapi mendengar kalau anaknya tidak menjalin kerja sama, maka dirinya menganggap kalau dari dua perusahaan itu salah satunya bukan perusahaan yang Jarnovak pimpin.

“Perusahaan dia seharusnya berkerja sama dengan perusahaanku, tapi aku menolak untuk bekerja sama dengannya. Aku tidak sudi harus terus berdampingan bersama dengannya,” jelas Jarnovak dengan penuh kejujuran.

Elena memperhatikan anaknya beberapa saat. “Kamu seperti sedang emosi karena hal lain, ada apa sebenarnya?” tanya Elena. Melihat ekspresi anaknya yang seperti ini membuat Elena punya pemikiran kalau ada hal lain yang sudah terjadi, sehingga membuat anaknya menjadi seperti ini.

Jarnovak melirik ke arah Mamanya, ada sesuatu yang terasa semakin mengganjal saat dirinya mendapatkan pertanyaan yang seperti ini. “Dia bersama dengan istrinya,” ucap Jarnovak datar tanpa mengalihkan pandangannya. Ia menatap lurus ke depan tanpa ada titik fokus yang jelas.

“Istrinya? Lansonia maksud kamu?” tanya Elena. Jarnovak menganggukkan kepalanya. “Kamu masih mempunyai rasa sama dia?” Elena beratnya dengan nada yang begitu berhati-hati, dirinya tidak ingin membuat anaknya tersinggung dan semakin merasakan yang namanya emosi.

Kepala Jarnovak menggeleng pelan. “Sulit untuk aku bisa melupakan dia Mam,” ungkap Jarnovak dengan penuh kejujuran. Kalau saja di waktu sekarang ia sudah bisa melupakan Lansonia, mungkin saat dirinya melihat Lansonia yang bersama dengan laki-laki lain, dirinya tidak akan seperti ini.

Jarnovak tidak akan mempunyai sebuah pikiran yang fokus pada Lansonia seorang, padahal seharusnya ia memikirkan bagaimana agar tender tersebut jatuh ke tangannya. Selama berada di ruangan tadi, Jarnovak begitu fokus memikirkan Lansonia yang seharusnya menemaninya menjadi menemani Arsenka.

“Jadi, alasan utama yang membuat kamu kalah tender kali ini karena pikiran kamu masih fokus pada perempuan itu? Perempuan yang sudah menjadi istri orang lain?!” Suara tegas yang cukup tinggi dengan nada yang begitu serius membuat Jarnovak dan juga Elena memalingkan pandangan mereka ke arah dari mana suara itu berasa.

Seorang pria tengah melangkahkan kaki menuju ke tempat di mana anak dan juga istrinya berada. Dirinya sudah mendapat kabar kalau perusahaan yang dipimpin oleh anaknya saat perebutan tender tadi tidak bisa memenangkan tender, ia menjadi berubah geram saat mengetahui kalau alasan yang membuat anaknya seperti ini karena anaknya memikirkan perempuan yang merupakan mantan tunangannya—Lansonia.

Ekspresi Jarnovak semakin berubah, emosinya semakin memuncak. Ia tidak terima dengan apa yang sudah Papanya ucapkan. “Kalau kau memang begitu ingin tender ini, kenapa tidak kau saja yang datang ke tempat perebutan tender itu?” tanya Jarnovak dengan penuh kekesalan.

*****

Sacalorskaf’s Mansion, 07:42 pm.

“Sedang memikirkan tunanganmu yang kalah tender atau sedang memikirkan kemenangan suamimu?” Suara dingin milik Arsenka berhasil membuat Lansonia yang semula tengah memperhatikan ke arah jendela menjadi berbalik, ia menatap laki-laki yang sekarang tengah melangkahkan kaki menuju ke arah di mana dirinya berada.

“Sebenarnya tadi kau mengajak diriku karena memang kau ingin ditemani olehku atau sengaja ingin membuat pesaing terbesarmu kehilangan fokusnya?” selidik Lansonia dengan nada yang benar-benar serius. Ia merasa curiga akan hal ini dan alasan yang membuat dirinya berdiam di sini sambil melamun juga memikirkan pertanyaan ini.

Sebuah senyuman tercetak dengan mulus di bibir Arsenka. “Menurutmu?” Arsenka membiarkan istrinya mempunyai pemikiran tersendiri akan hal ini, ia merasa kalau istrinya tidak begitu bodoh untuk menebak sebuah jawaban dari pertanyaan yang sudah dirinya tanyakan.

“Sedari tadi aku berpikir akan hal ini membuat perutku lapar, aku ingin makan sekarang.” Lansonia berucap dengan nada yang kesal, entah kenapa sekarang dirinya merasakan yang namanya kesal hanya karena sebuah rasa lapar dalam dirinya.

Arsenka berbalik badan dan langsung melangkahkan kakinya, Lansonia mengikuti ke mana Arsenka melangkahkan kakinya.

Mereka berjalan bersama menuju ke arah meja makan yang sudah terdapat banyak orang, melihat banyak orang-orang yang masih bisa dikatakan mempunyai hubungan darah membuat Lansonia punya pikiran kalau Sacalorskaf terbesar berada di bawah Ayah mertuanya yang kemungkinan akan Arsenka lanjutkan.

“Bagaimana dengan tender yang kau perebutkan Arsen?” tanya Pamannya Arsenka.

Mendengar pertanyaan ini membuat Robert melirik ke arah Kakaknya. “Kalau dia tidak sampai memenangkan tender ini aku sendiri yang akan pertama menertawakan dia, pasalnya dia sudah begitu yakin ingin menangani tender ini dan melarang diriku untuk turun.”

Robert masih ingat bagaimana semula anaknya meminta dirinya untuk tidak turun menangani perebutan tender ini, sebab ingin Arsenka yang memperebutkannya.

“Semuanya berjalan baik, tender itu berhasil aku menangkan.” Dengan begitu santai Arsenka menjawabnya, ia melirik ke arah di mana Lansonia berada dan kemudian mengukirkan sebuah senyumannya yang terlihat miring.

Lansonia menjadi tanda tanya melihat ekspresi yang dipasang oleh suaminya yang malah menimbulkan sebuah tanda tanya besar dalam pikiran Lansonia.

Sebenarnya kenapa dengan Suaminya hari ini?

Ada apa dibalik semua ini?

 

LOVE IS DANGEROUS : DEBILITATINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang