Tidak ada suara, tidak ada getaran, tidak ada hawa sejuk yang terasa, semuanya terasa begitu hambar, pikirannya kosong, dirinya masih tidak percaya dengan semua ini. Kepercayaannya musnah begitu saja hilang seolah terbawa ombak yang pecah di tengah lautan lepas.
"Bagaimana?" tanya Arsenka pada Lansonia yang sedang duduk termenung memikirkan acara pernikahan antara mantan tunangannya dengan Adik iparnya.
Semuanya terasa seolah mimpi di siang yang berlalu tanpa tidur. Sulit baginya untuk mempercayai acara yang sudah jelas-jelas tercipta, sebab begitu menusuk atma dan seolah menghancurkan daksa.
*****
Leyster Wedding Hall 09:31 am.
Seorang gadis berparas cantik dengan gaun putih yang begitu memanjang menambah keindahan tubuhnya, hari yang dia nantikan tiba membuat bahagia menyelimuti diri. Dunia seolah tengah berseri pada dirinya, mendukung semua keinginannya terwujud nyata.
Bahagia memenuhi diri laki-laki yang sekarang tengah menggunakan jas yang senada dengan gaun calon Istrinya, tapi rasa haru bercampur duka mulai terasa di dalam atma laki-laki yang baru saja mengambil keputusan rela pergi meninggalkan keluarganya, demi mengejar cinta sejatinya.
Tidak ditemani oleh kedua orang tuanya dalam acara yang begitu dia nantikan menjadi satu-satunya alasan yang membuat dirinya terasa sedih dan tidak menyangka dengan hal ini, karena bagaimana pun dia begitu mengharapkan kehadiran mereka berdua.
*****
Arsenka melangkahkan kaki dengan langkah yang begitu tegap dengan raut muka yang begitu datar, ada sebuah emosi yang tertutupi oleh smirk-nya.
"Kamu mau ke mana?" tanya Lansonia saat melihat kalau Suaminya yang hendak keluar dari Ruangan ini, padahal acara pernikahan Adiknya sedang berlangsung, belum mencapai titik puncaknya.
Arsenka menghentikan langkah kakinya. "Ada urusan," jawab Arsenka yang kemudian melanjutkan langkahnya tanpa menghiraukan Istri serta acara pernikahan Adiknya.
"Apakah kamu ingin meninggalkan acara pernikahan Adikmu?" tanya Lansonia yang merasa tidak percaya dengan hal ini, terlebih dia tahu kalau Arsenka begitu menyayangi Adiknya.
Pertanyaan dari Lansonia diabaikan oleh Arsenka, karena dia terus melangkahkan kaki keluar dari Gedung ini yang meninggalkan banyak tanda tanya dalam benak Lansonia. Sedari tadi rasa sesak memenuhi dada Lansonia saat dia harus menyaksikan rangkaian demi rangkaian acara.
*****
Begitu banyak orang-orang yang sekarang sedang baku hantam serta baku tembak tepat di luar Gedung pernikahan tersebut, apa yang sudah terlintas dalam benak Arsenka benar-benar terjadi sekarang.
La Scietto bersama dengan 7 aliansinya datang ke tempat ini dengan langsung melakukan penyerangan, tapi untung saja The Pinthes juga tidak sendiri, dia sudah mempersipakan 5 aliansinya yang siaga tepat di depan Gedung.
Arsenka tidak menginginkan kalau acara yang begitu Adiknya tunggu-tunggu hancur begitu saja. Bukan hal yang tidak mungkin jika La Scietto berniat untuk menghancurkan acara ini, karena bagaimana pun pernikahan ini tidak mendapatkan izin dari pihak keluarga Jarnovak.
Tidak merasa takut menghadapi mereka, Arsenka melangkahkan kakinya penuh dengan keberanian menuju ke arah di mana Sergei berada. "Apa tujuanmu datang ke sini?" tanya Arsenka dengan begitu dingin.
"Tidak akan kubiarkan seorang Minetto menikah dengan seorang Sacalorskaf!" tekan Sergei disertai dengan tatapan yang begitu tajam menatap Arsenka.
Senyuman miring milik Arsenka terukir, merendahkan orang yang berdiri di hadapannya. "Bukankah dia sudah bukan seorang Minetto?" Arsenka sudah tahu kalau Jarnovak sudah bukan bagian dari Minetto.
Di saat dua orang ini tengah berbicara 4 mata, di belakang tengah terjadi sebuah peperangan besar. Pihak The Pinthes tidak akan membiarkan pihak La Scietto yang akan menghancurkan acara pernikahan ini.
Perang yang terjadi antara 2 kelompok besar ini terus-terusan melakukan penyerangan, bahkan La Scietto mendatangkan 2 aliansinya untuk membantu mereka, tapi The Pinthes juga tidak tinggal diam, meski jumlah La Scietto jauh lebih banyak, tapi The Pinthes tidak bisa dikalahkan dengan begitu mudah.
Bagaimana pun keriuhan yang terjadi di luar, acara tersebut tetap dilangsungkan, bahkan Robert tetap mendampingi Putrinya, karena Arsenka sudah bepesan bagaimana pun keadaannya jangan sampai Ayahnya meninggalkan Keyli.
Di sini Arsenka yang menjamin kelancaran pernikahan ini, sehingga apa pun yang akan terjadi, dia akan terus berusaha untuk membuat acara ini tetap berjalan sesuai dengan rencana.
"Jika seorang Sacalorskaf sudah berhasil membuat aku kehilangan anakku, maka akan kubuat satu Sacalorskaf hilang agar Robert merasakan apa yang aku rasakan!"
Jdor!
Tanpa aba-aba, Sergei menembakan pistol tersebut dalam jarak yang begitu dekat ke arah dada Arsenka yang membuat peluru itu bersarang dalam tubuh Arsenka. Sebelumnya Arsenka tidak mengira kalau ternyata Sergei akan curang.
Sedari tadi mereka baku hantam serta baku tembak, tapi saat berbicara tidak sampai melakukan penyerangan mendadak, sehingga Arsenka tidak bisa menghindari peluru itu sepenuhnya. Peluru itu bersarang di bagian lengan atas Arsenka.
Senyuman menyungging di bibir Arsenka, menatap Pria yang sudah menembaknya dengan tatapan dingin nan tajam. Melangkahkan kakinya mendekat ke arah Sergei, tanpa memikirkan kalau Sergei akan kembali menembaknya.
"Aku tidak akan mati begitu saja!" tekan Arsenka bersamaan dengan pistol yang ada di tangan Sergei dia naikkan dan dia arahkan tepat ke arah kening Arsenka.
Tatapan Sergei semakin tajam, tidak bisa dielakkan begitu saja kalau dia masih menyayangkan keputusan Anaknya yang memutuskan untuk keluar dari La Scietto yang meninggalkan Minetto.
"Hentikan acara pernikahan itu atau kutembak kepalamu sekarang?!" ancam Sergei yang terlihat tidak akan asa-asa untuk mengeluarkan peluru yang ada dalam pistol yang sedang dia pegang.
Tanpa merasa takut atau gemetar, Arsenka malah memegang tangan Sergei dan membenarkan posisinya menjadi tepat di tengah-tengah keningnya. "Tembak saja kalau kau mampu." Smirk milik Arsenka tercetak jelas.
"Kurang ajar!" bentak Sergei yang kemudian menarik pelatuk tersebut dan sudah begitu ingin menghabisi Arsenka.
Bltkk
Sebuah heels mengenai ujung tangan sergei yang sedang memegang pistol sebelum pelatuk itu benar-benar ditarik yang membuat peluru itu keluar tapi sama sekali tidak mengenai Arsenka.
"Jauhkan benda itu dari kepala Suamiku!" seru Lansonia penuh dengan penekanan. Dia melepaskan sebelah heels-nya dan kemudian melanjutkan langkah kakinya menuju ke arah di mana orang yang semula akan menjadi Papa mertuanya serta Suaminya berada.
Melihat Lansonia yang berjalan menghampirinya, membuat amarah dalam diri Sergei semakin memuncak. "Ternyata ada seorang La Scietto yang memilih untuk melindungi pemimpin The Pinthes." Sergei tertawa merendahkan Lansonia.
Selama Lansonia menikah dengan Arsenka, memang tidak pernah dia keluar dari La Scietto, karena beberapa waktu terakhir saja dia masih melakukan sebuah misi di bawah La Scietto.
"Aku hanya seorang Istri yang tidak akan tinggal diam saat ada orang yang berniat macam-macam dengan Suaminya!" beber Lansonia dengan rahang yang menegas dan pandangan yang menajam.
Menyaksikan Sergei dan juga Lansonia yang beradu mulut, membuat Arsenka memperhatikan Lansonia dengan tatapan yang susah untuk dijelaskan, karena memang tatapan Arsenka tidak menunjukkan rasa heran juga tidak menunjukkan rasa bangga.
Jdor!
Sebuah peluru keluar dari dalam pistol yang membuat bagian tubuh yang terkena peluru tersebut mengeluarkan cairan kental berwarna merah yang mengandung banyak trombosit.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE IS DANGEROUS : DEBILITATING
Romance"Kenapa kau ingin Lansonia, akan kau apakan dia?" "Akan kunikahkan dia dengan anakku." "Aku tidak akan sudi kalau anakku harus menikah dengan anak dari bajingan sepertimu!" ~~~~ Arsenka memperhatikan perempuan yang sudah resmi menjadi istrinya den...