32

5K 170 2
                                    

"Jadi, kamu mau kan maafin ayah atas segala sikap buruk nya kepada kamu?" Tanya Ibu.

"Aku gatau bu." Balas Alana yang sembari menatap langit langit ruangan.

"Kamu mau maafin ibu?" Tanya Ibu lagi.

Alana hanya diam tak bergeming. Sejujurnya ia bisa saja memaafkan mereka, namun nyatanya saat ini rasa kekecewaan masih lebih besar.

"Ibu tau ibu salah, maafin ibu ya Na. Kalau Nana butuh waktu juga silahkan, ibu tinggal ya. Ibu mau kembali ke ruangan ayah." Ucap ibu sembari berjalan pergi keluar dari ruangan.

"Na.." Ucap Ken sembari menggenggam tangan Alana.

"Hmm" Balas Alana yang tengah malas berbicara.

"Kamu cepet sembuh yaa. Ga usah mikirin masalah ini dulu. Kita sekarang harus fokus sama kesembuhan kamu, Oke?" Ucap Ken lembut menenangkan Alana yang seperti nya tengah memikirkan banyak hal.

Alana hanya mengangguk sebagai balasan sebelum akhirnya menyadari sesuatu.

"Vano dimana kak? Dia gak di bawa polisi kan?"

"Nggak Na, tadi dia langsung pulang ke rumahnya. Bahkan Yugo pun tak di temani oleh Vano."

"Ohh baiklah."

Alana kemudian kembali diam. Ruangan kembali menjadi sunyi. Hanya suara jam saja yang terdengar. Alana tak tidur. Ia memang mengantuk tapi ia masih belum mau tidur.

"Kak." Ucap Alana tiba-tiba yang memecah keheningan.

"Yaa?? Kenapa Na?"

"Kaka malam ini tidur dimana? Di ruangan ini gak ada kasur lain" Ucap Alana sembari melihat ke sekitar nya.

"Aku bisa tidur di sofa, Na. Tidur di sini sambil duduk lalu merebahkan kepala di kasur kamu juga bisa kok!" Ucap Ken sembari tersenyum. Senyuman manis yang tentu saja tak akan di dapat oleh orang lain.

"Jangan macem-macem deh. Nanti leher dan badan Kaka sakit"

"Lalu aku harus tidur dimana hm?" Tanya Ken dengan lembut.

"Disini saja, aku pikir ranjang ini pasti muat untuk kita berdua." Balas Alana sembari menepuk nepuk ranjang nya. Ranjang Alana memang cukup besar sehingga bisa di tempati oleh dua orang.

"Kamu yakin? Nanti kamu kesempitan."

"Yakin. Udah cepet sini naik, aku mau tidur...."

Ken menatap Alana dengan tatapan jahil. Alana yang tau maksudnya kemudian segera berbicara kembali.

"... Aku gamau ya disaat aku lagi tidur tiba-tiba ranjang ini bergerak karena Kaka naik!" Ucap Alana menolak apa yang ada di pikiran Ken. Alana yakin bahwa Ken akan merasa seperti Alana ingin tidur dengannya. Walau kenyataannya memang seperti itu, tapi Alana terlalu gengsi untuk berbicara langsung.

Alana memang menginginkan Ken untuk tidur di samping nya sekarang. Ntah mengapa, ia merasa sangat merindukan suami nya ini.

"Haha baiklah baiklah. Kau ini sungguh paham apa yang ada di pikiran ku ya." Ucap Ken sedikit tertawa dan langsung naik ke ranjang Alana. Mengingat ini sudah malam, mereka langsung memutuskan untuk tidur. Mereka tertidur dengan posisi berhadapan. Dan tanpa canggung, Ken memeluk pinggang Alana seperti menjadikan Alana sebagai gulingnya.

Jujur, di lubuk hati Alana yang paling dalam, ia sangat menyukai perlakuan seperti ini. Walau Ken sudah sering tertidur dengan memeluk pinggang Alana, tapi tetap saja Alana masih merasa canggung. Namun hal itu mampu membuat Alana tidur lebih nyenyak dan mulai menelusupkan muka ke dada Ken.

***

Disisi lain.

Ada perkelahian di rumah Vano antara Vano dan ayah nya yg masih tetap membela Yugo.

"VANO!" Ucap Ayah nya yang tiba-tiba menggebrak pintu kamar Vano.

"KAMU UDAH BUAT YUGO MASUK PENJARA?!! SEPUPU MACAM APA KAMU INI?!!" Bentak nya dengan tangan yang siap menampar Vano.

"Pah, papah dan Yugo selama ini salah paham!" Ucap Vano mencoba menjelaskan

"SALAH PAHAM APA?! ADIK KESAYANGAN PAPAH ITU MATI GARA GARA FARIZ!!" Ucap Papah Vano yang masih belum bisa menerima kematian adiknya. Ia hanya memang tinggal berdua dengan adik nya itu karena orangtua mereka sudah meninggal sejak Papah Vano masih berada di bangku SMA dan adiknya yang berada di bangku SMP. Orang tua mereka meninggal bersamaan karena sebuah kecelakaan.

"TAPI PAH, MEREKA GA BERSALAH!" Ucap Vano yang lagi lagi mencoba menjelaskan.

PLAK

Papah Vano menampar pipi kiri Vano dan membuat pipi nya terasa panas sekarang.

"KAMU INI ANAK SIAPA SIH?! KOK MALAH MIHAK KELUARGA ORANG LAIN YANG JELAS JELAS BERSALAH?! LEBIH BAIK YUGO SAJA YG JD ANAK PAPAH!" Bentak Papahnya lagi.

"SILAHKAN PAH! SILAHKAN SAJA JIKA PAPAH INGIN MENGANGKAT YUGO MENJADI ANAK PAPAH DAN PAPAH BUANG AKU! SILAHKAN!! AKU JUGA SUDAH MUAK DENGAN SEGALA HAL YANG BERKAITAN DENGAN KALIAN BERDUA!" Ucap Vano sembari memegang pipinya dan melengos pergi dari kamar. Ia juga akan pergi dari rumah ini.

"MAU KEMANA KAMU HEH! DASAR ANAK TIDAK TAU DI UNTUNG!!" Teriakan papah Vano di lantai atas masih terdengar hingga pintu depan dimana Vano berada.

Sejak dulu, hubungan antara Vano dan Papahnya tak membaik setelah kematian adik perempuan papahnya atau mamahnya Yugo itu. Dengan kedatangan Yugo di keluarga nya membuat semua menjadi kacau. Vano sejujurnya merasa benci dengan Yugo. Ia melakukan hal tadi juga karena suruhan papahnya. Jika papahnya tak menyuruh nya, ia tak akan mau jika harus menjadi mata mata Yugo untuk membalaskam dendam nya. Mamah Vano sudah menghadap sang kuasa tepat beberapa hari sebelum Mamah Yugo meninggal. Kehilangan dua orang yang di sayangi, membuat Papah Vano mengalami sedikit stress.

Vano baru tau fakta tentang kesalahpaham nya akhir-akhir ini. Saat Yugo kembali ke kota ini. Sebelumnya, Yugo memang di asingkan ke negara yang memiliki penilaian buruk, tapi bukan atas keputusan hakim melainkan keputusan papah Vano.

Papah Vano ingin menyelamatkan Yugo dari penjara, ia memang mengatakan pada aparat terkait untuk mengasingkan Yugo ke negara terpencil. Namun fakta nya, Yugo di asingkan ke negara lain yang baik-baik saja keadaan negara nya dan tidak kekurangan suatu apapun.

Ingatkah kalian saat Ayah bertemu kembali dengan Yugo di gedung tua itu, dan ayah mengungkit tentang "diasingkan" ?. Ayah tau hal itu karena saat ia akan mendatangi Yugo, aparat terkait mengatakan putusan sidang tersebut. Saat itu, memang dari pihak Alana tak memiliki orang kuat yang bisa memenangkan sidang, ditambah lagi dengan papah nya Vano yang memiliki kekuasaan, membuat aparat terkait dengan mudah mengabulkan permohonan tersebut.

Dan sejak setelah ayah mengetahui bahwa Yugo "di asingkan", ayah mulai mendapat teror teror yang tiada henti selama beberapa tahun. Namun baru satu tahun kebelakang sebelum kejadian ini, paket itu tak kembali datang lagi. Dan ternyata, tak datang lagi karena Yugo menepati apa yang ia ucapkan di paket terakhir

"Tunggu saya yang akan kembali membawa "kebahagiaan" untuk keluarga anda!"

Alana [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang