35

5K 178 2
                                    

Masih di tempat yang sama, di hadapan air mancur, Ken kemudian mengatakan sesuatu.

"Na, kamu pasti bisa maafin orang tua kamu kan?"

"Aku ga tau ka, aku marah, tapi aku juga tentu tidak bisa jika terus terusan marah pada mereka."

"Kamu pasti bisa, walau gak sekarang, setidaknya jangan marah pada mereka. Mereka melakukan ini tentu sangat jelas karena terpaksa." Ucap Ken menjelaskan

Alana hanya terus terdiam setelah mendengar perkataan Ken. Ia mulai kembali memikirkan apa yang harus ia lakukan sekarang, dengan banyaknya hal yang harus ia lakukan membuat ia merasa kelimpungan sendiri, padahal hal-hal tersebut belum tentu terjadi dan belum tentu dilakukan.

"Na, jangan jadi kepikiran ya, maaf tadi aku tiba-tiba malah bahas itu. Tadi pas kamu tidur, ibu bilang kalau kondisi ayah nge drop dan masih belum sadar. Jadi kaka mohon ke kamu buat maafin mereka sebelum kamu terlambat." Ucap Ken lagi panjang lebar.

"Hah? Ayah masih belum sadar?!" Ucap Alana terkejut.

"Iya Na, ayah masih belum sadar sejak kemarin." Balas Ken

"Aku mau ke kamar ayah sekarang!" Ucap Alana.

Ken kemudian mendorong kursi roda Alana dan membawa nya ke kamar ayah. Sebelum masuk, Ken sempatkan untuk memegang tangan Alana dan menguatkan nya.

"Naa, kok kamu malah kesini, kenapa gak istirahat??" Ucap Ibu yang melihat Alana memasuki ruangan

"Alana mau ketemu ayah."

"Ayah masih belum sadar, Na." Ucap ibu sembari mengusap tangan Alana.

"Alana mau maafin ibu dan ayah kan?" Tanya ibu

"Iya bu, Alana maafin, tapi maaf juga kalau Alana masih belum bisa hilangin rasa sakit hati nya Alana." Ucap Alana

"Gak apa-apa nak, sangat wajar untuk kamu sakit hati karena kami. Ibu sudah sangat bahagia hanya dengan kamu memaafkan ibu dan ayah." Ucap Ibu lalu kemudian memeluk Alana.

Alana membalas pelukan itu dan merasa sedikit kelegaan di hati nya. Alana kemudian menghampiri ayahnya yang masih terbaring lemah tak berdaya di atas ranjangnya dengan berbagai alat yang terpasang di tubuhnya beserta perban yang melilit di bahu nya.

"Ayah, maafin Alana ya, karena Alana, ayah jadi terbaring disini. Makasih ya udah lindungin Alana. Maafin Alana karena sering nge bantah ayah, sering marah ke ayah." Ucap Alana sembari mengelus tangan ayah nya yang tak tertusuk jarum infus.

Alana takut. Alana takut bahwa kemarin adalah hari terakhir ia melihat ayahnya bangun. Walau ia dan ayah nya tak pernah akur, tapi Alana sangat menyayangi ayahnya itu. Ditambah dengan perlakuan ayah yang melindungi diri nya benar benar membuat Alana merasa bersalah.

"Ayah harus bangun ya, ayah kan kuat! Masa orang yang suka marah marah malah terbaring lemah berhari hari." Ucap Alana yang mencoba bercanda.

Ia mengatakan hal tersebut sembari tersenyum tipis.

"Ayah pasti bangun kan, Alana aja kuat, masa ayah nggak. Ayah bilang kan kalau semua anak-anak ayah mesti kuat, maka ayah juga harus kuat."

Ken yang melihat interaksi antara Alana pada ayahnya merasa sedikit senang. Ia yang sering melihat cekcok di antara mertua lelaki nya dengan istri nya itu akhirnya bisa merasa sedikit tenang mengetahui bahwa Alana mulai bisa memaafkan orang tua nya.

"Ayah, Nana balik ke kamar Nana dulu ya. Nanti Nana mampir lagi kesini, Nana abis dari taman, bau matahari, Nana mesti ganti baju dulu..."

"... Dadah ayah." Ucap Alana yang kemudian mencoba menjalankan kursi roda nya kembali ke arah Ken.

Alana [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang