Senja : 0,5

109 19 7
                                    

Dzenan Avery adalah putra sulung berbakti dari seorang ayah bernama Stefan Avery dan seorang ibu bernama Yuki Avery. Berasal dari kedua orangtua yang sama-sama telah berjasa bagi negara, tidak membuat kepribadian Dzenan menjadi congkak.

Dzenan tumbuh dari didikan tegas, kedisiplinan, dan kasih sayang yang tak berkekurangan, melahirkan sosoknya yang begitu cerdas, berwawasan luas, beriwaba dan amat di segani.

Menjadi seorang kapten sekaligus dokter spesialis anak di usia muda, memiliki nilai plus tersendiri bagi seorang Dzenan.

Karir Dzenan Avery bisa dikatakan memenuhi good record. Doa restu dari kedua orangtua dan juga adiknya, menjadi kunci utama keberhasilan yang ia raih.

Akan tetapi, menilik dari semua catatan keberhasilan Dzenan, nyatanya kisah percintaan lelaki itu tak semulus perjalanan karirnya.

Di usia yang baru saja menginjak tiga puluh satu tahun, Dzenan harus merelakan hubungan percintaannya kandas begitu saja.

Seumur hidupnya, mungkin Dzenan tak akan bisa melupakan kejadian hari ini.

Kejadian yang mampu memporak-porandakan pertahanan hati dan jiwanya.

Kejadian yang mampu mengusik emosinya yang sudah lama terkubur.

Kejadian yang akan mengubah hidupnya seratus delapan puluh derajat.

Semua itu karena seorang Tania Palwinta, gadis pertama yang berhasil mencuri atensi serta sebagian relung hatinya.

Gadis pertama yang amat ia cintai namun nahas bertepuk sebelah tangan dan berakhir ironi.

000

Langit pukul 05.30 pagi kala itu masih begitu gelap, hujan deras datang, menyerbu sebagian besar kota Kembang, Bandung.

Hawa dingin menguar, membuat siapa saja enggan beranjak dari balik hangatnya selimut, hal itu juga berlaku untuk sulung Avery.

Sesungguhnya, Ini bukanlah tipikal seorang sulung Avery, pemuda itu tak pernah bermalas-malasan ——walau badai menerpa, gelombang pasang bergelung, gempa mengguncang, ia akan tetap menjadi seorang yang berkualitas dengan kata lain, tidak ada catatan bagi seorang Dzenan Avery untuk bermalas-malasan.

Tetapi, lihatlah kondisinya saat ini...

Si Sulung keluarga Avery, tampak bergelung di bawah selimut dengan gelisah. Matanya mencoba terpejam, namum nihil. Usahanya tak membuahkan hasil.

Perasaan gelisah yang dirasakan olehnya, semakin menjadi tatkala menatap layar ponsel, berharap suatu mukjizat terjadi dan akhirnya ia harus menelan kekecewaan—– tidak ada notifikasi apapun disana.

“Apa dia sibuk?”

“Apa dia ketiduran?” Dzenan bermonolog, menerka-nerka beberapa kemungkinan untuk menenangkan hatinya yang gundah.
Lalu, kegundahan itu seakan terjawab dengan suara samar tangisan seorang wanita.

Pelan, tapi pasti, Dzenan menggerakan kakinya, melangkah ke sumber suara.
Setelah menuruni beberapa anak tangga, betapa terkejutnya Dzenan, mendapati kedua orangtuanya telah duduk dengan wajah murung, kemudian di hadapan kedua orangtuanya, ada pasangan paruh baya lain, yang sangat familier untuknya.

000

Vebby Palwinta tercenenung melihat kehadiran sosok Dzenan. Netra biru Dzenan menatapnya penuh tanya. Hatinya seakan teriris-iris, tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya ketika kebeneran terungkap.

Randy, sosok suami Vebby, berusaha menenangkan wanita itu, sedang Stefan dan Yuki hanya diam seribu bahasa.

Dzenan tau keadaan di sini sedang tidak baik-baik saja. Yang lelaki itu lakukan selanjutnya adalah mencoba untuk tenang lalu bertanya kepada ke empat tetua disana dengan kepala dingin.

Sikap tenang Dzenan dalam keadaan genting, membuat hati Vebby mencelos.

Dimana lagi ia bisa mendapatkan menantu seperti Dzenan?

Dzenan Avery adalah pria yang baik. Selama menjalin kasih dengan Tania yang hampir mencapai belasan tahun —–dengan delapan tahun jarak jauh—– Vebby tidak pernah mendapati hal tidak wajar dari si sulung Avery. Dzenan adalah anak yang cukup shaleh. Begitulah penilaian Vebby dan Randy.

“Nak, maafkan mama. Ini semua salah mama.” Ucap Vebby dengan nada bergetar.

Yuki menghela nafas cukup dalam, sudah cukup ia berdiam diri, seolah-olah ini hanya kesalahan Vebby seorang. Nyatanya ia juga ikut andil dalam merusak kebahagiaan putranya.

Andai perjanjian di antara mereka tidak pernah tercipta...

Andai Yuki dan Vebby tidak memaksakan kehendak putra putri mereka —–walau Dzenan tidak merasa seperti itu—– pasti hal menyakitkan ini tidak akan pernah terjadi.

Yuki menitihkan air mata, beranjak dari tempat duduknya lalu memeluk sang buah hati erat-erat. Di detik selanjutnya, Vebby menyusul memeluk Dzenan penuh kasih sayang dan penyesalan besar yang menjadi beban di pundaknya.

Dzenan cukup mawas diri dengan keadaan ini. Walau terasa berat mengakuinya, tapi inilah kenyataan. Inilah jawaban mengapa orang yang di nanti-nantinya tidak pernah memberi ucapan selamat ulang tahun.

Tania sudah menetapkan keputusan final dan Dzenan bukanlah pria yang di inginkan oleh gadis itu.

Kedua tangan Dzenan terangkat, menepuk punggung kedua ibunya. Matanya terpejam bersamaan dengan jatuhnya cairan bening yang membasahi pipi. Dzenan tidak pernah secengeng ini, dia tidak pernah menangis tetapi rasa sakit yang tengah di rasakannya mendesaknya untuk mengeluarkan air mata.
 
 Tidak apa, kau kuat Dzenan. Cinta tidak memiliki syarat, gadis mu sudah bahagia. Tidak apa.
 

Suamiku Kapten (Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang