XXIV

3.3K 319 74
                                    

Stefan sedang duduk ditepian ranjang sambil memandangi Yuki yang tengah sibuk mengambil obat-obatan beserta perban untuk mengobati luka-lukanya. Ia tampak takjub melihat istrinya yang menurutnya bertambah cantik dari sebelumnya. Yuki yang dipandangi seperti itu, hanya balik memandang Stefan dengan pandangan yang sulit diartikan. Air matanya masih saja keluar hingga membuatnya mengumpat kesal pada dirinya sendiri.
"Lepaskan seragam mu!!" Seru Yuki ketus. Stefan hanya terdiam tak mengedipkan pandangannya pada Yuki. Yuki mendengus kesal lalu mencubit lengan Stefan hingga membuat suaminya itu meringis kesakitan. "Kenapa mencubit ku?" Tanya Stefan dengan nada memelas. Yuki menghela nafasnya sejenak, ia kembali mengulangi perkataannya. "Lepaskan seragam mu" Stefan tersenyum kikuk kemudian melepas seragamnya. Ia membalikan tubuhnya membelakangi Yuki. Yuki menutup mulutnya terkejut, ditubuh Stefan begitu banyak bekas luka dan beberapa diantaranya adalah bekas tembakan. Ia menghela nafasnya sejenak, mempersiapkan mentalnya agar tak kembali menangis. "Sudah 4 bulan berlalu, tapi kenapa kau masih memiliki luka ditubuh mu?" Tanya Yuki pelan.
"Itu karena aku terbentur lalu terjatuh" jawab Stefan jujur. Yuki menaikan sebelah alisnya tak percaya, dulu saat pertama kali ia mengobati suaminya, kata-kata itulah yang juga dikeluarkan oleh Stefan. "Kau pikir aku bisa percaya? Saat itu kau mengatakan alasan yang sama, tapi nyatanya luka itu kau dapatkan karena melakukan misi kan?" Tanya Yuki dengan nada suara meninggi. Ia terlihat sangat kesal karena mengira Stefan membohonginya. Stefan membalikan tubuhnya menghadap Yuki. "Iya waktu itu aku berbohong. Tapi sekarang aku jujur!!" Aku Stefan. Yuki terdiam, ia menatap mata Stefan dan memang benar, suaminya itu tak berbohong. Ia mendorong tubuh Stefan kasar agar berbalik kedepan. Stefan menghela nafasnya sejenak, sadar bahwa istrinya itu sedang kesal padanya. Selama mengobati luka Stefan, Yuki hanya diam tak banyak bicara hingga beberapa menit kemudian, Yuki telah selesai mengobati luka suaminya. "Sudah selesai, cepat ganti bajumu" ujar Yuki. Stefan kembali tersenyum, ia menggaruk tengkuknya yang gatal. "Tapi aku tidak membawa baju" ujar Stefan dengan wajah polosnya. Yuki yang awalnya kesal, kini tersenyum gemas melihat tingkah suaminya. Refleks Yuki memeluk Stefan erat, membenamkan wajah Stefan didadanya sedangkan sebelah tangannya terulur untuk mengelus puncak kepala Stefan. Stefan memejamkan matanya merasa nyaman berada dipelukan istrinya yang sekian lama tidak pernah ia temui. Ia melingkarkan tangannya dipinggang Yuki, membalas pelukan Yuki. "Baju-baju mu ada dilemari, aku sudah menyiapkannya" jelas Yuki. Stefan terkejut, ia melepaskan pelukannya lalu menatap Yuki. "Bagaimana bisa kau menyiapkannya?"
Yuki tersenyum hangat, ia mengelus pipi Stefan. "Aku masih menunggu mu pulang.. Dan lihat sekarang.. Kau benar-benar pulang.. Awalnya aku tak percaya tapi..." Kata-kata Yuki terhenti, ia memalingkan wajahnya dan kembali menangis hingga tubuhnya bergetar hebat. "Kenapa aku menangis lagi" Rutuk Yuki pada dirinya sendiri sambil mengibas-ngibaskan tangan didepan wajahnya. Stefan tertawa pelan melihat tingkah istrinya, ia pun beranjak dari posisi duduknya, memeluk Yuki erat berniat menenangkan istrinya. "Aku sudah ada disini, jangan menangis lagi. Maaf karena meninggalkan mu terlalu lama"
"Bodoh, aku tidak membutuhkan mu, pergi saja aku bisa hidup sendiri" Lirih Yuki. Ia mendorong tubuh Stefan jengkel, karena suaminya itu masih bisa tertawa disaat seperti ini. Saat mereka asyik dengan kegiatan mereka, tiba-tiba ponsel Stefan berdering, tanda panggilan masuk dari Mike. Stefan melirik Yuki sekilas kemudian mendapat ide untuk kembali menjahili istrinya. Cukup lama Stefan membiarkan ponselnya berdering hingga membuat Yuki risih mendengarnya. "Bisakah kau mengangkat telfon mu itu?" Tanya Yuki ketus.
"Aku ingin mengangkatnya, tapi ini telfon dari bataliyon mungkin aku dipanggil untuk kembali bertugas" Jawab Stefan dengan alasan yang dibuat-buat. Yuki langsung merebut ponsel Stefan secara paksa dan menonaktifkan ponsel milik Stefan.
"Awas saja jika kau berani melangkah keluar dari sini" ancam Yuki.
***
Sementara itu diasrama, Mike, Maxime bersama anggota paskhas yang lain sedang duduk bersama ingin merayakan kepulangan Stefan. Maxime yang sedang memanggang daging langsung bertanya pada Mike mengenai kehadiran Stefan.
"Mike bagaimana? Apa sudah ada kepastian?" Tanya Max. Mike menggelengkan kepalanya pelan. "Bahkan telfon ku pun tidak diangkat, mungkin dia sibuk" jawab Mike.
"Pak telfon sekali lagi, kami rindu pada kapten!!!" Timpal Marcel. Mike mengangguk kemudian mulai menelfon Stefan. Ia sengaja memperbesar volume ponselnya agar semua yang disitu memdengar percakapannya dengan Stefan.
"Nomor yang anda hubungi sedang tidak aktif atau berada diluar jangkauan..."
"Yah!!!" Rizky berseru kecewa karena no Stefan tak bisa dihubungi. Maxime yang baru saja datang mengantar daging, juga merasa kecewa karena itu tandanya Stefan tak bisa datang kesini.
"Ya sudahlah, kita rayakan saja sendiri, mungkin sekarang dokter Yuki sedang mengurungnya dirumah!!" Timpal Vino dengan raut wajah lucu.
"Wah benar juga, pasti Yuki mengurungnya!!" Seru Mike.
"Haha kapten itu hebat, tapi jika berada dengan istrinya kehebatannya tidak ada apa-apanya" (takut pada Yuki) ujar Marcel dan langsung disambut oleh gelak tawa semua yang ada disitu.

Suamiku Kapten (Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang