Dzenan & Tania (Part 1)

861 102 23
                                    

Tania Palwinta, putri sulung dari bunda Vebby dan ayah Randy, untuk pertama kalinya menyelesaikan pekerjaannya di rumah sakit milik kedua orang tuanya.
Yah gadis cantik mahasiswi aksel berusia 27 tahun itu baru saja menyelesaikan pendidikan S2-nya di UK, mengambil spesialis bedah karena itulah ia baru sehari bekerja disini.

"Dokter Tania!!"

Merasa dipanggil, Tania pun sedikit menoleh ke arah samping. Disana sudah ada Danu, juniornya yang kebetulan sedang magang di rumah sakit ini.

"Hei, lama gak ketemu. Apa kabar?" Tanya Tania senang. Pasalnya ini untuk pertama kalinya mereka bertemu kembali setelah 3 tahun tidak berjumpa.

"Baik dok." Sahut Danu. Danu memperhatikan penampilan Tania dari atas hingga ke bawah, gadis itu tampak cantik memakai kameja putih, celana kain cream dan memakai jas kebanggan mereka tentunya. Ia tersenyum kemudian menjetikan jarinya. "Nah dokter udah cantik, yuk kita temui abang." Ajak Danu.

Tania mengernyitkan dahinya bingung, ia tahu betul siapa abang yang dimaksud oleh Danu. Tapi apakah ia harus bertemu orang itu sekarang juga? Lagi pula kenapa orang itu bisa berada disini, bukankah orang itu adalah dokter militer di Bandung? Entahlah, Tania jadi bingung memikirkannya. Jujur Tania belum siap dan malas juga menemui orang itu.

"Emh.. Hari ini aku sibuk banget nih Dan. Bisa gak ketemunya kapan-kapan aja?" Mohon Tania memelas.

Danu menggelengkan kepalanya cepat. "Gak bisa dok, bisa-bisa bu Vebby marah sama saya. Lagian dok kasihan juga kalau dokter gak temui abang. Abang jauh-jauh dari Bandung buat temui dokter lho." Jelas Danu panjang lebar.

Emang siapa juga yang suruh datang kesini?
Batin Tania menjerit. Ingin rasanya ia menyuruh Danu mengusir saja orang itu dari sini. Namun, ia masih punya akal sehat. Bunda dan ayahnya bisa marah besar kalau tau ia melakukan hal itu.
"Ya udah, dia dimana?" Tanya Tania pasrah.

"Di ruangan saya dok, yuk mari."
Danu terlihat senang. Ia langsung menarik tangan Tania untuk mengikutinya.

000

Dzenan berdiri didepan jendela besar rumah sakit yang langsung menyuguhkan pemandangan lalu lintas disertai suara hiruk pikuk kota Jakarta.
Berulang kali ia melirik jam dipergelangan tangan kirinya sambil sesekali memperbaiki seragam yang ia kenakan.
Dzenan sempat merutuki dirinya sendiri karena terlalu terburu-buru ia sampai tidak sempat mengenakan baju biasa.
Apa yang akan dipikirkan gadis yang akan ditemuinya? Gadis itu jelas-jelas sudah menampakan gelagat kurang suka padanya ditambah lagi Dzenan ingat betul kalau gadis itu tidak suka pria berseragam tentara. Bisa-bisa ia ditendang duluan sebelum ia membicarakan maksud kedatangannya.

Kriet..
Suara pintu diruangan itu terbuka. Dzenan sedikit berjengit karena kaget. Keringat dingin mulai mengucur dari dahinya ketika melihat Danu bersama gadis mungil yang ingin ditemuinya.
Gadis itu adalah Tania, calon istrinya -berkat jodoh-menjodohkan yang dilakukan Ibunya dan Ibu Tania-

"Bang... Pamit ya, selamat berkangen-kangenan sama calon istri. Ingat batasan jangan sampe lepas kendali." Ucap Danu dengan seringaian jahil dan langsung mendapat cubitan penuh cinta dari Tania tepat di perutnya.

"Aaa.. Aduh... Aduhh... Ampun dok. Bercanda.. Iya cuma bercanda." Ucap Danu meminta ampun ketika cubitan Tania semakin mengeras diperutnya.

"Makanya kalau ngomong mulut di jaga." Ucap Tania ketus.
Tania melemparkan tatapan maut ke arah Danu sebelum akhirnya ia melepaskan cubitannya dari Danu.
Danu mencebik lucu, sekali lagi ia berpamitan lalu meninggalkan Tania dan Dzenan dengan suasana yang mulai canggung.

Suamiku Kapten (Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang