Gara-gara Drama Kesukaannya Mommy

869 127 69
                                    

Stefan dan putra bungsunya sibuk membongkar isi lemari besar berisi persediaan pakaian mereka yang memang dibuat khusus untuk memudahkan mereka mencari baju ketika ingin bepergian.

Kyle berdiri sambil bersedekap di depan deretan baju-bajunya.
"Daddy, Kyle harus bawa baju yang mana?" Tanya Kyle bersemangat.

Malam ini, ayah dan anak itu tampak sibuk menyiapkan perlengkapan liburan mereka ke Lyon sekaligus untuk menjenguk Dzenan yang sedang menyelesaikan pendidikan S2 kedokterannya disana.

Selain kedua alasan di atas, liburan ini spesial diminta oleh Kyle karena Kyle, bocah nakal yang sering ikut tawuran, suka tidur di kelas dan banyak kekanalan lainnya yang memgharuskan Mommy Yuki, daddy Stefan dan bang Dzenan keluar masuk ruang guru itu akhirnya berhasil lulus dengan nilai UN tertinggi di sekolahnya.
Kyle lulus di usia yang tebilang cukup muda, 16 tahun.
Stefan sebagai seorang ayah bahkan tak percaya anak bungsunya si pembuat onar akhirnya bisa membuktikan bahwa kelahiran anak itu di dunia ini sangat berguna.
Yuki sampai beberapa kali mengecek ke aslian nilai Kyle. Bukannya tidak percaya, hanya saja Yuki merasa takjub. Itu benar-benar murni nilai hasil kerja keras anaknya. Yah meskipun terkadang guru-guru protes Kyle sering kedapatan tidur di jam pelajaran tertentu.

"Bawa mantel dan baju hangat dek. Disana masih musim dingin." Usul Stefan.

"Kalau gitu, tolong pilihkan baju buat Kyle dad." Ucap Kyle dengan nada tak berdosanya.

Stefan berdecak kesal. Tau begini dari awal ia saja yang menyiapkan perlengkapan mereka. Kyle tidak bisa di ajak membantu, yang ada anak itu malah memerintah sana-sini. Stefan heran, sifat Kyle ini turunan dari siapa?
Kalau Kyle yang pintar, rajin menabung, rajin cuci piring, rajin membersihkan rumah, pasti turunan Stefan. Kalau nakal, pembuat onar, suka memerintah pasti mirip... Sensor.. Stefan tidak ingin menyebutkan merek. Bukan karena takut di tegur kpi, tapi takut di amuk istri.
Ngomong-ngomong tentang istrinya, setelah makan malam Stefan tidak melihat kehadiran Yuki. Bahkan semua perlengkapan liburan mereka, Stefan sendiri yang menyiapkan tanpa bantuann istrinya itu. Lalu dimana Yuki berada?

"Dek, mommy mu kemana? Kok anteng-anteng aja. Biasanya udah heboh kalau kita lagi siap-siap kayak gini." Tanya Stefan sambil memasukan baju terakhir milik Kyle ke koper.

Kyle menoleh menatap Stefan. "Gak tau, nonton paling dad." Balasnya. Laki-laki tampan itu rupanya sedang menyetrika tumpukan cucian Yuki yang menganggur berminggu-minggu.
Stefan jadi terharu. Ia meralat perkataannya tentang Kyle yang tidak bisa di ajak membantu. Nyatanya anaknya itu jauh lebih baik dari kata membantu.

Anak turunan daddy Stefan memang rajin.

Awas, kalau Yuki dengar, kamu bisa di jadiin sate keong.

Stefan mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah membuat si bungsu memutar bola matanya aneh.

"Abang mu udah kabarin masalah tiket buat keberangkatan kita besok dek?"
Tanya Stefan sekali lagi.

"Belum Kyle tanyakan. Rencanya sejam lagi baru Kyle tanyakan." Sahut Kyle sembari menyisihkan baju Stefan, Yuki dan bajunya yang telah ia setrika.

Stefan mengangguk-angukan kepalanya tanda paham. Pria itu hendak berjalan keluar kamar, tapi suara Kyle menghentikan langkahnya.

"Daddy, jangan coba-coba kabur. Kyle udah bosan dengan tingkah daddy. Apa susahnya sih angkat baju Daddy sendiri yang udah Kyle setrikain?"

Stefan tertawa aneh. Ia malu karena kedapatan mencoba kabur untuk kesekian kalinya. Stefan langsung memghampiri Kyle dan mengangkat segunung pakaiannya. "Ck siapa bilang daddy kabur, daddy cuma mau ngecek sendal daddy masih utuh gak di depan pintu."

Suamiku Kapten (Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang