Stefan & Yuki (Part 2)

972 130 32
                                    

Yuki keluar dari kamar mandi dengan langkah gontai. Di tempat tidur, sudah ada Stefan yang berbaring sambil bermain game di ponselnya.

Jalan-jalan seharian penuh bersama Stefan membuat Yuki senang, lelah sekaligus sedih.
Setelah memutuskan untuk mengikuti Dzenan dan Tania secara diam-diam di bioskop, Yuki baru mengetahui jika Tania sudah memiliki seorang kekasih. Lalu bagaimana nasib putra sulungnya?
Yuki menyesal, andai Yuki tidak menjodohkan putra sulungnya itu dengan Tania, mungkin sekarang Dzenan bisa mencari gadis lain tanpa harus bertahan dengan Tania.

"Kenapa mom? Masih mikirin Dzenan sama Tania?" Tanya Stefan yang kini telah meletakan ponselnya di atas nakas.

Yuki mengangguk mengiyakan. Ia berjalan mendekati Stefan lalu duduk tepat disamping suaminya itu.
"Gimana nih dad, apa kita batalin aja? Kasihan Dzenan." Ucap Yuki bergumam.

Stefan tersenyum, ia mengambil mangkuk berisi timun dan meletakannya di atas tempat tidur.
"Ngapain di batalin. Dzenan udah tau Tania punya pacar tapi dia masih bertahan, itu tandanya anak kita masih sayang sama Tania."

"Tapi Stef.."
Belum lagi Yuki menyelesaikan pembicaraannya, Stefan lebih dulu menyela.
"Biarlah, Dzenan udah dewasa, bukan anak kecil lagi. Dia tau mana yang baik buat dia dan mana yang tidak. Lagian aku juga yakin paling bentar lagi Tania lebih milih anak kita ketimbang sapa tuh namanya, Hanger?"

Yuki yang awalnya agak sedih kini mulai tertawa karena Stefan tampaknya sedang menghiburnya menggunakan plesetan nama Hafif.
"Hafif sayang, bukan hanger. Emang kamu kira gantungan pakaian apa?" Sahut Yuki disela tawanya.

"Rencananya sih tu anak mau daddy bikin jadi gantungan pakaian mom. Lumayan kan buat tambahan stok hanger kita."

Tawa Yuki semakin menjadi-menjadi mendengar guyonan Stefan.
"Emang kita semiskin itu apa, sampai beli hanger aja gak bisa."

Stefan tersenyum kecut, mendengar ucapan Yuki membuat Stefan kembali teringat dengan kartu debitnya. Apa kabarnya dengan uang tabungannya? Entahlah kalau Stefan tidak punya banyak uang, mungkin mereka akan benar-benar bangkrut dan terpaksa tinggal di gua seperti saran tetangga mereka, HaruhiLarasFujioka 😂.

"Sekarang emang nggak, tapi 20 tahun lagi mungkin aja. Yang punya gaji banyak siapa yang bayarin belanjaan siapa." Cibir Stefan.

Yuki terkekeh pelan. Ia mencubit bibir Stefan yang manyun. "Ih gak bakalan bangkrut kali. Lagian kamu cerewet banget sih sayang. Perasaan dulu kamu santai-santai aja deh bayarin belanjaan aku."

Stefan menghela nafasnya sejenak, ia mengambil bantal dan meletakan bantal itu di atas paha Yuki. Dengan gerakan santai, pria itu segera merebahkan kepalanya disana. "Kan daddy udah tua mom, gak seperti dulu. Masih muda, masih bisa rajin cari duit." Ucapnya.

Yuki tampak berpura-pura berpikir. Ia meletakan jari telunjuknya di dagu.
Agaknya, ucapan Stefan mampu membuat Yuki melupakan kesedihannya karena Dzenan sejenak.
"Iya juga sih.. Daddy udah tua ya, pantes aja perutnya udah buncit." Sahut Yuki mengejek.

"Hah? Buncit apanya, wah si mommy kalau ngomong suka gak bener nih, orang badan daddy masih keren-keren aja kok." Balas Stefan tak terima. Ia mendongakan wajahnya menatap Yuki yang kini sedang menunduk menatapnya balik.

"Oh iya? Masa sih? Gak percaya." Ucap Yuki jahil.
Sebenarnya apa yang dikatakan Yuki itu bohong. Stefan masih tetap sama seperti yang dulu, hanya saja sekarang rambut Stefan sudah mulai beruban. Badannya juga lebih berisi, bukan buncit.

Stefan bangkit dari posisi tidurnya, ia menaikan sebelah alisnya. "Gak percaya? Mau lihat?"
Stefan sudah bersiap ingin membuka kancing piyamanya. Namun, tawa Yuki meledak. Yuki memukul-mukul bahu Stefan agar bisa mengontron tawanya, tapi nihil. Ia masih tetap tertawa.
Stefan mendengus sebal, tapi beberapa detik kemudian ia tertawa.
Stefan malah asyik memandangi wajah cantik istrinya saat sedang tertawa. Tak banyak perubahan, baginya istrinya itu masih tetap cantik.

Suamiku Kapten (Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang