XXIX

1.9K 237 21
                                    

Beberapa bulan berlalu, usia kandungan Yuki sudah menginjak 9 bulan. Yuki masih terlihat cantik meskipun berat badannya sudah bertambah beberapa kilo.
Pagi ini Yuki semakin terlihat cantik dengan memakai dress santai berwarna merah dipadukan dengan coat berwarna hitam dan sepatu boot berhak rendah. Ia tengah sibuk memeriksa pasien-pasiennya ditemani letnan Ameela beserta Chrissy yang sekarang bertugas menjadi seorang perawat sukarelawan disana. Hingga beberapa menit kemudian ketiganya tersenyum ketika kegiatan mereka selesai.

"Tidak terasa sekarang memasuki bulan Januari, aku jadi rindu rumah" Ujar Ameela. Chrissy tersenyum menanggapi Ameela.

"Aku juga. Aku rindu pada keluarga ku" Timpal Chrissy.

"How about you dr. Yuki?" Tanya Chrissy. Yuki yang awalnya sedang membaca langsung menghentikan kegiatannya sejenak. Ia menatap Ameela dan Chrissy bergantian.

"Aku merindukan ayah dan ibu ku, sangat. Tapi aku bahagia bisa tinggal bersama anak dan suami ku disini" Jawab Yuki. Ia mengedarkan pandangannya keluar jendela, senyumnya merekah ketika melihat suaminya datang bersama Dzenan.

"Erh, dr. Yuki, are you okay?" Ameela merasa heran melihat Yuki yang menurutnya sedang tersenyum tanpa sebab.

"She is in love for the thousandth time, I guess" Ujar Chrissy seraya menunjuk ke arah Stefan dan Dzenan. Ameela mengerucutkan bibirnya kemudian memandang Chrissy lalu keduanya tertawa.

"Mungkin kita harus meninggalkannya sendirian" Seru Ameela sebelum akhirnya ia dan Chrissy benar-benar meninggalkan Yuki yang kini melihat Stefan semakin mendekat ke arahnya.

"Mommy" Teriak Dzenan riang. Ia berlari kecil ke arah Yuki kemudian mencium punggung tangan Yuki dan bergantian mencium perut Yuki.

"I hope you're okay my little brother" Ujar Dzenan berbisik tepat diperut Yuki. Yuki tersenyum ia mengelus puncak kepala Dzenan.

"Hi Mommy" Ujar Stefan yang sudah berada diantara Yuki dan Dzenan. Stefan tersenyum ia menciumi dahi, mata, hidung dan ingin mencium bibir Yuki namun Yuki mencegahnya hingga membuatnya mengernyit bingung. Yuki tersenyum gemas, ia mencubit hidung Stefan dan melirik ke arah Dzenan yang sedang asyik memeluk perutnya. Stefan tersenyum kikuk ia mengerti maksud Yuki.

"Tapi anak kita tidak bisa melihatnya" Bisik Stefan tepat ditelinga Yuki dan sesaat kemudian ia mendaratkan bibirnya dibibir Yuki dengan cepat. Yuki mendelikan matanya ke arah Stefan, ia terkejut dengan ulah suaminya dan suaminya itu hanya tertawa sambil mensejajarkan dirinya dengan tubuh Dzenan.

"How's your school today son?" Tanya Yuki pada Dzenan. Dzenan mendongakan kepalanya melihat Yuki.

"Pretty good mom, aku belajar banyak hari ini" Jawab Dzenan riang. Yuki tersenyum geli melihat tingkah Dzenan, ia mencubit pipi anaknya dengan sayang.

"Okay, cepat ganti baju mu dan makan, kau ingin mommy buatkan makanan apa?"

"Aku ingin sup mom, ok mom aku akan mengganti baju dan kembali kesini dalam waktu 30 menit" Setelahnya Dzenan kembali mencium punggung tangan Yuki dan Stefan ia berpamitan pergi dari sana. Stefan dan Yuki tersenyum senang melihat Dzenan yang mulai jauh dari pandangan mereka.
Yuki memegangi punggungnya yang terasa agak sakit akibat berdiri berjam-jam. Stefan memperhatikan gerak-gerak Yuki dan ia tau istrinya butuh duduk. Dengan cepat Stefan mengambil kursi dibelakangnya, memberikannya pada Yuki.

"Terimakasih sayang" Ucap Yuki dengan senyum merekah. Stefan mengangguk. Ia mengambil kursi lain dan meletakan didepan Yuki berniat untuk duduk berdekatan dengan istrinya.

"Kau bekerja sendirian?" Tanya Stefan. Ia mengedarkan pandangannya melihat seisi ruangan. Tapi ruangan itu kosong tak ada siapapun kecuali dirinya dan sang istri.

Suamiku Kapten (Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang