XX

3.3K 306 58
                                    

(Mirip dost 😂)

Stefan sedang berdiri tegap, memberi hormat pada Sunaryo kemudian mulai melaporkan kejadian semalam.
"Tadi malam, pukul 21.23, kami menangkap tersangka yang diduga adalah sindikat pedagang senjata illegal, 2 korban terluka dan 1 korban meninggal. Sisanya kami serahkan pada petugas kepolisian. Laporan selesai"
Sunaryo menatap Stefan tajam, ia mengetuk-ngetukan bolpoint miliknya diatas meja hingga bolpoint tersebut pecah. "Aku sudah mendengarnya. Mereka bukan sindikat pedagang senjata illegal biasa. Tidak ada yang tau dengan siapa mereka berhubungan. Apa kau tau mereka juga tidak takut pada hukum hah?" Bentak Sunaryo. Stefan hanya terdiam dalam posisinya dan hal itu malah membuat emosi Sunaryo semakin menjadi-jadi. "Sebaiknya kita tidak usah terlibat dengan mereka. Harusnya kau yang lebih mengetahui itu!!" seru Sunaryo dengan emosi menggebu-gebu.
"Baik pak" Ujar Stefan. Sunaryo memijat-mijat pelipisnya pelan. Ia menaikan sebelah tangannya dipinggang. "Pergilah dan jangan lupa tulis laporannya secara rinci" ujar Sunaryo lantang. Stefan kembali terdiam, ia menatap Sunaryo dengan tatapan tak percaya. "Siap laksanakan pak" Jawab Stefan tegas lalu memberi hormat pada Sunaryo dan berjalan pergi dari situ, menuju ke tempat Yuki.
***
Sementara itu dimobil, Yuki masih menunggu Stefan dengan setia. Setelah percakapan panjangnya dengan Nancy serta Rainer selesai, Yuki pun memutuskan untuk mengikuti kemauan Nancy, agar dirinya segera pulang. Meskipun awalnya ia tak setuju, namun setelah dipikirkan baik-baik, perkataan Nancy memang ada benarnya, tempat teraman bagi Yuki memang bukan disini, terlebih lagi kedua orang tuanya juga sudah memesan tiket untuknya. Yuki menghela nafasnya sejenak, ia tak tau harus bagaimana jika nanti keinginan anehnya muncul tapi tak ada Stefan didekatnya. "Apa ibu harus belajar jauh dari ayah mu? Lalu bagaimana dengan kakak mu?" Gumam Yuki pelan sambil mengelus perutnya, mengajak bayi dikandungannya untuk berbicara. Tanpa disadarinya, Stefan sudah berada didepan pintu mobil entah sejak kapan. Ia mendengar ucapan Yuki dan sedikit merasa kecewa karenanya. Stefan pun beralih menuju pintu sebelah lalu membukanya. Yuki sedikit tekejut mendengar suara pintu mobil terbuka meskipun ia bisa menebak, yang membuka pintu itu adalah suaminya. Stefan mengemudikan mobilnya dalam diam, wajahnya terlihat datar. Yuki mengernyitkan dahinya bingung, suaminya memang selalu begitu, berwajah datar dan tak banyak bicara, tapi kali ini Yuki merasa itu sedikit berbeda dari Stefan yang biasanya. Perlahan Yuki mulai menggandeng lengan Stefan. Ia mendongakan kepalanya melihat wajah Stefan yang sedang fokus menyetir. "Sayang ada apa?" tanya Yuki pelan. Stefan hanya diam tak merespon ucapan Yuki. Yuki masih dengan sabar menunggu suaminya agar bicara. "Kenapa kau tidak minta izin terlebih dahulu pada ku" Ujar Stefan dingin. Yuki tersentak mendengar nada bicara Stefan. Ia belum tahu kalau Stefan sudah mendengar keputusannya untuk pulang. "Izin untuk apa?" tanyanya bingung. Stefan melepas paksa gandengan Yuki dilengannya. Ia tersenyum getir. Dulu saat Yuki ingin menyusulnya, ia juga tiak izin padanya, dan itu begitu membuat Stefan khawatir bukan main dan sekarang sama halnya dengan kejadian dulu, Yuki juga tidak meminta izin padanya atau sekedar menanyakan pendapatnya. Hal itu membuat Stefan sedikit kecewa. "Sebenarnya aku ini suami mu atau bukan?" Tanya Stefan sinis. Yuki membulatkan matanya sempurna, ia tak menduga kata-kata itu akan keluar dari mulut Stefan. "Kita ini sudah menikah, kau adalah tanggung jawabku, apa begitu sulit untuk membicarakan segala sesuatu bersama?" Stefan menegur Yuki keras. Yuki sadar bahwa Stefan sudah mengetahui pembicaraannya dengan Nancy. Mendadak emosi Yuki meluap, bukankah dulu Stefan sangat marah padanya, ketika ia menyusul kesini? Tapi mengapa saat ia ingin pulang, Stefan juga memarahinya?

"Memang apa salahnya kalau aku tidak memberitahukan mu terlebih dahulu? Lagi pula bukannya kau senang aku tidak disini? Tidak menganggu kegiatan mu itu hah? Kenapa kau sangat egois?" Bentak Yuki. Stefan menggelengkan kepalanya tak percaya. Inilah yang selalu terjadi jika ia berdebat dengan istrinya. Entah Yuki melihat dari sisi mananya hingga mengatakan Stefan egois,bukankah selama ini yang lebih egois adalah dirinya?
"Terserah kau saja" Ujar Stefan pasrah. Sepertinya saat ini ia sedang tak ingin berdebat dengan istrinya. Yuki terperanjat mendengar reaksi Stefan. Apa ia sudah keterlaluan kali ini? Seketika rasa bersalah mulai menghampirinya. "Sayang maafkan aku.." lirih Yuki. Stefan masih diam tak bergeming dari posisinya. Ia sudah terlanjur kecewa berat pada Yuki.

Suamiku Kapten (Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang