XXVI (Part 1)

2.8K 307 37
                                    

"Sayang besok kau berangkat jam 3 pagi kan?" Tanya Yuki memastikan. Stefan yang sedang melakukan push up langsung menoleh ke arah Yuki yang kini sedang berbaring sambil memainkan game diponsel miliknya. "Iya sayang" jawab Stefan.

"Berapa lama?" Tanya Yuki sekali lagi.

"5 hari" Balas Stefan singkat hingga membuat Yuki terkejut. Ia menghentikan gamenya sejenak kemudian mengubah posisi tidurnya menjadi duduk. "Terlalu lama sayang" Rengek Yuki sembari menepuk-nepuk sisi ranjangnya menyuruh Stefan untuk segera menemaninya. Stefan menghela nafasnya sejenak lalu menghentikan kegiatannya dan menghampiri Yuki. Dengan sigap Yuki langsung mengusap peluh didahi suaminya menggunakan handuk kecil yang sudah ia siapkan. "Kita kan sudah sepakat sayang" Ujar Stefan. Yuki menganggukan kepalanya lemah. Ia memeluk lengan Stefan erat. "Sayang aku ikut ya?" Mohon Yuki.

"Aku ini bekerja sayang bukan pergi liburan, lagi pula aku hanya 5 hari disana" Jelas Stefan sembari mengelus lembut pipi istrinya. Yuki mendongakan wajahnya menatap Stefan yang kini juga sedang menatapnya

"Aku ingin ikut sayang, aku janji tidak akan menyusahkan mu!! Ya? Ya? Lagi pula kita kan sudah tidak bertemu selama 4 bulan" Ujar Yuki memohon. "Aku juga ingin menemui Dzenan" Lanjutnya. Stefan mendesah pelan, ia melepas tangan Yuki dari lengannya, kemudian mendudukan Yuki dihadapannya. "Nanti saja kalau kau sudah selesai melahirkan baru kau boleh ikut, Dzenan akan ku bawa pulang kesini" Ujar Stefan memberi pengertian pada Yuki. "Aku maunya sekarang sayang, aku mohon" Yuki kembali memohon, entah sejak kapan air mata Yuki sudah menggenang dipelupuk matanya.

"Hei jangan menangis, iya iya kau boleh ikut sayang" Ucap Stefan. Entah mengapa ia tak tega jika melihat istrinya menangis dan ini bukan untuk pertama kalinya Yuki menangis jika ingin meminta sesuatu padanya, sudah bisa ditebak ujung-ujungnya akan berakhir seperti ini, Stefan selalu mengalah serta menuruti permintaan Yuki.

"Yeaayy, thank you daddy" Ujar Yuki dengan gembiranya. Ia menangkup wajah Stefan dan menciumi seluruh wajah suaminya itu hingga berakhir dengan memeluknya erat. Stefan hanya tersenyum menanggapi tingkah istrinya.

"Istriku benar-benar labil" Batin Stefan.

***

Jakarta, Indonesia

pukul 02.21

Stefan dan Yuki sudah sampai dibandara. Stefan menggandeng tangan Yuki memasuki bandara sedangkan sebelah tangannya ia gunakan untuk memegang ransel. Yuki tampak senang, berkali-kali ia mendongakan wajahnya menatap Stefan yang masih fokus melihat jalanan didepan sambil kedua tangannya ia gunakan untuk memeluk lengan Stefan dengan manjanya. Stefan tersenyum gemas melihat tingkah istrinya yang terlihat seperti anak kecil.

"Sudah membawa mantelmu?" Tanya Stefan. Yuki mengangguk cepat, ia menunjuk mantel yang ia sampirkan ditangannya. "Apa aku harus memakainya sekarang?" Tanya Yuki balik. Stefan mengangguk mengiyakan. Yuki mengerti ia melepas gandengan tangannya kemudian memakai mantel dibantu oleh Stefan. Saat mereka sedang asyik dengan kegiatan mereka, tiba-tiba anggotanya Stefan yang lain datang mendekati mereka. Stefan terkejut ia ingat bahwa anggotanya itu sudah tau kejadian memalukan kemarin sore. Ia sudah bisa menebak, mereka semua pasti akan mengganggunya. "Hai Kapten!!" Sapa mereka serempak. Tak seperti dugaan Stefan ternyata mereka semua tak mengganggunya. Wajar saja mereka tak ingin kena imbas seperti Mike, itulah sebabnya mereka memilih diam menahan tawa.

Stefan tersenyum dan membalas sapaan mereka. "Oh dokter anda juga ikut?" Tanya Mereka saat melihat Yuki yang berada disamping Stefan.

"Iya, kalian apa kabar?" Tanya Yuki ramah. Mereka tersenyum lebar dan berebutan untuk bersalaman dengan Yuki.

Suamiku Kapten (Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang