Para Ayah Tangguh part 2

1.2K 160 7
                                    

"Zeva, udah siap sayang?" Tanya Maxime pada putri cantiknya yang berusia 4 tahun.
Hari ini putri kecilnya itu libur sekolah karena guru-gurunya sedang ada acara. Alhasil putri cantiknya itu memutuskan untuk ikut sang ayah ke kantor, karena Anda, mamanya sudah berangkat pagi-pagi ke rumah sakit. Untuk mengobati orang sakit, seperti itulah yang biasa Zeva dengar dari mamanya.
Zeva berlari pelan ke arah sang ayah yang sudah berada di dalam mobil. Hari ini ia tampak cantik menggunakan dress berwarna biru muda dengan rambut di kuncir kuda, hasil karya ayahnya.

"Déjà, papa." (Sudah, daddy) Sahut Zeva menggunakan bahasa daerah ayahnya.

Maxime tersenyum, ia menepuk kursi di sebelahnya menyuruh sang anak untuk duduk. "Bonne fille. Es-tu prêt?" (Good girl, are you ready?)

Zeva mengangguk mengiyakan. Ia mulai memasang sabuk pengaman di bantu oleh sang ayah. "Daddy, tunggu. Zeva belum salim sama bibi Susan."
Zeva pun melepas sabuk pengamannya lalu berlari keluar menghampiri bibi Susan pembantu di rumahnya yang kini tengah menyiram bunga di halaman samping.
Maxime memperhatikan gerak-gerik putrinya dan tersenyum.

Dugh.. Dahi Zeva tak sengaja berbenturan dengan perut bi Susan.
"Aduh non Nichel, non gak apa-apa?" Tanya bi Susan panik. Bi Susan selalu memanggil Zeva menggunakan nama tengahnya.

Zeva tersenyum lebar sambil mengusap dahinya. "Zeva gak apa-apa bibi. Bibi Zeva mau berangkat. Salim." Ucapnya sembari menarik tangan bi Susan.

Bi Susan tersenyum gemas, ia menyodorkan tangannya dan setelah mendapatkan apa yang ia mau. Si cantik itu langsung berlari kembali menghampiri sang ayah.

"Udah sayang?" Tanya Maxime.

"Udah daddy. Ayo kita berangkat. Nanti ada dek Kyle sama dek Daffa kan daddy?" Tanya Zeva antusias.

"Iya sayang. Tadi daddy udah tanya om Stefan. Katanya adek Kyle di ajak." Jawab Maxime sambil fokus menyetir mobil. "Nah itu dek Daffa sama om Mike baru keluar dari pagar." Lanjut Maxime. Ia menunjuk Mike dan Daffa menggunakan tangan kanannya.

Zeva langsung merapatkan wajahnya pada kaca mobil. Diam-diam Zeva mulai tertarik karena om Mike selalu membawa Daffa keluar rumah memakai motor, jarang sekali ia melihat om Mike membawa Daffa menggunakan mobil. Kecuali tante Angel. Begitulah pemikiran Zeva.

"Daddy, kita kenapa gak naik motor kayak om Mike dan dek Daffa? Kayaknya seru ya daddy naik motor." Ucap Zeva antusias.

"Kan Zeva udah pernah naik motor sama daddy dan mama."

Zeva tampak berpikir sejenak. Ia menatap sang ayah yang tetap fokus ke jalanan. Pagi ini cuaca sedang mendung hingga jalanan di kompleks perumahannya tidak seramai biasanya. "Kapan? Kok Zeva gak ingat."

"Waktu Zeva masih umur satu tahun. Waktu itu mobil Daddy rusak. Akhirnya Zeva, daddy sama mama jalan-jalan pake motor deh." Jawab Maxime mengenang masa lalunya dengan anak dan istrinya. Pria itu tersenyum hingga menampilkan lesung pipinya.

"Pantesan Zeva gak ingat." Gumam Zeva. "Daddy, kalau besok kita jalan-jalan pake motor. Boleh gak?"

"Hemh, gimana ya? Kalau mama izinin ya ayo. Daddy gak keberatan." Sahut Maxime.
Anda memang sangat protektif pada putri semata wayangnya. Ia bahkan tidak mengizinkan Maxime membawa putri mereka menggunakan motor. Keterlaluan memang. Tapi siapa yang peduli? Toh itu juga untuk kebaikan putrinya. Anda hanya akan mengizinkan anaknya naik atau di bonceng memakai motor pada saat putrinya itu sudah berumur lebih dari 12 tahun.

Zeva mengerucutkan bibirnya lucu. "Yah, mana mungkin mama izinin. Daddy ayolah minta izin ke mama yuk. Zeva pengen jalan-jalan pake motor sama mama dan daddy. Kayak dek Daffa, om Mike sama tante Angel itu lho daddy." Ucapnya memohon.

Suamiku Kapten (Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang