XV (part 2)

2.9K 319 48
                                    

Siang berganti menjadi malam, sudah selama itu Yuki dan Stefan tertidur. Perlahan Stefan mulai membuka matanya, ia merasakan suhu badan Yuki yang semakin panas. Stefan tampak khawatir. Ia berniat bangun dan memanggil Ameela untuk memeriksa Yuki, namun Yuki masih memeluknya erat dengan posisi yang masih sama seperti tadi siang.

"Sayang.. Ayo bangun!!" Ujar Stefan lembut sambil sesekali mengguncang tubuh Yuki pelan. Tak butuh waktu lama, Yuki pun terbangun. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya. "Nngh ada apa?" Tanya Yuki dengan mata setengah terpejam. Ia mulai meringis kesakitan, Kepalanya terasa berat dan kram diperutnya sepertinya belum benar-benar pulih. Stefan Semakin khawatir dibuatnya. Ia menatap Yuki lekat-lekat. "Apa dia hamil? Gejalanya seperti orang sedang hamil, tapi tidak mungkin.. Ini terlalu cepat" batin Stefan.
"Kau harus segera diperiksa? Apa terasa sangat sakit?" Tanya Stefan cemas. Yuki menggelengkan kepalanya cepat. Ia merajuk. "Tidak mau!! Aku ini dokter, aku bisa memeriksa diriku sendiri dan lagi untuk apa memanggil dokter Ameela? Suami ku juga seorang dokter" jelas Yuki. Stefan menghembuskan nafasnya kasar. Ia melepaskan pelukan Yuki. "Kenapa kau senang sekali membantah?" Ujar Stefan dengan nada suara meninggi. Yuki terkejut, ia membalikan tubuhnya, tak terasa Yuki mulai kembali menangis. Stefan bingung melihat tingkah Yuki. Pandangannya terfokus pada bahu Yuki yang bergetar, Stefan sadar bahwa Yuki menangis terisak.
"Sayang Maaf aku.."

"Sudah aku bilang , aku tidak mau, kenapa masih memaksa ku" sela Yuki sambil terisak. Stefan heran melihat tingkah istrinya. Apa karena itu, istrinya jadi sedikit sensitif?
Stefan mengusap pelan lengan Yuki, ia mencium bahu Yuki. "Iya maafkan aku, jangan menangis lagi" ujar Stefan lembut. Refleks Yuki berbalik, memeluk Stefan erat. "Janji?" Tanya Yuki pelan. Ia mendongakan kepalanya menatap Stefan. Stefan tersenyum menganggukan kepalanya. Tangannya terulur menghapus air mata Yuki. Setelahnya mereka berdua pun terdiam. Stefan dengan batinnya yang masih bertanya-tanya tentang dugaannya, sedangkan Yuki dengan manjanya, ia masih memeluk Stefan, sebelah tangannya memainkan kancing baju didada Stefan.
"Sayang.." Panggil Yuki. Dan Yuki bisa menebak apa jawaban suaminya. "Henh?" Ujar Yuki bersamaan dengan Stefan. Yuki mengembungkan pipinya kesal. "Kenapa jawaban mu selalu seperti itu?" Rajuknya.
Stefan kembali menghela nafasnya. Entah apa alasannya, yang pasti ia tau sekarang istrinya itu sedang sensitif. Ia mengelus lembut punggung Yuki dan kembali menjawab pertanyaan Yuki dengan kata-kata sedikit panjang, panjang menurut versi Stefan. "Iya sayang?"
Yuki masih mengembungkan pipinya, tangannya masih tetap memainkan kancing baju Stefan. Yuki mendongakan kepalanya menatap Stefan. "Sayang aku lapar.. Aku ingin makan lemon" jawab Yuki. Stefan menautkan kedua alisnya bingung saat mendengar lemon sebagai permintaan Yuki diakhir kalimat. Apa ia tak salah dengar?
"Lemon?" Tanya Stefan sekali lagi untuk memastikan pendengrannya. Yuki mengangguk. "Iya, tidak tau kenapa tapi aku ingin lemon sekarang"

"Disini tidak ada orang yang menjual lemon, kira harus ke kota untuk mendapatkannya" jawab Stefan memberi pengertian pada Yuki. Yuki mendengus kesal, ia tau jarak tempat mereka dan kota akan memakan waktu perjalanan 5 jam lamanya jika menggunakan mobil. Meskipun begitu Yuki tetap ingin Stefan membelikan lemon untuknya. "Aku tidak mau tau bagaiamana caranya. Aku mau itu sekarang!!!"
Tanpa banyak berkomentar Stefan pun mengiyakan permintaan Yuki. "Baiklah tunggu disini, aku akan membelikan lemon untuk mu"
Yuki menggelengkan kepalanya cepat. Ia tak mengizinkan Stefan pergi. "Sayang jangan pergi, minta bantuan letnan Mike saja" ujar Yuki dengan manjanya. Stefan tersenyum gemas melihat tingkah Yuki. Ia melirik jam dinakas, ini sudah jam makan malam dan waktu untuk absen rutin, itu tandanya Mike sibuk mengabsen mereka, menggantikan tugasnya. Perlahan Stefan mulai melepas pelukan Yuki. Ia duduk disamping Yuki. "Mike sedang sibuk sayang. Aku janji akan datang tepat setelah 30 menit" jelas Stefan. Yuki enggan mengizinkan Stefan, tapi karena perut dan keinginan anehnya tak bisa diajak kompromi, Yuki pun mengizinkan Stefan. "Jangan lama-lama, setelah kembali kau harus menemani ku disini"

Suamiku Kapten (Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang