XXVII (Part 2)

2.7K 300 27
                                    

Setelah beberapa menit perjalanan, Stefan menghentikan mobilnya didepan sebuah caffe. Sesekali ia melirik jam dipergelangan tangannya, sudah 3 jam berlalu namun ia belum mendapatkan permintaan istrinya.

"Tidak ada cara lain, aku harus membuatnya sendiri" gumam Stefan. Ia pun berjalan masuk ke dalam caffe.

"Excusme... Oh kapten Stefan?" Tanya seorang wanita yang ternyata adalah wanita pemilik caffe disana. Wanita itu sedikit terkejut melihat kehadiran Stefan, sama halnya dengan wanita tersebut, Stefan juga terkejut dengan kehadiran si wanita yang tiba-tiba berada dihadapannya.

"Oh hai Nichel, lama tak berjumpa, bagaimana kabar mu?" Tanya Stefan.

"Aku baik-baik saja, apa yang membawamu kesini kapten?" Tanya Nichel balik. Stefan menghela nafasnya sejenak sebelum menjawab pertanyaan Nichel.

"Aku kesini ingin meminjam dapur caffe mu" Jawab Stefan. Nichel mengerutkan keningnya tak paham.

"Dapur? Untuk apa?" Tanyanya sekali lagi.

"Istri ku sedang ngidam, dia ingin makan martabak, tapi kau tau sendiri kan tempat membeli martabak itu sangat jauh." Jelas Stefan. Nichel tertawa pelan mendengar jawaban Stefan.

"Ya aku tau itu, permintaan istrimu memang benar-benar ekstrim, henhh bagaimana kalau kita membuatnya sendiri?" Tawar Nichel masih diselingi dengan tawanya dan lagi-lagi Stefan mendengus. Ia tersenyum, kemudian berjalan masuk mengikuti Nichel yang sudah lebih dulu berjalan ke arah dapur.

***
Sementara itu di camp, Yuki dan kawan-kawan telah selesai mendekorasi ruangannya sedemikian rupa. Ruangan tersebut terlihat indah dan ada sebuah kue ulang tahun yang sudah tertata rapi di atas meja.

"Mommy, kapan daddy datang?" Tanya Dzenan sembari memperhatikan kue dihadapannya dengan penuh minat.

"Sepertinya ayah mu tidak akan datang secepat yang kita perkirakan, permintaan ibu mu itu sangat mustahil didapatkan" Ujar Ameela diselingi dengan tawanya. Yuki berbalik mendapati Ameela, ia mengerucutkan bibirnya.

"Maksud mu permintaan ku terlalu berlebihan?" Tanya Yuki merajuk. Ameela menaikan sebelah alisnya bingung karena Yuki benar-benar sensitif.

"Bukan begitu, aku hanya bercanda, ia kan Chrissy?" Tanya Ameela pada Chrissy yang berada disamping Yuki. Chrissy tersenyum lebar sembari tetap memakan kuenya.

"Ia dr. Ameela hanya bercanda, dr. Yuki" Jawab Chrissy santai. Yuki melipat kedua tangannya didepan dada layaknya anak kecil yang sedang merajuk.

"Jadi kenapa dia belum datang?" Tanya Yuki. Ameela dan Chrissy terdiam sejenak, mereka saling memandang bersamaan.

"Permintaan mu itu aneh, bagaimana bisa suami mu mendapatkannua secepat mungkin?" Batin Ameela.

"Martabak disiang hari dan ditempat seperti ini? Mustahil" Batin Chrissy.

"Mommy, bagaimana jika aku dan paman Mike mencari daddy? Ini sudah 3 jam berlalu, tapi daddy belum datang juga." Tawar Dzenan. Yuki melihat jam dipergelangan tangannya dan apa yang dikatakan Dzenan memang benar, sudah 3 jam berlalu, namun tanda-tanda suaminya akan pulang belum terlihat. Wajahnya berubah menjadi cemas.

"Bagaimana ini? Apa kita harus mencarinya?" Tanya Yuki meminta pendapat pada Ameela dan Chrissy. Seolah tau bahwa Yuki sedang cemas,Chrissy pun menghentikan kegiatannya. Ia memegang tangan Yuki dan berkata bahwa Stefan akan baik-baik saja.

***
Caffe
45 menit kemudian...

"Jangan!!!! Bukan coklat bubuk yang kita perlukan tapi coklat yang itu!!!" Seru Nichel histeris saat Stefan hendak memakai coklat bubuk pada martabak buatan mereka yang bentuknya terlihat sedikit aneh atau sebut saja overcook. Stefan menghela nafasnya berat, bajunya penuh dengan tepung, diwajah dan tangannya banyak sekali terdapat sisa mentega dan adonan.

"Maaf, apa yang ini?" Tanya Stefan sembari memegang coklat batangan yang tadi telah ditunjukan oleh Nichel. Nichel mengangguk cepat.

"Ya yang itu!!! Apa istri mu suka keju? Aku rasa kita bisa memasukan keju untuk isi martabak selanjutnya" Ujar Nichel. Stefan tak menghiraukannya. Ia sedang sibuk menabur coklat yang telah diparutnya diatas martabak pertama hasil buatannya sendiri. Nichel tersenyum geli melihat tingkah Stefan yang begitu antusias dan serius layaknya seorang anak kecil yang mendapatkan mainan baru. Ia pun kembali fokus pada martabak yang sedang dibuatnya.
Saat keduanya sedang asyik membuat martabak, tiba-tiba ponsel Stefan berdering tanda panggilan masuk. Ia pun menghentikan kegiataannya sejenak. Dilayar ponselnya tertulis Mike memanggil.

"Ya hallo"

"Hallo, kau dimana?" Tanya Mike diseberang telfon. Stefan membersihkan tangannya dan mengode Nichel agar menggantikannya.

"Aku di caffe sedang membuat martabak, apa Yuki mencari ku?"

"Ya, dia mencari mu, sepertinya istri mu khawatir pada mu. Kau kemana saja?" Tanya Mike penasaran. Stefan melirik jam ditangannya, hampir 4 jam berlalu, pantas saja jika istrinya itu khawatir padanya.

"Aku di caffe" Jawab Stefan datar. Mike mengerutkan keningnya bingung.

"Di Caffe? Sedang apa kau disana? Memangnya disana kau bisa mendapatkan martabak hah? Ingat istri mu sedang hami besar!!" Bentak Mike. Sepertinya Mike salah sangka. Ia mengira Stefan kelelahan dan bermain disana. Stefan yang tau apa isi pikiran Mike langsung mendengus kesal.

"Kau ini!!! Aku bukan kesini bukan 'bermain' tapi membuat martabak" Jelas Stefan sembari menekankan kata bermain.

"Membuat martabak?" Tanya Mike sekali lagi dan langsung dibenarkan oleh Stefan. Setelahnya suasana diantar mereka menjadi hening hingga beberapa detik kemudian tawa Mike pun pecah. Stefan terkejut, ia menjauhkan ponsel dari telingannya.

"Hahahaha, memangnya kau bisa membuat martabak? Hei Kapten lebih baik kau pulang dan bilang bahwa kau tidak bisa mendapatkan martabak dari pada membuatnya, aku yakin rasa martabak yang kau buat pasti aneh" Ujar Mike meremehkan. Stefan kembali kesal dibuatnya.

"Berisik!! Katakan padanya 10 menit lagi aku pulang" ujar Stefan.

***

"Baiklah aku.... Tut... Tut... Tut.... " Belum lagi menjawab perkataan Stefan, tiba-tiba sambungan telfon mereka diputus sepihak oleh Stefan. Mike mendengus kesal namun sesaat kemudian ia tertawa terbahak-bahak hingga membuat, Rizky, Vino dan rekan Trio M nya yang lain kebingungan.

Suamiku Kapten (Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang